04

535 108 1
                                        

"Nu! Dhanu jangan kayak gini!" Panggil Erin pada Dhanu yang pergi melenggang meninggalkannya seketika setelah mereka keluar dari ruangan khusus untuk pengantin.

Hari ini Erin mendapatkan panggilan merias untuk acara pernikahan, dunia rasanya terlalu kecil baginya saat ia datang dan bertemu dengan laki-laki yang merupakan pengantin pria hari ini adalah bagian dari masa lalu kelamnya. Andai Erin tahu dari awal dia tidak akan se terkejut ini, untung saja mereka seperti pura-pura tidak saling mengenal selama berada di satu ruangan bersama dengan beberapa orang juga di dalamnya termasuk si pengantin perempuan yang menyewa jasa Erin.

Dari awal sampai akhir acara sama sekali tidak ada masalah, bahkan sampai acara selesai dan Erin meminta Dhanu untuk menjemputnya mereka masih berlagak seperti orang tidak saling kenal. Sayangnya saat ruangan sedang sepi dan Erin sendiri sedang sibuk merapihkan peralatannya, si mempelai pria datang menghampirinya dan mulai mengajaknya bicara. Sialnya saat mereka sedang bicara Dhanu masuk ke ruangan bersamaan dengan kerabat mempelai wanita dan melihat Erin serta si laki-laki berbincang. Dhanu tahu orang itu, sangat tahu karena dia adalah pria yang sama yang pernah mendapat bogeman mentah Dhanu beberapa tahun lalu karena menyakiti Erin dan bermain perempuan di belakang gadis yang saat ini menjadi kekasihnya itu.

Sekarang sepanjang jalan Dhanu mendiaminya bahkan dia mendului Erin saat berjalan menuju kendaraannya tadi. "Nu dia cuma nyapa doang... Kenapa lo jadi se kesel ini si?"

Dhanu tidak menjawab Erin pun makin heran dibuatnya. "Nu... Jangan gini bisa gak si? Lo jealous?" "Enggak." Jawab Dhanu singkat yang berhasil membuat senyuman lebar di wajah Erin, kepalanya langsung mencerna rencana jahil untuk kekasihnya itu melihat dari reaksi Dhanu yang seperti ini. 

Erin akhirnya tidak membuka suara sepanjang jalan dan Dhanu pun tidak merasa hal ini merupakan permasalahan besar saat Erin tidak bicara kepadanya. Lagipula dia sendiri juga sudah biasa bungkam jika sedang fokus membawa kendaraan. Namun, alasan lain selain fokus untuk kali ini tidak lain adalah untuk menenangkan hatinya yang entah mengapa kesal melihat Erin bicara dengan Tama yang sudah menjadi suami orang. Mata Dhanu melirik ke arah spion dan melihat Erin yang malah fokus memperhatikan jalanan.

Sampai di rumah Dhanu langsung mengambil alih make up box yang ada di depan Erin. Tidak pantas rasanya semarah apapun ia dengan keadaan membiarkan perempuan membawa barang berat sedangkan ada dirinya yang memang seharusnya bergerak untuk membantu.

Masih tidak ingin membuka mulut Dhanu menunggu Erin membuka pagar rumahnya dan melenggang masuk untuk meletakkan make up box yang bebannya cukup berat itu ke atas meja ruang tamu. 

"Halo? Ini siapa ya?" Dhanu menatap Erin yang berhenti di ambang pintu sambil mengangkat panggilan telfonnya. 

"Tama? Lo dapet nomer gue dari mana? Udah ya gue tutup gak enak sama istri lo,"

Dhanu mengernyit dan mendekat ke arah Erin, ia masih memperhatikan kekasihnya itu sambil melipat tangan di depan dada dan tidak lupa wajah serius nya yang mungkin membuat siapapun bisa membatu karena tatapannya. 

"Seriusan kan lo udah bilang sama istri lo? Gue baru nyampe rumah, lo sendi-"

"Peduliin istri lo sendiri dan jangan pernah berani hubungin cewek gue." Ucapa Erin terpotong karena Dhanu yang tiba-tiba menarik paksa ponsel yang Erin gunakan untuk menelfon tadi.

Baru saja Dhanu berniat ingin menutup panggilan di ponsel Erin namun ia sadar bahwa sedari tadi tidak ada panggilan dari ponsel kekasihnya di lihat dari display handphone yang mati dan tidak ada notoifikasi bahwa baru saja terdapat panggilan ke ponsel itu kecuali dari nomor Dhanu yang tadi sempat tidak di jawab oleh Erin.

Baru ingin menegur perempuan yang hari ini terhitung sudah satu bulan menjadi kekasihnya itu karena mengerjainya sebuah kecupan ringan mendarat di pipinya dan sukses membuat Ardhanu Cakrawangsa membeku sekujur tubuh sampai tidak bisa berkata apa-apa. Sedangkan perempuan yang menjadi sumber masalahnya itu hanya tersenyum canggung.

Three Wishes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang