"Aruna sama Narendra kemana kak? Kok tumben gak keliatan biasanya sore-sore begini udah pada goleran kayak mayat di sofa sambil nonton upin ipin." Tanya mama yang bikin gue hampir ngakak dengernya. Anak sendiri padahal yaampun.
Erin yang saat itu sedang sibuk hanya tertawa singkat kemudian meminta sang ibu untuk dudum berdekatan dengannya. Wanita oaruh baya yang memiliki profesi sebagai penyuluh kesehatan lingkungan itu menuruti putri sulungnya dan mendudukkan diri di samping tumpukan pakaian yang baru saja di angkat dari jemuran. Ibu Erin kelihatannya sedang gelisah ingin menanyakan sesuatu kepada putrinya dan hal itu benar-benar terlihat jelas.
"Kak, mama mau nanya deh."
"Apa?"
"Kamu sama Dhanu ada hubungan apa? Cuma temen atau lebih? Kalau lebih kalian punya rencana untuk nikah atau enggak? Mama bukannya maksa kamu untuk nikah, cuma kakak yang tau sendiri umur kakak udah bukan usia remaja lagi kan, jadi bukan saatnya untuk main-main sekarang. Paham kan maksud mama?" Erin yang masih fokus melipati pakaian kering hanya mengangguk, matanya masih fokus kebawah karena tiba-tiba ia teringat sesuatu bahwa hubungannya dengan Dhanu kali ini belum pasti dan mungkin saja hanya bersifat sementara. Erin takut bila ia jujur kemudian sesuatu yang mungkin akan menjadi mimpi buruk bagi Erin akan terjadi dan bisa jadi Dhanu selanjutnya akan dibenci oleh semua orang di rumah ini.
Sekarang tanggal 17 Agustus dan artinya hari ini adalah tepat satu bulan mereka menyandang status sebagai sepasang kekasih dan dalam waktu kurang dari 48 jam lagi Dhanu dan dia mungkin akan berpisah jika apa yang Dhanu ingin cari tahu tidak terbukti. Ah, sekarang Erin menyesali pilihannya satu bulan yang lalu. Andai ia tidak tergesa untuk menerima permintaan konyol Dhanu yang seolah mempermainkan hatinya itu ia mungkin tidak akan di posisi seperti ini. Kalau pepatah bilang, hidup segan mati tak mau.
Lain hal nya dengan Dhanu, laki-laki itu kelihatannya memiliki mood yang sangat baik hari ini. Ia menjadi banyak bicara dan melakukan banyak hal padahal Dhanu yang Anka dan ibunya kenal adalah anak dan kakak yang pendiam dan jarang melakukan pekerjaan seperti menyiram tanaman, membeli bahan makanan dan pulang dari kantor dengan wajah yang sangat berseri. Bahkan ia sampai di kira bertemu dengan makhluk halus di tengah jalan dan membawanya pulang.
"Ka, mas mu tuh ketemu jurig dimana si?"
"Ini sih Anka tahu jurig nya siapa bu,"
"Siapa?"
"Jurik maung nya mas Hansel, kan gitu bu Mas Hansel yang sering senyum-senyum kayak orang gila." Setelah itu wajah Anka langsung disapu oleh sang ibu menggunakan jari tangannya.
"Apaan si, yang di omongin gak bisa yang lain selain demit apa?"
Sahut Dhanu yang tiba-tiba datang dari arah belakang dan membawa dua box besar pizza yang baru di antar di tangannya.
"Mas Dhanu kenapa si mas? Seneng banget di liat perasaan."
"Mau tau aja apa mau tau banget?" Ledek Dhanu sambil mendudukkan diri di salah satu kursi meja makan yang kosong.
Anka berdecak kemudian langsung mengambil satu potong pizza di depannya.
"Bu, tipe mantu ibu kayak apa?"
Seolah tersambar geledek Ankara terkejut bukan main sampai tersedak sedangkan sang ibu yang saat itu sedang memotong bahan makanan juga terkejut bukan main.
Ardhanu yang bila ditanyai mengenai perempuan langsung melengos apalagi soal pernikahan langsung kabur dia kini menanyakan hal yang ia sendiri hindari itu dengan wajah yang sangat serius. Anka semakin yakin bahwa mas nya itu benar-benar bertemu dengan makhluk halus sepanjang jalan tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Wishes ✔
Romance"Tiga permintaan dari hari ini sampai tanggal 19 bulan depan." - #Ini udah pernah aku up di instagram terus sekarang geregetan mau up di sini, semoga suka yaa