Hal pertama yang diberikan perhatian lebih adalah sepatuh high heels yang Erin pakai. Rasanya sepatu itu terlalu membahayakan menurut Dhanu untuk dipakai. "Ngeri banget gue liat heels lo, tajem banget ngeri oleng terus keseleo gue yang ribet." Setelah itu satu buah pukulan yang tidak bisa dikatakan pelan mendarat di bahunya.
"Ya terus gue suruh pakai sendal jepit? Udahlah ayo, lo percaya kalau gue gak bakal keseleo, oke?" Dhanu berdecak lalu membiarkan Erin naik ke atas motornya.
Perjalanan dari rumah Erin menuju tempat acara memerlukan waktu kurang lebih lima belas menit. Bukan Erin namanya kalai sepanjanh jalan hanya diam saja sekalipun itu sama Dhanu yang pada dasarnya irit bicara.
"Nu, besok lo ulangtahun kan? Udah nyiapin wish pertama lo?"
"Udah, nanti kalau udah waktunya gue kasih tau. Enggak sekarang,"
"Iya iya gue cuma nanya aja..." Balas Erin.
Hal pertama yang keluar dari mulut Erin saat memasuki area pernikahan outdoor milik temannya Dhanu tidak lain adalah decakan kagum. Bagaimana tidak, pernikahan merupakan salah satu impian hampir semua perempuan dan konsep pernikahan simpel tapi indah ini langsung memikat hati Yerina saat pertama kali masuk. Dhanu awalnya heran mengapa sahabatnya itu terlihat membatu saat memasuki area, tapi saat mendengar decakan kagum dari perempuan yang memiliki jarak usia satu bulan darinya itu dia langsung paham.
"Nu, nanti gue kalau nikah mau yang konsepnya mirip-mirip begini ah. Gila ini sih kayak apa yang gue bayangin." Dhanu rersenyum lalu tangannya bergerak menjiwit pelan pipi kiri Erin.
"Cari dulu siapa yang mau lo ajak patungan bikin hajatan kayak gini." Erin berdecak kesal dan langsung mengangkat ponselnya untuk melihat apakah make up yang ada di pipinya rusak atau tidak.
Karena fokus melihat kondisi wajahnya Erin tidak sadar bahwa ia memijak pijakan yang salah, karena ini area outdoor yang dimana datarannya masih terdapat krikil-krikil yang kalau misalkan tidak berhati-hati khususnya untuk pemakai heels akan sedikit tergelincir. Erin mengalaminya saat ini dan membuat kakinya sedikit sakit karena sepertinya benar kata Dhanu sebelum berangkat tadi. Dia terkilir. Belum lagi heels yang Erin pakai lebih dari lima senti.
"Shit!" Ujar Erin waktu kakinya terasa sakit saat digunakan untuk berjalan. Dhanu tidak menyadarinya dan malah lanjut jalan sampai tiba di depan sepasang penganti untuk memberi ucapan selamat, namun saat ia sadar Erin masih cukup jauh di belakangnya.
Dhanu sadar ada yang salah dari cara berjalan Erin dan dia pada akhirnya berbalik untuk menghampiri Erin yang terus melihat ke bawah.
Erin yang tiba-tiba merasa dirinya hampir menabrak seseorang karena jalan menunduk berusaha menahan rasa sakit. Ia mendongak dan mendapati Dhanu di hadapannya yang menatapnya dengan raut heran.
"Lo kenapa?"
Bukannya jawab, Erin malah memasang senyum terpaksa. Senyum yang bagi Dhanu sendiri terlihat ambigu karena sudah terlalu paham dengan gerak gerik sahabat dari masa SMA nya itu.
"Kaki lo kenapa? Keseleo?" Tanya Dhanu yang lagi-lagi dijawab hanya dengan senyuman dan anggukan pelan oleh Erin.
"Masih bisa jalan? Kalau enggak gue aja yang ke sana lo duduk di kursi itu." Ujarnya sambil menjulurkan tangan kepada Erin untuk menuntunnya.
Erin menggelengkan kepalanya dan berdiri tegak. "It's okay, gak sopan kalau gue datang tanpa ngucapin selamat ke yang punya hajat." Erin bergerak mendahului Dhanu dan jalannya masih terlihat aneh di mata Dhanu karena pada dasarnya memang masih terasa sakit.
Dhanu berdecak dan bergerak menghampiri Erin setelah itu langsung menggapai tangan perempuan itu. Erin menatapnya terkejut dan Dhanu sama sekali tidak memasang ekspresi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Wishes ✔
Romance"Tiga permintaan dari hari ini sampai tanggal 19 bulan depan." - #Ini udah pernah aku up di instagram terus sekarang geregetan mau up di sini, semoga suka yaa