"Kak, lo mau kemana sore-sore begini? Rapih banget gue liat-liat..." Tanya Naren waktu melihat Erin keluar dari kamar sudah rapoh dengan dress selutut dan rambut panjangnya yang dikuncir rapih.
Erin sekarang bingung bagaimana caranya menjawab pertanyaan sang adik. Ia malu kalau mengatakan bahwa dirinya ingin pergi bersama Dhanu dengan dandanan seperti ini, tapi ia tidak mungkin bohong.
"Pergi sama Dhanu gak tau mau kemana. Kenapa?"
"Ooh nanya aja, gak biasanya lo keluar sama bang Dhanu pakai dress begini. Mau dinner kah?" Erin menggelengkan kepala cepat, ia sendiri pun tidak tahu Dhanu akan mengajaknya kemana karena chat terakhir mereka kemarin tidak membahas mengenain tujuan Dhanu akan mengajaknya.
Erin keluar dari rumah dan melihat awan yang sedikit mendung, sedangkan Dhanu sudah berdiri di depan gerbang.
"Tante, Dhanu bawa Erin jalan dulu ya, malam." Erin terkejut saat menoleh dan melihat sang mama sedang berdiri di ambang pintu sambim mengangguk dan tersenyum ke arah Dhanu. Perasaan di dalam tadi ia tidak melihat eksistensi mama nya dan hanya ada Naren si penghuni ruang tamu.
Erin membuka gerbang dan langsung keluar. Demi apapun ia masih merasa malu sendiri dengan penampilannya, ia takut Dhanu menganggapnya berlebihan.
Sedangkan Dhanu sendiri tersenyum melihatnya. "Mau gue jujur atau bohong?" Tiba-tiba satu pertanyaan keluar daei mulut Dhanu yang membuat Erin bingung sendiri dengannya.
"Maksudnya? Jujur mah jujur aja emang lo mau ngomong apa?"
"You looks beautiful tonight, seriusan." Erin terkejut sampai pupil matanya membesar kala mendengarnya. Jika seperti ini blush on tipis yang ia pakai bisa-bisa lebih merah.
Andai Dhanu tahu sepanjang jalan Erin berhasil dibuat berdegup tak karuan hanya karena pujiannya saat di rumah tadi. Sayangnya saat ini kondisi Dhanu juga tidak jauh berbeda dari Erin, ia sama terkejutnya dengan apa yang ia katakan tadi.
"Nu? Kesini?"
"Besok lo ulangtahun kan, sekali-sekali gue ajak dinner di tempat salain rumah makan padang sama dalam kafe nya Hansel. Suka gak?" Ujar Dhanu sambil tangannya yang masih belum lepas dari genggamannya pada Erin. Tadi saat Dhanu memarkirkan tepat di depan kafe Erin pikir ia akan mengajaknya ke sana, namun nyatanya ia mengajak Erin ke rooftop dari kafe yang menjadi saksi bisu Ardhanu dan Yerina bertemu beberapa tahun lalu.
Kafe ini milik keluarga kawan baiknya Dhanu dan mantan pacarnya Erin. Juan namanya, laki-laki yang dulu sempat memiliki hubungan dengan Erin hanya dua minggu lamanya itu juga menjadi salah satu oknum yang membuat Erin dan Dhanu saling kenal. Saat ini ia berada di sana dan memberikan tepukan pada pundak Dhanu.
"Gue jatohin dari atas sini kalau sampai rencana lo gagal." Bisik Juan yang rupanya terdengar oleh Erin. Sekarang karena ucapan Juan barusan Erin jadi berpikir macam-macam soal rencana Dhanu yang dimaksud oleh Juan.
Setelah Juan pergi Dhanu langsung menggiring kekasihnya itu untuk duduk di salah satu kursi dan ia di kursi lainnya. Erin tersenyum melihatnya dan di mata Dhanu senyum itu terkesan meledek baginya.
"Gak usah ngeledek... "
"Dih siapa juga yang mau ngeledek?" Balas Erin sambil menumpukan tangannya untuk menopang dagu.
Decakan keluar dari mulut Dhanu dan lagi-lagi membuat Erin tertawa pelan. Suasana ini benar-benar terkesan sangat romantis, Mereka berdua makan dengan diselingi gurauan sampai akhirnya makanan yang sudah disediakan lenyap dan hanya tertinggal minuman di kedua sisi. Dhanu merogoh sakunya dan seketika langsung membelalak saat sadar bahwa apa yang ia cari tersebut tidak ada. Satu buah decakan pelan Dhanu berikan dan rupanya terdengar di telinga Erin.
"Why?"
"H-hah? A-ah enggak, barusan gue ngerasa ada yang nyangkut di gigi." Ragu Dhanu sambil memaksakan senyumnya.
Ia membuka ponsel hanya untuk melihat pukul berapa saat ini. Satu hembusan napas kasar keluar dari mulutnya dan disadari oleh Erin. Belum sempat Erin bertanya tiba-tiba suara gluduk terdengar beberapa kali dan disertai dengan rintik gerimis yang tidak terlalu besar.
"Gerimis Nu, lo masih punya rencana kemana lagi?" Dhanu tidak menjawab dan malah memperhatikan rintik gerimis sebentar.
Matanya ia pejamkan sebentar lalu beranjak dari kursi. Separuh rencananya benar-benar gagal untuk malam ini karena kecerobohannya. Ia benar-benar kesal namun tidak bisa menunjukkannya kepada Erin.
"Rin, balik yuk. Tapi mampir rumah gue dulu sebentar mau?" Tanya Dhanu yang sebenarnya merasa ragu apakah tawarannya ini akan dihadiahi penolakan atau tidak.
Erin mengangguk dan ikut beranjak dari tempat duduk.
Sialnya saat turun Dhanu langsung disambut oleh Juan yang tidak sengaja berada di depan tangga.
"Udah?" Tanya laki-laki yang memiliki usia sama dengan keduanya itu. Gelengan diberikan oleh Dhanu yang langsung mendapatkan pukulan yang sepertinya cukup kerasa dari Juan sampai Dhanu sedikit bergeming.
Keduanya keluar dari area kafe dan merasa bahwa gerimis yang turun semakin banyak. Dhanu mengendarai motornya dengan kecepatan cukup tinggi, untung saja gerimisnya tidak bertambah besar jadi saat sampai di rumah Dhanu keduanya tidak sampai dalam keadaan basah kuyup.
Sialnya saat memasuki rumah hujan langsung deras disertai dengan kilat yang gemuruhnya berhasil membuat Erin yang pada dasarnya takut akan suara tersebut bergidik. Dhanu tahu akan ketakutan Erin ini, tapi sepertinya bila ia mengantarkannya ke rumah lebih dulu mereka akan kehujanan di jalan dan kondisi itu bukanlah hal yang baik bagi Erin.
"Rin? Lo gak apa?" Tanya Dhanu sebelum mereka masuk ke dalam rumah. Wajah Erin pucat kala mendengar kilat yang entah mengapa tak kunjung berhenti itu.
Keduanya masuk ke dalam dan langsung mendapati ibunya Dhanu serta Anka sedang berada di ruang tamu menonton televisi. Keduanya langsung berdiri saat melihat Erin dan Anka segera membiarkan Erin untuk duduk di sofa.
Dhanu ke dapur untuk membawakan Erin segelas air dan saat ia kembali ia sudah melihat Erin senyum di antara kedua wanita di rumah ini.
Ia memberikan segelas air itu pada Erin da langsung diterima olehnya.
"Tante kangen deh sama Erin, udah lumayan lama kamu gak kesini." Sepertinya lagi-lagi Dhanu harus menunda rencananya. Bukan hal yang baik rasanya mengganggu para wanita dalam perbincangannya jadi Dhanu memutuskan untuk mendudukkan diri di meja makan sambil bermain ponsel. Menunggu hingga hujan reda dan lingkungan di sekitar Erin sepi.
Tampaknya sampai jam menunjukkan pukul 10 malam hujan belum juga reda. Sang ibu datang menghampiri putra sulungnya dengan niat awal mengambil air untuk diminum.
"Erin biarin nginep aja nang, hujannya gede banget udah dua jam lagi juga jalan gede yang mau ke arah rumah Erin udah naik air nya. Kamu tau sendiri daerah jalan gede sana gampang banjirnya. Biarin nginep aja ya?"
Dhanu menganggukkan kepala, ia menghampiri Erin yang kini tengah sendiri di depan televisi yang masih menyala.
"Lo mau nerobos pulang aja atau nginep nanti tidurnya dikamar Anka?"
Erin melirik ke luar dan hujan disertai angin masih terbilang besar. Kemudian Erin melirik ke arah Dhanu, ia ingat betul betapa sensitifnya Dhanu. Laki-laki itu bisa langsung demam setelah hujan-hujanan sekalipun memakai jas hujan di tengah hujan lebat seperti saat ini.
"Nginep aja gapapa,"
"Yaudah gue bilang ke Anka dulu, nanti kalau mau ganti baju bilang aja ke dia."
Erin terdiam sesaat saat Dhanu berjalan ke kamar adiknya. "Lo kalau udah ngantuk masuk aja, Anka juga lagi nugas." Ujar Dhanu sambil mendudukkan diri di samping Erin.
"Nu, lo bilang lo mau ngomong sesuatu. Apaan?"
Dhanu terdiam sebentar, ia tidak lupa hanya saja entah mengapa ia rasa moment ini belum tepat.
"Besok aja, dah sana lo tidur. Udah malem, begadang muli cepet tua entar."

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Wishes ✔
Romance"Tiga permintaan dari hari ini sampai tanggal 19 bulan depan." - #Ini udah pernah aku up di instagram terus sekarang geregetan mau up di sini, semoga suka yaa