Selamat datang, dan selamat membaca❤
Cantik itu relatif, jadi gausah insecure!
Kamu itu cantikkkkkkk😠💗
Gausah INSECURE!😠Di balik pintu kelas yang ramai, terdapat dunia kecil seorang gadis bernama Aluna Deandra Putri, dipanggil Luna. Wajahnya tertutup rambut panjang yang berfungsi sebagai perisai dari pandangan dunia. Kepala tertunduk, Luna sibuk membaca bukunya, mengabaikan dunia luar yang penuh warna.
Seiring derap langkah teman-teman sekelasnya yang riuh, Luna terus menyelam dalam kata-kata buku yang menjadi teman setianya. Keheningan di pojok kelasnya memberinya kedamaian, meskipun di sekitarnya gemuruh tawa dan obrolan khas remaja terdengar.
Luna kerap diundang untuk bergabung, tetapi responsnya yang aneh sering membuat teman-temannya merasa tidak nyaman. Selain masalah kurang percaya diri, Luna juga agak kesulitan dalam urusan sosialisasi.
Tiba-tiba, Sela, sosok cantik menghampiri. "Luna, kamu mau ikutan lomba gak?"
Sela, teman sekelas Luna, menonjol dengan kecantikan yang membuat banyak pria tertarik. Dengan kulit putih, hidung mancung, wajah tirus, dan mata yang memikat, kehadiran Sela memberikan warna tersendiri dalam lingkungan kelas.
Ketika berada dekat dengan Sela, Luna kembali merasa tidak percaya diri.
Dengan cemas, Luna menolak. Ingin sekali bergabung, tapi takut menjadi pusat perhatian. "Maaf sebelumnya, aku gak bisa," ucap Luna, kembali tenggelam dalam bukunya, berharap dunianya yang sunyi tak tersentuh.
Namun, Sela terus membujuk, tidak menyadari bahwa Luna tengah berjuang melawan penyakit yang tak terlihat oleh mata mereka—penyakit yang menggiringnya pada jalan kesendirian. "Ayolah Lun, kamu pintar! Terlebih kamu jago bahasa inggris, jika kamu ikut lomba debat bahasa inggris, aku yakin kamu menang!"
Dengan tegas Luna menggeleng, merasa kesulitan jika menjadi sorotan. Terlebih dia memiliki wajah yang tidak enak di pandang.
"Ayolah Lun," Sahut Wanda yang tiba-tiba datang dan langsung duduk disebelah Sela.
Wanda, dengan kulit coklatnya, tetap mempesona dengan kecantikan yang khas. Pesonanya semakin terpancar ketika tersenyum yang membuatnya terlihat begitu manis.
"Aku mohon kalian jangan memaksa aku. Aku benar-benar tidak bisa! Dikelas ini juga banyak yang pintar," Jawab Luna.
"Lun, bakat itu harus dikembangkan," Ucap Sela yang dapat anggukan setuju dari Wanda.
Luna mendengus kesal, bertanya-tanya mengapa kedua gadis di depannya selalu memaksa, terutama Sela. Apakah mereka tidak mengerti? Tidak, mereka sepertinya tak akan pernah mengerti kondisi Luna.
"AKU SUDAH BILANG TIDAK!" teriak Luna dengan frustrasi.
Luna mendapati dirinya menjadi sorotan di antara teman-teman sekelasnya. Dalam keputusasaan, ia mengutuk dirinya sendiri, menyesali tindakannya berteriak. Kecemasan muncul, membayangkan kemungkinan lebih buruk seperti pengucilan atau bahkan perundungan. Dengan berat hati, gadis itu menundukkan kepalanya.
"Biasa aja kali Lun. Wanda sama Sela kan cuma ngajak," ucap Bima, sang ketua kelas, sambil menatap Luna dengan ekspresi tidak suka.
Bima merasa Luna sangat menyebalkan. Menurutnya, Luna selalu tidak kompak dalam setiap acara di kelas, sehingga dianggap sebagai beban.
"Tau lo," Balas Putri.
"Lah, kok ngamok," Sinis Bayu.
"Udah-udah, kok kalian gitu sih," Kesal Sela dengan menatap teman-temannya.