Aku bingung,kenapa aku
bisa bingung😕❓Ah lupakan🙂
-Bel masuk tinggal 2 menit lagi, namun guru mapel Bahasa Inggris belum datang.
Luna memutuskan untuk pergi ke balkon jika bu Sitya tidak masuk. Kebiasaanya memang seperti itu.
"WOY SEMUANYA! BU SITYA GAK MASUK, JADI KELAS PREE," Seru Bima pada teman teman sekelasnya.
"Beneran? Asekkk," Girang Wanda.
"Kuylah tik tok-an," Ajak Putri.
"Kuylah."
"GW IKUTAN WEYY!" Teriak Lusi.
"AAAA GUE IKUTAN."
Luna tersenyum senang, dia akan pergi ke balkon sekarang.
"Bima, aku izin ke keluar," Ucap Luna.
"Silahkan," Jawab Bima tanpa melirik Luna.
Luna tersenyum miris, kenapa dia harus izin? orang orang tidak akan ada yang peduli.
________
Luna segera pergi ke balkon, dimana tempat yang cocok untuk dirinya menenangkan diri.
Sesampainya di Balkon, Luna langsung duduk di kursi yang sudah tidak dibutuhkan oleh pihak sekolah, namun masih layak untuk di gunakan.
Luna memejamkan matanya merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya.
Kemudian, Luna menatap lurus kedepan, tiba tiba ingatan masa lalunya muncul. Dimana Ayahnya pergi meninggalkannya.
Dulu kehidupan Luna tidak terlalu buruk. Tapi semenjak Ayahnya pergi, semuanya berubah drastis. Luna merindukan sosok seorang Ayah, Luna benar-benar benci dengan seseorang yang telah memisahkan dirinya dengan sang Ayah.
Tiba tiba saja mata Luna berkaca-kaca, dia merasa jikaTuhan tidak adil terhadapnya. Dia tidak memiliki keluarga lengkap, hidup miskin, tidak memiliki wajah yang cantik, dan tidak memiliki teman.
Kalau Luna sudah kehilangan akalnya, dia rasanya ingin mengakhiri hidupnya.
"Hikss Ayah," Isak Luna.
"Luna benar-benar cape hiks, Ayah kemana?"
"Luna mohon, Ayah kembali. Apa Ayah udah gak sayang sama Luna, Laras dan ibu?" Tangisan Luna semakin menjadi jadi. Dadanya merasakan sesak yang teramat.
"Tuhan gak adil, dia rebut kebahagiaan Luna hiks," Luna langsung menangkup wajahnya, tubuhnya bergetar.
"Bukan Tuhan yang gak adil, tapi lo yang kurang bersyukur!" Celetuk seseorang yang tiba tiba muncul. Hal itu membuat Luna tersentak, gadis itu langsung memutar tubuhnya.
"Revan," Lirih Luna saat melihat Revan teman sekelasnya.
Dengan cepat Luna menghapus air matanya, dia merasa malu karena kepergok menangis oleh pemuda tampan itu.
"Gak usah malu. Kalau mau nangis, nangis aja," Ujar Revan yang langsung duduk disebelah Luna.
Luna bergeser agak jauh. "Ngapain?" Tanya Luna.