IG. 10

491 60 1
                                    

Pernah dibully karena fisik?

__

Satu minggu sudah berlalu dan masalah hilangnya uang kas belum terselesaikan. Anak anak kelas masih menatap Luna dengan tatapan sinis. Tapi mereka tidak bisa menggertak lagi karena Revan selalu bersama Luna akhir akhir ini. Dan Bima si ketua kelas sedang mencari bukti  pencuri uang kas yang sebenarnya, meski enggan tapi dia harus bersikap profesional.

"Anak-anak, lomba akan diadakan minggu depan. Apakah kalian sudah siap?" Tanya Bu Beti selaku wali kelas XII Ipa dua.

"Sudah Bu. Hanya saja untuk lomba menyanyi tidak ada," Ucap Bima.

"Disini siapa yang belum kebagian lomba?" Tanya Bu Beti.

"Hanya Luna Bu," Jawab Sela dengan menatap kearah belakang dimana Luna berada.

Sedangkan Luna dia sudah menundukkan kepalanya. Dia benar-benar tidak ingin mengikuti lomba itu apalagi menyanyi.

"Yaudah Luna saja yang menyanyi," Final Bu Beti.

"S-saya tidak bisa bu," Lirih Luna dengan menatap Bu Beti dengan tatapan melas. Luna harap Bu Beti mengerti dengan keadaannya.

Bu Beti berjalan kearah Luna dengan senyuman ramahnya. Bu Beti tergolong guru yang ramah dan baik. Banyak siswa dan siswi yang menyukainya apalagi Bu Beti tidak pernah membeda bedakan muridnya. Karena menurutnya mereka sama saja jika sudah berada dilingkungan sekolah.

"Kenapa Lun?" Tanya Bu Beti dengan mengelus punggung Luna lembut.

"Saya gak bisa nyanyi Bu, ralat saya hanya tidak ingin menjadi pusat perhatian dengan kondisi wajah kaya gini." Tapi sayang ucapan itu hanya bisa Luna ucapkan didalam hati.

"Masasih? Tapi ibu pernah denger suara Luna pas Luna lagi dikelas sendirian. Dan itu bagus," Balas Bu Beti dengan terkekeh kecil.

Luna sedikit terkejut dengan ucapan Bu Beti. "Udahlah Lun, jangan membuang waktu! Tinggal iyain aja," Ucap Putri dengan nada kesalnya.

"Tau lo," Sahut Wanda.

"Ssttt kenapa kalian yang sewot?" Tanya Bu Beti menatap Putri dan Wanda sedikit tajam.

Lalu Bu Beti beralih menatap Luna. "Luna mau ya?" Luna menatap Bu Beti yang kini tengah menatapnya penuh harap.

"Iya Bu, tapi maaf jika nanti tidak menang." Pasrah Luna. Sebenarnya dia tidak ingin, hanya saja dia tidak ingin membuat Bu Beti kecewa.

Bu Beti tersenyum senang. "Tidak masalah. Menang atau kalah itu hal biasa. Kamu jangan takut, juri hanya menilai suara bukan fisik. Jadi harus percaya diri, suara kamu bagus. " Bisik Bu Beti.

Luna menegang lalu menatap Bu Beti yang sudah berada didepan dengan tersenyum menatap kearahnya.

__

"Kantin yuk," Ajak Revan yang kini sudah didepan Luna yang tengah membaca.

"Kamu aja, aku sedang belajar," Balas Luna tanpa mengalihkan pandangannya. Sebenarnya ia tidak punya uang untuk membeli makanan kantin yang harganya selangit baginya.

"Ini waktunya istirahat bukan belajar. Sekarang isi perut lo biar gue yang traktir," Ucap Revan.

"Tap--"

"Gak ada penolakan!" Potong Revan lalu menarik Luna agar mengikutinya.

"Gue ikut. Gue juga pengen ditraktir," Tiba-tiba saja Alga datang di hadapan Revan dan Luna. Dan lagi lagi Revan berdecak kesal melihat Alga yang selalu mengganggunya.

"Ogah," Balas Revan yang langsung pergi dari hadapan Alga dengan menarik tangan Luna. Sedangkan Luna dia hanya pasrah mengikuti Revan.

"DASAR ES BATU," Teriak Alga yang langsung berlari menyusul Revan dan Luna.

_

"Muka lo kaya orang susah Van. Gue cuma habis 25rb," Ucap Alga dengan memakan baso yang dipesan tadi.

Revan berdecak kesal. "Cuma lo bilang? Dasar miskin lo sampe minta traktir gue," Kesal Revan.

"Udah jangan berantem gak enak diliatin," Relai Luna karena merasa tidak enak menjadi pusat perhatian orang-orang.

"Revan duluan yang pelit Lun," Ucap Alga.

"Apaansi lo jamet," Kesal Revan.

"Ck nanti giliran gue yang traktir besok. Sepuasnya," Sahut Alga.

"Wihh mau dong gue di traktir," Tiba-tiba saja Bayu datang dengan membawa semangkuk mie ayam.

"Ini lagi jamet satu. Ngapain lo disini?" Tanya Revan.

"Makanlah bego! Gue ikut gabung soalnya udah pada penuh," Ucap Bayu yang langsung duduk didekat Alga dan berhadapan dengan Luna yang kini tengah makan dengan menundukkan kepalanya.

Tolong, Luna benar-benar malu. Apalagi semua orang menatap kearah nya dengan tatapan sinis. Mungkin mereka pikir Luna gadis centil yang mendekati ketiga pria tampan ini.

Masih ditempat yang sama sekelompok perempuan yang  tengah menatap kearah Luna dengan tatapan iri dan tidak percaya.

"Sejak kapan mereka deket?" Tanya Putri.

"Gak tau. Lagian mau mau aja ya tu para cowok deket Luna," Ujar Wanda dengan menatap iri Luna.

"Iya ih. Apa bagusnya coba si Luna," Balas Lusi.

"Eh kalian jangan kaya gitu," Sahut Sela yang matanya masih menatap kearah Luna.

"Emang bener Sel. Itu lagi si Alga, harusnya kan nyamperin lo," Balas Putri.

"Tau. Bibit plakor tuh si Luna. Awas aja kalau deketin Bima," Sinis Lusi. Lusi masih kesal dimana Bima membantu Luna, apalagi sampe mengantarkannya pulang.

"Ck kesel gue. Harusnya kan para cowok duduk ditempat kita," Wanda berucap dengan kesalnya.

Sela hanya diam dia masih pokus menatap kearah Alga yang sedang curi-curi pandang kearah Luna. "Gak mungkin Alga suka sama Luna," Batin Sela menyemangati dirinya sendiri.

__

"Lo cantik kalau dilihat dari deket,"

"Kenapa lo bisa insecure kaya gini sih?"

"Lo cantik apa adanya,"

"Gue suka lo dari dulu ataupun sekarang."

"Gue gak tau kenapa. Tapi dari tadi dia juga natap lo,"

"Gue gak suka,"

Pria itu tersenyum tipis dengan menatap gadis yang kini tengah menundukkan kepalanya. Ah kenapa dia jadi posesif sekarang.

__

INSECURE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang