Pagi itu, Bobby entah kenapa terbangun dari tidurnya, padahal ia baru saja pulang dari studio pukul 3 pagi. Kamu ingat sangat jelas. Karena semalam kamu sendiri belum tidur, kamu masih berkutat pada lembaran kertas dan nada hingga akhirnya kamu mendengar suara mobil diparkirkan di garasi rumah kalian. Bobby pulang, kemudian dengan cepat kamu mematikan lampu dan berlari ke kamar tidur. Jika Bobby tau kamu begadang, bisa habis nyawamu.
Kamu masih ingat jelas, suara shower pukul 3 pagi, aroma sabun yang menyeruak masuk ke indra pernafasanmu yang masih berpura-pura tidur. Tidak lama, kamu merasakan pelukan dari belakang. Bobby menenggelamkan wajahnya pada ceruk lehermu dan seketika itu kalian berdua larut dalam lautan mimpi.
Kamu tersenyum, Bobby selalu seperti itu. Selalu memberikanmu kasih sayang meskipun kamu sudah terlarut terlebih dahulu, atau mungkin berpura-pura. Dan kini kamu sedang duduk berhadapan di meja makan. Kamu keheranan saat Bobby keluar dari kamar tidur dan terlihat oleng menuju ke kamar mandi. Tumben sekali ia sudah bangun? Biasanya ia akan tidur sampai siang? Sedangkan kamu akhir-akhir ini merasakan insomnia yang luar biasa sehingga membuatmu mengalihkan waktu tidur normalmu pada pekerjaan.
Pagi ini kamu merasakan hal yang janggal. Insomnia yang luar biasa dan terlambatnya siklus bulananmu. Ini sudah lewat 2 bulan sejak terakhir kali kalian melakukan kegiatan bersenggama. Hal itu yang membuatmu akhirnya mengeluarkan satu batang pipih dari laci nakas meja kerja rumahmu.
"Lave?" Bobby mengusap matanya yang masih setengah terbuka, tangannya menggenggam kepingan tipis yang ia temukan di wastafel. Dengan mata yang menyipit, Bobby bingung dengan pengelihatannya.
"Ini apa? Merahnya ada dua, ini bukan surat tilang 'kan?"
Demi tuhan, rasanya kamu ingin melempar lelaki itu ke jurang, "IYA ITU SURAT TILANG, AKU DITILANG SOALNYA AKU HABIS NGELANGGAR LAMPU MERAH!" Kamu berseru sambil memakan toast yang sedari tadi ada di tanganmu. Bobby tertawa dengan keras, ia langsung meletakkan testpack ke atas meja kemudian mengangkat tubuh kecilmu mengudara.
Kamu ikut tertawa, Bobby menurunkanmu kemudian mengecupi kecil pipimu, bibirmu dan turun ke perutmu. "Ini beneran 'kan? Aku bakal jadi ayah? Bener 'kan?"
Kamu mengangguk, seiring dengan itu, Bobby mengecupi perutmu yang masih rata, ia begitu bahagia memelukmu, "okay hari ini kita ke dokter ya? Kita USG bareng-bareng, kita cek kesehatan kamu sama si jagoan, habis itu kita jalan-jalan ya! Kamu mau makan apa aja aku turutin! Aku bolos kerja hari ini!" Kamu tersenyum mengangguk, sepertinya kebahagiaanmu dan Bobby akan semakin bertambah setiap harinya mulai sekarang.
•••
"Kamu ngga papa 'kan?"
"Iya ngga papa."
"Belum mules?"
"Belum."
"Yang bener?"
"Dikit. Hehe." Sembilan bulan lebih sepuluh hari sudah berlalu, kandunganmu begitu besar hingga kamu sendiri tidak bisa menunduk, dan disaat itulah Bobby akan membantumu dalam segala hal. Kamu mengakui, Bobby adalah seorang suami yang baik. Benar-benar baik, contohnya seperti sekarang, ia terus mengecek keadaanmu, padahal sudah ada suster yang bersiaga di dalam ruangan inap rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Lavender • Bobby iKON ✔
Fanfiction"Lave, you are purple and will always be my purple. So, let me be your purple too."