34. A Gift?

256 59 56
                                    

Kalau diberi kesempatan seharian sama ibu, kalian mau ngapain aja?

Kalau aku pengen ngajakin sarapan di pecel ndeso bu ndari solo, terus jalan ke mall, nonton bioskop, shopping, habis itu malemnya makan bareng. Tidur dipeluk ibu sambil bilang kalo aku sayang banget sama ibu hehe.

.
.
.

"Lave, kenapa harus nutupin mata ibu sih?" Kamu tertawa saat ibumu bergumam kesal, begitu juga dengan Jae yang ada di kursi kemudi, lelaki itu tertawa begitu kencang. Kalian sedang dalam perjalanan menuju ke rumah yang sudah kamu beli beberapa bulan yang lalu.

"Udah ibu tuh nganut aja."
"Tante... kita ngga mungkin buang tante di pinggir jalan kok."

Jina tertawa seiring dengan perkataan kalian berdua, tidak lama, wanita itu merasakan mobil SUV milik Jae semakin pelan dan sedikit berbelok seperti mengitari jalan setengah lingkaran, tidak lama mobil tersebut berhenti membuat Jina menggenggam tanganmu erat karena takut. Kamu tertawa sekali lagi kemudian menuntun ibumu turun saat Jae membukakan pintu.

"Lave, Jae... kalo kalian ngerjain ibu, awas ya! Ibu ngga mau masakin kalian seminggu!" Jina mengancam saat kakinya mulai melangkah. Jae dan dirimu tertawa pelan kemudian kamu berhenti saat sekiranya ibumu akan mendapatkan sudut pandang yang tepat.

Perlahan kamu membuka ikatan pita membuat Jina perlahan membuka matanya. Ia bingung saat melihat sebuah rumah asri di depan matanya, rumah dengan cat berwarna putih, halaman depan yang dihiasi air mancur kecil, juga sebuah pohon bonsai yang menghiasi.

"Selamat ulang tahun, ibu. Maaf Lave baru bisa beliin rumah sekarang." Kamu berbisik pelan tapi justru membuat Jina menatapmu dengan mata yang membulat sempurna. Jina tersenyum begitu lebar dengan mata yang mulai berair.

Jina terharu, memang benar ini hari ulangtahunnya dan dia tidak mengira jika kado yang di dapatkan akan semengejutkan ini. Jina menarikmu dalam pelukan hangatnya sambil tersendu, kamu tersenyum senang balas memeluk ibumu.

"Lave! Ibu ngga pernah minta sesuatu yang bikin kamu harus repot banget kaya gini loh?! Ini apaan? Kenapa coba beli rumah buat ibu? Justru kamu harusnya nabung buat masa depan kamu." Jina protes membuatmu tertawa.

"Ya ngga papa kali, Bu. Kan nanti Lave mau berdua sama ibu sampai Lave tua. Jadi mulai sekarang, kita berdua tinggal disini, kita habisin waktu bareng-bareng, nonton film, nanam bunga, baca buku,  pokoknya semuanya. Jadi mulai sekarang, kita harus bahagia bareng ya?" Kamu melepas pelukan ibumu kemudian menangkupkan kedua tanganmu di pipinya.

Jina begitu bahagia, begitu juga denganmu. Bagimu melihat ibumu tersenyum begitu lebar hingga menitikkan airmata bahagianya adalah sebuah hadiah luar biasa yang sangat berharga lebih dari apapun. Iya, kamu hanya ingin melihat senyuman bahagia ibumu.

"Tante, selamat ulang tahun!" Jae mengejutkan mereka berdua saat ia mengeluarkan sebuah bunga hibicus bercorak merah muda yang begitu cantik. Jina tersenyum begitu senang dan menerima pot tersebut.

"Jae sengaja ngasih bunga ini biar kita bisa tanem di halaman belakang." Jae berucap ceria dan mata ibumu seketika langsung berbinar saat Jae mengucapkan halaman belakang.

"Ada halaman belakangnya? Ya ampun ibu seneng banget!" Jina benar-benar bersemangat, kakinya langsung melangkah dengan ceria untuk masuk ke dalam rumah.

Hal pertama yang ibumu dapati adalah seluruh dekorasi rumah yang apik, rumah dengan banyak kaca yang begitu nyaman, harum bunga lavender menyerbak begitu tenang, belum lagi sebuah bingkai foto berukuran A1 terpajang begitu besar di ruang tamu. Fotomu yang memeluk ibumu dari belakang, foto yang kalian ambil saat ulang tahunmu februari kemarin.

About Lavender • Bobby iKON ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang