Sang mentari menyambut bumi pertiwi. Hangat yang ia hasilkan mulai menyelimuti siapa pun yang bersentuhan dengan nya.
Wilayah tengah kota Bandung pun sudah mulai ramai oleh kendaraan. Di minggu yang cerah ini banyak sekali keluarga yang liburan bersama demi keharmonisan yang terus terjaga.
Jarum jam menunjukan pukul 8 pagi. Jeno −pria yang memiliki eye smile tersebut− sudah terbangun semenjak pukul 6 pagi, tetapi ia tetap dalam posisi semenjak dia terbangun, yaitu tidur dengan saling berpelukan dengan pria yang menginap di apartemen nya semalam, Huang Renjun.
Sejujurnya, semenjak bangun tidur dan menyadari kalau dia dan Renjun sedang berpelukan, jantung Jeno terus saja menggedor gedor dengan keras. Akan tetapi Jeno masih ingin menikmati kenyamanan tersebut. Persetan dengan Renjun yang akan mengamuk bahkan bisa saja menendang Jeno dari atas kasur saat Renjun terbangun nanti, Jeno masih benar-benar nyaman dengan posisi seperti ini.
"Nghh"
Jeno merasakan gerakan kecil dari Renjun. Dengan ragu Jeno melepas pelukannya. Akan tetapi saat Jeno mencoba melepaskan pelukan nya dari Renjun, secara tiba-tiba Renjun malah mengeratkan pelukan nya.
"Kaya gini aja dulu, Jen"
"Nyaman"
"Aroma tubuh lu bikin nyaman, Jen"
Jeno di buat membeku dengan perkataan Renjun. Terlebih lagi pria keturunan China-Indonesia tersebut semakin menenggelamkan wajah nya di ceruk leher Jeno. Kulit leher sensitif Jeno bisa merasakan hidung Renjun menyentuh nya.
Jantung pria kelahiran april tersebut terus berdegup kencang. Sudah 20 menit Renjun bertahan pada posisi yang membuat Jeno resah. Nafas hangat lembut Renjun yang menyapu kulit leher Jeno membuat penyakit rutin laki-laki saat baru bangun tidur menjadi nambah parah (bagi para pembaca wanita yang tidak mengerti bisa googling dulu ya).
"Njun. Bangun yuk? Udah siang"
"Enngghh" bukannya bangun. Pria manis tersebut malah makin mengeratkan pelukan nya.
Sial!
Junior mereka saling bertabrakan yang membuat Jeno semakin gusar.
"Njun. Bangun ya?" jemari Jeno mengusap lembut pipi pria yang berada dipelukannya.
Renjun mendongakkan kepalanya. Dua manik kembar masing-masing saling bertemu pandang.
"Kenapa?" Renjun mengerucutkan bibir nya.
OMG! Siapa pun tolong Jeno! Dia tidak sanggup melihat muka imut Renjun dengan kondisi seperti sekarang ini.
"Bangun ya? Gua mau mandi. Terus gantian sama lu. Abis itu kita nyari sarapan, oke?" suara lembut Jeno dengan senyuman khas nya membuat Renjun menyerah.
"Hnngg yaudah deh. Mandi nya jangan lama ya"
"Iya"
Ucapan dan eksekusi memang suka berbeda. Nyatanya, Jeno harus mengurus si junior terlebih dahulu di kamar mandi. Perlu tambahan waktu di dalam kamr mandi, yang awalnya hanya mandi saja, kini Jeno harus menenangkan juniornya alias bermain solo.
Setengah jam Jeno baru keluar dari kamar mandi. Jeno melakukannya dengan cepat. Baik itu mandi dan aktifitas lainnya di kamar mandi.
"Lama banget sih, Jen!? Mandi aja 45 menit sendiri!" Renjun merengut kesal. Tadi kan Renjun sudah bilang jangan lama-lama! Tapi Jeno memakan 45 menit hanya untuk mandi. Padahal salah siapa sehingga Jeno harus lebih lama di kamar mandi?
Jeno yang di Tanya hanya bisa ketawa canggung sambil tangan kirinya mengeringkan rambut dengan handuk kecil.
"Udah sana Njun mandi dulu. Abis kita cari sarapan. Di belakang apart banyak makanan tenda" Renjun hanya mengangguk dan langsung pergi ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Love U [Jeno x Renjun]
FanficKehidupan perkuliahan Huang Renjun dan teman-temannya serta kisah percintaannya dengan Lee Jeno sang pangeran Fakultas Teknik