16. To Zero

1.1K 367 130
                                    

'Alam semesta tahu apa yang sedang kamu simpan dalam hati. Sebab energi manusia melekat di dalamnya. Tinggal kita yang ingin menantang atau menunduk pada yang esa.'

.
.
.

"Saya pastikan, di pengadilan nanti kalau tim angkatan darat tidak bersalah dalam kasus ini. Lagi pula semua alibi angkatan darat yang sudah saya kumpulkan tidak selaras pada saat kejadian itu terjadi. Sementara salah satu tim angkatan udara tingkat satu Lee Jeno masih belum ditemukan."

"Tapi saya tahu dimana dia berada." Lanjutnya sambil berbisik.

Pria itu naikan kacamata yang sempat turun dari hidung bangirnya. Ia menyerahkan bukti data wawancara pihak polisi kepada Lee Nara, wanita yang berprofesi sebagai dokter forensik itu, yang ia ketahui bahwa wanita itu adalah kekasih tentara, pimpinan tim angkatan darat.

"Kamu akan buat kesaksian? Ini hanya bukti dokumen berupa tulisan. Rekaman cctv pada saat kejadian hilang, kamu tahu bukti ini tidak akurat dan menjamin untuk menang di pengadilan nanti." Ujarnya setelah baca dokumen yang diberikan padanya.

Nara itu diam, setelah usai membaca dan kemudian pandang lelaki di depannya seolah dia meragu.

"Oh ayolah, kamu meragukan saya? Kamu tahu kan siapa saya?" Ia menaik turunkan alisnya sembari benarkan dasi yang mengetat di perpotongan lehernya. Wanita itu terdiam, namun detik berikutnya ia terkejut sebab lelaki di depannya tiba-tiba dekatkan wajahnya padanya.

Plakk....

"Awhh...."

"Kamu jangan macam-macam sama saya, ya!" Pekiknya refleks langsung menampar lelaki tersebut.

"Saya cuma mau mengambil dokumen ini nonna. Ya Ampun, lagi pula aku bukan orang yang suka rebut pacar orang. Apalagi kamu itu pacar rekannya adik saya."

.
.

|Bermuda Triangle|

.
.

Kala itu badai masih betah di lautan samudra, sedang mereka hanya mampu berteriak panggil Lino sambil mata yang terus bergulir kesana kemari. Namun hanya ada ombak dan kabut hitam dimana-mana.

Kapal mereka juga terhantam ombak, hingga buat mereka menggenang tak tentu arah. Sedang di kejauhan sana, sebab mereka mulai jauh dari kapal mereka sebelumnya. Gurita sudah penuhi kapal, hingga tangan-tangan yang punya hisapan kuat itu menutupi kapal mereka dan tenggelam.

"Doain gue." Kata Jeongin tiba-tiba yang sudah siap gunakan perangkat menyelam dengan lengkap.

"Mau ngapain?!" Changbin jatuhkan Jeongin saat yang termuda itu siap ceburkan diri ke lautan.

"Badai masih lanjut dan lo mau cari gara-gara?!" Katanya. Namun Jongin tak mengindahkan itu, ia kembali bangun dan hendak lakukan apa yang ingin ia lakukan.

"Yang Jeongin!" Seungmin membentak. Tahan aksi yang termuda dengan tatapan penuh amarah.

"Jangan gini," katanya, Seungmin menggeleng. Matanya berkaca-kaca. Ia tahu Jeongin perenang yang handal, tak perlu ditanya soal keraguan anak itu dalam menahan nafas dalam air. Kalau ditanya Jeongin mampu? Seungmin pun akan percaya dan menjawab dengan yakin, iya dia mampu.

Namun untuk situasi kali ini berbeda, langit masih menghantam laut dengan tangis derasnya disertai kilat dan petir masih sambar silih berganti, juga laut yang sedang murka tidak henti sejak satu jam lebih yang lalu.

"Gue gak mungkin biarin dia mati, Hyung." Katanya pada Seungmin yang masih tahan kedua kaki Jeongin.

"Lepasin." Jeongin menghentakkan kakinya.

Bermuda Triangle - StrayKidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang