29. Subsequent Step

336 57 6
                                    

Dalam sabar yang teruji, ada jiwa asing terperangkap dalam bangsal jeruji. Dalam emosi yang menggebu, ada satu diantara mereka yang menatap tajam seolah memburu.

.
.
.

Ini bukan pertama kalinya untuk Brian hadir atau masuk ke dalam ruang introgasi. Namun untuk kali ini, hatinya ikut terkoyak dengan seorang Ibu yang terus memohon dengan air mata yang mengalir pandangi putrinya yang sedang berhadapan dengan seorang polisi di dalam ruang persegi itu. Dituntut untuk bicara jujur, di desak untuk mengaku. 

Belum ada suara yang terekam, sebab tersangka hanya diam dengan bibir gemetar. Disana hanya kesunyian yang menekan, memerangkap siapa pun yang masuk ke dalamnya. Keheningan semakin mencekam dengan kedap suaranya ruangan, membuat setiap bunyi derit pintu atau langkah kaki terdengar seperti pukulan palu yang bergema di telinga. Sementara sang Ibu masih meraung meminta agar putrinya di bebaskan.

Atmosfer yang tercipta adalah kombinasi sempurna dari isolasi, ketakutan, dan ketidakberdayaan, menciptakan sebuah tempat di mana harapan lenyap dan kenyataan berubah menjadi mimpi buruk. Ruang ini bukan hanya sekedar tempat untuk bertanya, tetapi sebuah arena dimana pikiran diuji, keberanian diukur, dan rahasia dipaksa keluar dari bayang-bayang yang tersembunyi.

"Bu, boleh ikut saya sebentar?" Ujar Brian pelan, wanita tersebut mengangguk. Kemudian Brian membantu berjalan laun menuju ruang tunggu di luar.

"Maaf bu sebelumnya, sekiranya hal apa yang bisa Ibu ceritakan kepada saya untuk meringankan beban Yeji nanti di persidangan. Jika Ibu berkenan untuk cerita, saya pasti akan bantu sebisa saya nantinya...."

Tatapan sendu menembus pupil mata Brian, air matanya terus turun seolah luka masa lalu menusuk hingga sulit dilupakan. Isi kepalanya kini dihujam banyak pertanyaan, soal bagaimana sejauh ini wanita paruh baya bisa bertahan dengan segala luka di masa lalu, soal benang merah yang kusut dan jelas sulit terurai sepanjang ia berkarir dan dugaan siapa lagi yang pernah terlibat dengan Jenderal Kim setelah ini? Berapa banyak korban yang sudah dia lukai.

"Minah itu kawan dekat Ibu ketika di panti. Kami tumbuh disana, tapi Minah pergi setelah di adopsi saat usia kami sudah sepuluh tahun. Ibu tidak dengar kabar lagi setelahnya. Jaman dulu komunikasi susah nak, ponsel cuma bisa dimiliki oleh orang kaya, jadi Ibu tidak lagi berkabar dengan Minah....

"Sembilan belas tahun berlalu, Ibu sudah menikah dan punya Hyunjin waktu itu. Hyunjin usianya masih lima tahun dan Ibu masih sering jaga gerai di pasar. Waktu itu Ibu pulang larut pukul sebelas dan bertemu seorang pria berbadan tinggi besar dengan kaos hitam serta jas tentara di pundak dalam keadaan mabuk..."

Suaranya bergetar, tangisnya semakin pilu. Brian pun paham kejadian selanjutnya dan memeluk wanita tersebut untuk membuatnya tenang. Bagaimanapun wanita ini pernah menolongnya, memberikan jamuan luar biasa, kehangatan dan kasih sayang padanya seperti seorang Ibu

"Saat ini dia adalah orang ternama, Ibu marah setiap melihat berita tentang dia....

"Yeji tahu?" Tanya Brian dan wanita itu mengangguk. Brian mengehembuskan nafasnya pelan sembari halau air mata yang turun ke pipi, sebab jujur hatinya terkoyak mengetahui kisah kelam yang diakibatkan oleh pria berpangkat tinggi itu.

"Ibu memberi tahu?"

"Tidak, setelah pulang berkencan hari itu Yeji marah. Yej-

"Berkencan?" Brian menyela.

"Iya, Ibu tidak tahu siapa pria itu. Yeji tidak pernah cerita. Bajunya banyak darah nakk, Ibu khawatir tapi Yeji mengunci pintu kamarnya."

Brian terdiam, ia ingat foto yang ditemukan di meja rias Yeji. Ada tanggal di baliknya, apakah Yeji pergi berkencan dengan Jaemin?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bermuda Triangle - StrayKidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang