06 - Kecewa

78 11 0
                                    

“Ngapain kamu senyam senyum di sini?”

Lelaki yang sedari tadi tersenyum sambil menatap langkah Yujin dan Jiheon yang menjauh menoleh ke arah sumber suara. “Om? Kok di sini? Ngagetin tau gak?”

“Wajar kalau saya ada di mana-mana, tapi kamu engga. Kamu ngapain senyam senyum di sini?”

“Oh iya! Barusan cewek yang saya liatin itu bisa liat saya! Kok bisa??” jawab Minhee antusias.

Sang Malaikat Maut mulai tertarik dengan ucapan lelaki muda di depannya. “Ada orang yang bisa liat kamu?” Minhee mengangguk.

‘Dia bisa lihat arwah dari seseorang yang belum benar-benar meninggal?’

“Apa dia juga bisa melihat arwah lain?” tanya Malikat Maut.

Minhee terdiam, “Mana saya tahu. Saya kan baru muncul di sini hari ini, dan ketemu cewek ini barusan”

“Berarti dia bisa jadi clue untuk kamu” balasnya. “Kalau gitu saya pergi dulu, saya sibuk”

“Om!” seru Minhee menghentikan langkah Malaikat Maut. “Om mau ninggalin saya di sini sendiri lagi?” Malaikat Maut mengangguk memberi jawaban. “Tapi para murid udah pulang. Saya ngapain di sini? Saya juga mau pulang”

“Kamu mau pulang?” tanya Malaikat Maut dan diangguki Minhee. “Pulang ke hadapan Yang Maha Esa?”

“Om” rengek Minhee pelan.

Malaikat Maut menghembuskan napasnya, “Kamu tinggal masuk pintu yang tadi. Dan kamu harus janji kalau besok kamu akan datang lagi ke sekolah ini”

“Yes! Janji Om!”

-oOo-

Yujin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggulung rambutnya. Menarik langkahnya menghadap cermin. Menatap lama pantulan dirinya lalu mendesah pasrah dan melanjutkan kegiatan bersiapnya.

“Hari ini olahraga ya? Apa gue izin aja?”

“Lo mau izin? Kenapa?” tanya Jeno yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.

“Kak! Kalau sampe lo masuk pas gue masih telanjang, gue potong pedang lo!” kesal Yujin.

“Jangan asal ngomong dong, Jin! Gua masih perjaka nih!”

“Lo pikir gue percaya, hah?!”

“Hehe” balas Jeno sambil tersenyum. “Eh, serius! Lo mau izin?”

“Gue gak enak badan, Kak” keluh Yujin. Kondisinya memang belum 100% pulih dari tifus yang menyerangnya seminggu yang lalu. Ditambah dirinya terus teringat sosok yang ditemuinya kemarin yang mengaku sebagai ‘hantu’ membuatnya tidak bisa tidur nyenyak.

“Lo sakit?!? Kenapa gak langsung bilang!! Gue bilang Mama Papa dulu!” sewot Jeno dan langsung berlari keluar kamar Yujin. Sementara Yujin hanya bisa menghela napasnya.

.

tik tik

“12 detik lagi bel tapi tuh cewek belum muncul juga” ujar Minhee yang pandangannya bolak balik menatap gerbang dan jam dinding.

“Yujin gak masuk, Ji?”

Jiheon menoleh mendapati Lami bertanya padanya, dirinya kemudian tersenyum dan mengangguk, “Tante Yoona bilang mereka ada urusan”

Lami mengangguk, “Gue takut Yujin tertekan sama Kak Lena”

“Jadi lo khawatir sama Yujin doang? Sama gue engga?”

Lami menggeleng, “Bukan gitu. Lo tau kan gengnya Kak Lena gak main main kalau benci sama orang? Gue takut masalahnya Yujin jauh lebih berat di banding masalah lo”

‘Emang masalah Yujin sama Kak Lena apa sih?’

.

“Ada keluhan apa?”

Yujin menatap Yoona yang ikut masuk ke ruangan dokter bersamanya, “Awalnya saya cuman sering ngerasa gak enak badan, tapi saya baru sadar kalau belakangan ini muncul ini, Dok” Yujin menunjuk leher sebelah kanannya.

“Boleh saya lihat?”

Yujin mengangguk dan menggeser badannya supaya sang dokter lebih mudah melihat benjolan di lehernya.

“Dari awal munculnya emang udah merah gini?”

“Awalnya engga dok, makanya saya gak langsung panik. Cuman makin hari benjolannya tambah besar dan warnanya makin merah”

Sang dokter mengangguk, “Kalau gitu kita coba tes biopsi dulu. Nak Yujin masih sekolah?” tanya sang dokter yang kemudian dijawab anggukan dari Yujin. “Berarti kegiatan sekolah kamu bakal terganggu nantinya. Maaf ya”

“Gapapa ya, Nak” ujar Yoona. “Kalau perlu kamu homeschooling aja”. Yujin menekuk wajahnya mengetahui jika kemungkinan dia tidak bisa lagi bersekolah normal.

Denouement - Ahn YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang