23 - Mengaku

50 6 0
                                    

“Kang Minhee! Ayo bangun!”

Minhee membuka matanya perlahan, didapatinya orang-orang menatapnya penuh haru di ruangan yang mayoritas berwarna putih itu.

“Apa?”

Lena, saudara kembar Minhee itu menghela, “Lo koma udah kaya gamau bangun. Sekalinya bangun lo malah nanya ‘apa?’!! Nyesel gue khawatir”

Eunsang menyenggol pelan lengan Lena, “Jangan gitu”

Minhee mendelik lalu menghadap sang dokter, “Dokter, sekarang saya baik-baik aja kan?”

Dokter itu tersenyum kecil, “Saya rasa iya. Kamu gak keliatan kaya orang baru bangun dari koma soalnya”

“Iya dong! Saya kan jago!” sombong Minhee yang mendapat decihan dari Lena. “Sebel banget reaksi lo”

“Lo nyebelin!”

“Halah”



-o0o-



“Benjolannya udah kempes semua, tapi bekas lukanya bakal susah hilang”

Yujin mengangguk, “Gapapa kok dokter, biar orang tau Yujin pernah berjuang melawan suatu penyakit”

Dokter yang menangani Yujin selama 9 bulan ini hanya terkekeh. Aura positif yang dipancarkan pasiennya ini selalu menular padanya. Setelahnya dokter tersebut pamit saat dua lelaki memasuki kamar inap Yujin.

“Siapa, kak?” tanya Yujin pada Jeno.

“Halo, Yujin” sapa Sungchan sungkan. “Dosa banget kayanya gue”

“Harusnya kalo lo nyadar lo salah, ngakunya dari dulu, jangan nunggu masalahnya gede” omel Jeno.

“Kita mana tau kalo kita diadu domba, kak”

“Ngomongin apa sih?!” protes Yujin. Jeno lantas menatap Sungchan, meminta lelaki itu menjelaskan semuanya.

Sungchan menghela, “Pertama-tama, gue Sungchan, gue temennya Jay”

Yujin sedikit tersentak mendengar ucapan lelaki asing yang sedang mencoba menceritakan sesuatu padanya itu. Yujin sebenarnya sudah melupakan interaksinya dengan Jay semenjak dia mengetahui lelaki itu terikat dengan sebuah geng.

“Gue mau minta maaf mewakili Jay karena anak itu masih dalam masa pemulihan”

“Parah dong berarti? Udah terhitung lebih dari sembilan bulan loh kak” tanya Yujin.

“Lo gak perlu khawatir sama orang yang nempatin lo dalam masalah, Jin” sahut Jeno yang dibalas lirikan tajam Yujin.

“Lumayan lah, dia paling depan soalnya” balas Sungchan. “Kaya yang barusan gue bilang, sebenernya geng kita diadu domba sama salah satu anggota gengnya kak Siyeon. Gue juga baru tau waktu kak Siyeon tiba-tiba dateng dan jelasin semuanya, dia juga udah ngehukum anggotanya itu. Dan lagi, ide untuk ngadu domba kita itu bukan murni dari si anggota itu, tapi dari oknum lain yang…”

“yang apa?”

“Yang terobsesi sama gue”

Jeno mendecih, “Emang ada orang terobsesi sama lo?”

“Lo bisa tanya kak Siyeon kalo lo ga percaya sama gue”

“Dan lo berpikir gue bakal percaya sama Siyeon?”

Yujin menggelengkan kepala ketika dua makhluk di depannya kembali berdebat. “Yaudah, intinya kalian diadu domba pake nama gue kan?”. Sungchan mengangguk. “Berhubung gue juga lagi dalam masa pemulihan dan gak boleh stress, gue memilih melupakan masalah ini”

“Gak bisa gitu dong, Jin?! Kan nama lo yang jadi jelek di mata orang?!” protes Jeno.

“Terus lo mau gimana kak? Toh udah kejadian juga. Yang lalu biar berlalu” balas Yujin yang membuat Jeno kecewa. Karena yang sebenenarnya Jeno inginkan adalah para siswa yang terlibat tawuran kemarin meminta maaf dan mengakui kalau Yujin tidak terlibat apapun.

“Oh iya, satu lagi, kak” sambung Yujin. “Salam buat kak Jay, semoga cepet sembuh. Tapi maaf, gue emang gak bisa nerima dia”

“Kasian banget udah bonyok masih tertolak” guman Sungchan yang sebenarnya masih dapat didengar Yujin dan Jeno. “Nanti gue sampein. Kalau gitu gue pamit ya”

“Oh iya, kalau masih ada yang bikin lo penasaran, lo bisa tanya gue atau kak Siyeon” tambah Sungchan.

“Lo punya hubungan apa sama Siyeon?”

Sungchan hanya tersenyum dan meninggalkan ruangan itu tanpa memberi jawaban yang dinanti.








“Kak, kalo sampe lo cuman becandain Jiheon, gue bunuh”

Denouement - Ahn YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang