15 - Ketahuan

45 4 0
                                    

“Sebenernya tadi lo kemana sih?” tanya Yujin pada Minhee sepulang dari rumah sakit. Setelah Yujin menemukan Minhee, sosok itu seketika menjadi pendiam.

“Sebelumnya lo gak tinggal di sini, kan?” balas Minhee balik bertanya.

Yujin mengernyit, “Iya, terus kenapa?”

“Gue nemu surat peringatan atas nama lo di kamar sepupu lo kemaren”

“Terus?”

“Logikanya lo tuh murid baru, tapi udah dapet surat peringatan. Orang pasti mikir lo murid bermasalah”

Yujin memutar bola matanya, “Terus maksudnya lo juga mikir gue begitu?”

“Kenapa lo bisa dapet surat peringatan? Kenapa lo pindah ke sini? Kenapa lo gak pindah sama keluarga lo? Apa ada kaitannya sama geng lo dulu?” tanya Minhee beruntun.

Yujin menghela, “Sekarang lo penasaran sama semua masa lalu gue? Oke!”

“Setelah gue tau kalau temen main gue itu terikat sama sebuah geng, gue berhenti temenan sama mereka. Gue gamau ikut-ikutan yang begituan. Tapi mereka gak ngebiarin gue lepas begitu aja. Mereka pake semua cara supaya gue gabung sama mereka, sampe gue ngerasa diterror. Setelah itu gue trauma, kesehatan mental gue terganggu, aktivitas belajar gue pun terganggu” jelas Yujin memberi jeda sembari memperhatikan reaksi Minhee.

“Gue gak bisa ceritain masalah ini selain sama psikiater gue. Setelah gue konsultasi beberapa kali dan mendingan, dia nyaranin gue untuk tinggal di tempat baru sampai rasa takut gue sama mereka hilang. Sebenernya dia nyaranin tempat yang lebih tenang kaya perdesaan, tapi gue gak punya kerabat yang tinggal di daerah begitu dan ortu gue bakal repot kalau harus tinggal di desa. Berakhirlah gue dipindah ke sini sendirian karena kak Jeno bilang dia pengen punya temen dan karena gue tau di sini ada Jiheon” lanjut Yujin. Dilihatnya Minhee yang mulai mengerti kisah masa lalunya.

“Dan soal surat peringatan itu…” Yujin menghela. “Gak lama setelah gue jadi murid di sekolah yang sekarang, ada kakak kelas famous yang terang-terangan naksir gue. Bukannya gue mau sombong nih ya. Tapi berakhir gue tolak karena gue emang gak berniat untuk jadi anak terkenal di sekolah. Nyatanya gue malah makin terkenal dan nama gue jadi jelek setelah nolak si kakak kelas ini. Terus gak lama, ada gosip yang bilang gue nolak dia karena gue punya cowok dari sekolah lain yang jadi musuh sekolah gue. Gue gak tau ini gosip munculnya dari mana. Yang jelas gue drop lagi setelah jadi terkenal gitu, dan gue gak masuk beberapa hari. Di hari gue masuk, rame kabar kalau kakak kelas yang naksir gue ini ternyata ketua geng motor, kaya Dilan, dan mereka tawuran sama geng dari sekolah lain itu. Beramai-ramai tuh warga sekolah selain temen sekelas gue yang berempat itu nuduh gue penyebabnya. Bahkan orang tua yang anaknya ikut tawuran itu juga nyalahin gue. Dan karena banyaknya tuduhan itu gue dipanggil bk dan dapet sp. Dan alesan kenapa suratnya ada di kak Jeno karena dia yang dateng ke sekolah jadi wali gue. Gak mungkin kan gue kasih tau mama atau papa. Nanti gue malah nambahin beban” final Yujin.

“Tapi mereka masih suka rundung lo, Jin” ujar Minhee setelah sebelumnya serius mendengarkan Yujin. “Lo gak ada niat buat ngejelasin ini ke mereka?”

“Lo pikir gampang bikin orang yang jelas jelas benci sama lo buat ada di pihak lo dan percaya sama lo?” tanya Yujin. “Kalau buktinya ada sih gue juga pengen nunjukkin ke mereka biar mereka malu udah nuduh gue yang bukan bukan”


-o0o-


“Lo pasti jadi ketos berikutnya” celetuk Yujin setelah Jiheon duduk di sampingnya. Jiheon menoleh, merasa Yujin masih akan melanjutkan kalimatnya. “Sesering itu dia ngajak lo diskusi. Gak aneh sih kalau pacar ketos itu sempet gak suka sama lo”

“Tapi sekarang kita temenan” ujar Jiheon.

“Dan dia masih gak mau temenan sama gue” balas Yujin.

“Yang penting gue masih temenan sama lo”

“Masa?” sahut Yujin membuat Jiheon mengerutkan dahinya.

“Kok gitu? Lo udah gamau temenan sama gue?”

Yujin memicing, “Lo sama kak Jeno ada hubungan apa?”

“Hah? Itu…” Jiheon mengalihkan pandangannya. “Kemarin Minggu, kak Jeno ngajak gue ke acara temennya dan bilang kalau gue pacarnya”

“Jadi maksudnya sekarang kalian pacaran gitu?!”

“Hah?! Apa?? Siapa yang pacaran??” tanya Yuna rusuh mendengar kata ‘pacaran’.

Yujin dan Jiheon saling menatap. “Gue sama Jiheon” ujar Yujin dengar wajah datar. Mencoba tidak mencurigakan.

“Ih, lesbi” sahut Kangmin santai. “Tapi kok cewek enteng banget ya ngomong begitu? Coba gue. SEONGMIN, JADIAN KUY?!”

“GAK YA! GUE GAK MAU JADI PELAKOR! Masa gue jambak-jambakan sama Lami?!” sahut Seongmin meladeni candaan Kangmin.

“Kalian liat?? Gue ditolak!”

“Artinya dia tau diri untuk gak jadi pelakor” ujar Yuna.

“Padahal gue mau aja loh jambak-jambakan sama Seongmin” sahut Lami yang sedari tadi tertawa menyaksikan tingkah teman-temannya.

Yujin yang menyadari Jiheon memperhatikan Lami lalu mendekat dan berbisik, “Lo gak perlu ngerasa bersalah”

“Coba lo yang ada di posisi gue”

“Gini, status lo sama orang gila itu belum jelas. Lagian kalau suatu saat dia memperjelas, gue yakin dia gak bakal terima penolakan secara dia udah mengklaim kalau lo pacarnya di depan temennya” jelas Yujin.

“Terus maksudnya lo nyuruh gue ada di posisi lo apa? Emang lo mau ada di posisi gue??” tanya Yujin bercanda untuk mencairkan suasana dan membuat atensi ketiga teman dekatnya itu kembali pada mereka berdua.

“WADUH POSISI APAAN?!!”


-o0o-


“Kak Yena, Yuri ajak Yeji ya?” bujuk Yuri.

“Bawa kamu aja kakak sungkan, ini kamu malah mau ngajak Yeji”

“Nanti Yuri diuwel-uwel kak Hyewon kakak cemburu jadi kambing conge”

“Kalau gitu sekalian kamu gak usah ikut”

“Apa?! Yuri gak ikut?! Terus aku sama siapa kak?!” tanya Yeji sedikit drama.

Yena menghela menatap Yuri yang tersenyum lebar tanpa merasa bersalah. “Yaudah ayo, Hyewon nungguin”

Berangkatlah mereka ke tempat Yena dan Hyewon janji bertemu. Sebuah tempat tongkrongan anak muda. Cukup besar, namun tidak terlalu ramai. Mungkin dikarenakan tempatnya yang sedikit tersembunyi.

“Kaya angker”

“Jangan sembarangan, kalau beneran nanti ada yang dateng loh” ujar Hyewon menimpali gumaman Yuri di rangkulannya.

“Tapi serius deh, lo tau tempat beginian dari mana coba?” tanya Yena. “Gue aja ogah lewat gang sepi kek tadi”

“Kalau malem emang gak bahaya kak?” tanya Yeji yang juga ikut penasaran.

“Gue tau dari si Hangyul. Dia nyaranin tempat ini pas anak karta ada acara bukber. Dan emang ramenya kalau malem, jadi gak begitu mencekam” jelas Hyewon menjawab pertanyaan Yena dan Yeji.

Mereka lalu duduk di tempat kosong dan melihat daftar menu. Harga yang tertera memang sangat terjangkau dan cocok untuk anak muda mengisi kegabutannya.

Selesai memesan, mata Yuri, Yena, dan Yeji menjelajah tempat itu. Hingga pandangan Yuri berhenti di satu titik. Hyewon yang sudah terbiasa dengan tempat itu menyadari Yuri sudah tidak memperhatikan hal lain selain sebuah spot yang diisi banyak gadis seusianya.

“Kenapa, Ri? Ada kenalan lo?”

Denouement - Ahn YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang