Part 5

4.1K 465 1
                                    

Bertahan hidup di kota besar memang bukan perkara mudah, apalagi kalau kita tidak punya keterampilan. Jangankan memiliki keterampilan yang memadai, kalau kita tidak memiliki koneksi saja mencari pekerjaan akan sangat sulit. Beginilah yang kualami sekarang. Seminggu setelah diusir dari rumah keluarga Lee, aku masih saja kesulitan mencari pekerjaan. Bukannya aku tidak mencoba, aku sudah memasukkan surat lamaran ke berbagai perusahaan, tetapi tidak ada yang menerimaku.

Aku adalah lulusan terbaik jurusan desain grafis dari sebuah universitas terkenal, tapi kenapa tidak ada yang mau mempekerjakan aku? Ah, dan satu hal yang membuatku tertawa getir adalah ketika mendengar alasan mereka menolakku. Mereka selalu menjawab dengan satu alasan “Kami tidak diperbolehkan menerima Na Jaemin di perusahaan kami.” Alasan penolakan macam apa itu? Baru pernah aku mendengar seseorang dilarang bekerja di perusahaan. Setahuku hal-hal macam itu hanya berlaku bagi hewan. Larangan semacam “Dilarang membawa hewan ke dalam ruangan!”

Tapi beberapa saat kemudian aku menyadari kalau ternyata semuanya memang sudah direncanakan. Kaum kelas atas seperti Mrs. Lee pasti sangat mudah menekan semua perusahaan-perusahaan kecil untuk tidak menerimaku. Betapa bodohnya aku, berusaha mempercayai kalau Mrs. Lee itu akan berubah seiring waktu aku menikah dengan Jeno. Kalau memang dari awal sudah benci, ya tidak mungkin akan berubah jadi sayang.

Aku duduk termenung di warung tenda pinggir jalan sambil menenggak habis soju yang baru disajikan beberapa menit yang lalu. Padahal biasanya aku sangat jarang minum-minum, tapi entah kenapa rasanya semua sakit hati yang membludak ini memaksaku untuk menyentuh minuman keras ini. Bukan hanya sakit hati ini saja yang menyiksaku, tapi keadaan tubuhku juga sepertinya sedang tidak bisa diajak kompromi. Beberapa hari ini aku selalu terbangun karena rasa mual yang luar biasa. Bukan hanya itu, kalau aku terlalu lelah berjalan juga rasanya aku seperti mau pingsan. Sebenarnya apa yang terjadi padaku?

Setelah membayar sebotol soju yang kuhabiskan, aku berjalan meninggalkan warung tenda itu untuk kembali ke sauna dimana aku menetap selama ini. Saat baru berbelok di persimpangan, tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing. Tidak mungkin aku mabuk hanya karena sebotol soju kan? Pandangan mataku mengabur dan jalanku mulai sempoyongan. Beberapa saat kemudian aku mendengar seseorang berteriak “Jaehyun! Oh my God, help me pelase!” sebelum akhirnya aku tidak sadarkan diri.

🌿🌿🌿

Saat aku membuka mata, aku hanya melihat warna putih dan mencium bau obat-obatan. Tidak salah lagi, ini rumah sakit. Tapi, aku tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit. Aku harus bagaimana? Ah, sebaiknya aku kabur saja. Tapi niatanku untuk kabur batal setelah seorang pria berlesung pipi yang menggenggam dua kaleng kopi memasuki ruangan.

“Oh, kau sudah sadar,” walaupun awalnya wajah asing pria itu membuatku takut, tapi setelah ia menunjukkan senyumnya yang lebar dan tulus aku baru menyadari bahwa aku telah berburuk sangka. Pasti pria ini yang telah membawaku kemari.

“Apakah Anda yang membawaku kemari?”

“Ah, ne. Kami yang membawamu kemari, tetapi yang menemukanmu pingsan di jalan adalah kekasihku,” ucapnya. Dia berjalan mendekati sofa dan baru saja aku sadar kalau ternyata ada pria lain yang tengah tertidur di sofa panjang itu. Wajah pria yang tertidur itu sangat tampan dengan kulit putih sempurna, rambut hitam legam, bibir tipis, dan bulu mata yang panjang. Betapa sempurnanya pria ini. Ani, tunggu, keduanya sangat tampan dan tinggi, apakah mereka model?

“Taeyong-ah, bangun! Orang yang kita tolong sudah sadar,” dengan lembut pria itu mengelus kepala dan membangunkan kekasihnya.

Sambil mengucek-ngucek matanya, Taeyong terbangun dan menatap ke arahku. Dia langsung saja tersenyum yang membuatku refleks membalas senyumnya,”Ah, syukurlah kau sudah bangun Jaemin-ssi.”

Setelah berkenalan aku tahu bahwa tebakanku sebelumnya tidak terlalu salah. Pria pertama yang berlesung pipi bernama Jung Jaehyun, dia seorang CEO penerbitan besar di Jepang, sedangkan kekasihnya adalah Lee Taeyong, seorang model terkenal yang sekarang sedang dikontrak di Jepang. Mereka berdua lebih tua dariku dan menyuruhku memanggil mereka hyung. Tiba-tiba aku merasa seperti menemukan keluarga baru.

So, Jaemin-ah, apa yang membuatmu bepergian sendirian dalam keadaan hamil seperti ini?” pertanyaan Taeyong hyung membuatku membulatkan mata. Hamil? Siapa yang hamil? Aku?

“Apa maksudmu hyung? Siapa yang hamil?”

“Ya ampun! Selama ini kamu tidak tahu kalau kamu sedang hamil?” Taeyong hyung membelalakkan matanya. Aku hanya menggelengkan kepala pelan.

“Jaemin-ah, tadi sewaktu dokter selesai memeriksamu, beliau memberikan surat hasil pemeriksaan ini pada kami,” Jaehyun hyung merogoh sebuah surat di kantong mantelnya dan menyerahkannya padaku,”Tariklah napas panjang dulu sebelum membacanya!”

Aku mengangguk dan mengikuti saran Jaehyun hyung. Kubuka surat itu setelah menarik napas panjang. Benar saja apa yang tertulis pada surat pemeriksaan itu benar-benar mengejutkanku. Walaupun tadi Taeyong hyung sudah mengatakan kalau aku hamil, tapi beda rasanya setelah membaca surat itu. Aku tidak tahu harus senang, sedih, marah, atau kecewa. Rasanya semua perasaan itu campur aduk jadi satu.

“Jaemin-ah, neo gwaenchana?” Taeyong hyung memegang pundakku,”Bukankah kau seharusnya senang karena sedang hamil sekarang?”

Hyung, aku tidak tahu harus bagaimana,” kupandang sekali lagi surat itu berharap semua tulisannya akan berubah menjadi setidaknya ‘kelelahan dan dehidrasi’ atau semacamnya.

Waegurae? Museun iri isseo?” Jaehyun hyung menatapku penuh tanya. Haruskah aku menceritakan semua yang terjadi pada mereka? Ataukah aku harus memendamnya semua seorang diri? Tapi, perkataan Jaehyun hyung selanjutnya membuatku terharu,”Kalau kau memang merasa itu hal yang terlalu pribadi, aku minta maaf karena telah menanyakannya. Kami tidak memaksamu menceritakan apa yang terjadi. Kami hanya merasa khawatir dengan keadaanmu.” Taeyong hyung mengangguk setuju dengan perkataan kekasihnya.

Melihat ketulusan mereka, akhirnya aku menceritakan semua yang kualami selama beberapa bulan ini. Mulai dari kematian kakek, perjodohan secara tiba-tiba, pernikahanku dengan seorang anak orang kaya, sampai aku diusir dari rumah mertuaku dan saat aku bertemu dengan mereka di jalan. Aku sengaja tidak mengatakan pada mereka siapa nama suamiku, tapi mereka menyadari privasiku.

“Jadi, saat ini kau sedang mencari pekerjaan untuk menghidupimu dan bayimu?” tanya Jaehyun hyung.

“Aku tidak tahu apakah aku akan merawat bayi ini hyung,” ucapku lirih.

Yah! Apa yang kau bicarakan Jaemin-ah? Bagaimana bisa kau mempunyai pikiran untuk mengaborsi bayi ini? Kau seharusnya bersyukur karena Tuhan masih mempercayaimu untuk memiliki seorang bayi dari kandunganmu. Tidak banyak laki-laki yang diberikan anugerah seindah ini oleh Tuhan,” kulihat wajah Taeyong hyung yang selalu tersenyum menjadi sedih. Jaehyun hyung merangkulkan lengannya ke pundak kekasihnya dan menariknya ke dalam side hug. Taeyong hyung menggenggam tangan Jaehyun hyung memberikan isyarat bahwa ia baik-baik saja, tapi dari sini saja aku sudah tahu kalau ia berusaha menutupi kesedihannya dengan senyum palsu.

Hyung, mianhae,” ucapku.

“Hm, tak apa. Aku hanya merasa iri padamu Jaemin-ah.”

“Iri?” aku tidak tahu.

“Ya, iri. Kau bilang kalau kau baru menikah empat bulan yang lalu dan sekarang kau sudah hamil. Sedangkan aku dan Jaehyun sudah menjalin hubungan lebih dari lima tahun dan aku jelas-jelas tidak bisa memberikannya keturunan.”

“Yah, apa yang kau katakan? Kita sudah membahas tentang hal ini Yongie. Berhentilah mengatakan hal itu,” tangan besar Jaehyun hyung mengusap airmata yang mengalir di pipi mulus kekasihnya.

“Tapi Hyun,” Jaehyun hyung segera menghentikan ucapan Taeyong hyung dengan menariknya ke dalam pelukan,”Please jangan menyalahkan dirimu lagi seperti ini. Aku mencintaimu bagaimanapun keadaannya.”

Sejak saat itulah aku tidak lagi memiliki pikiran untuk mengaborsi bayi ini. Justru aku ingin merawatnya sepenuh hati. Walaupun Jeno tidak ada di sisiku, tapi aku yakin kalau aku bisa menjadi orang tua tunggal bagi bayi ini. Aku ini Na Jaemin. Na Jaemin tidak kenal menyerah.

🌿🌿🌿

It's Okay My Love (Nomin) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang