Part 9

3.9K 471 7
                                    

Taman rumah sakit terlihat ramai. Banyak pasien dari segala usia yang memilih menghabiskan waktu luangnya untuk menghilangkan penat, walaupun sekadar jalan-jalan didampingi sanak saudara atau pun orang tercinta. Tidak terkecuali seorang anak kecil bernama Lee Nomin yang sibuk berlarian di lapangan bola mini di taman rumah sakit.

Dengan sigapnya anak kecil berambut hitam itu berlari menggiring bola menuju tiang gawang sambil tertawa riang. Tidak berapa lama, seorang pria jangkung mendekat ke arahnya dan berusaha merebut bola itu, tapi Nomin tidak mau mengalah. Mereka berkejaran dengan posisi si pria jangkung berusaha melambatkan gerakannya supaya keponakannya bisa sampai ke tempat tujuan lebih dulu.

“Ayo tendang bolanya ke gawang, Nomin-ie!” suara cempreng seorang pria berkulit agak gelap terdengar nyaring dari tepi taman. Tidak tanggung-tanggung, pria itu juga melambai-lambaikan kedua tangannya ke kanan dan kiri seolah-olah dia adalah seorang pemandu sorak. Lelaki di sampingnya hanya tersenyum sambil sesekali geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanakan kekasihnya.

“Aku akan merebut bolanya,” seru Park Jisung yang masih setia berusaha merebut bola dari kaki kecil Lee Nomin.

“Ambil saja kalau bisa Jisung ahjussi, weeek,” anak itu berbalik sekilas sambil menjulurkan lidahnya, memberikan Jisung ekspresi merong dengan tujuan mengejek larinya yang lamban.

“Kau berani meledekku, Nomin-ie!”

Chenle yang sudah bersedia di depan gawang justru tertawa melihat tingkah kekanakan paman dan keponakan itu. Jisung yang berpura-pura marah dan Nomin yang sangat pandai menggoda pamannya merupakan pemandangan yang bisa dinikmatinya setiap hari dan tak akan pernah membuatnya bosan. Namun sialnya, karena sibuk tertawa, pria yang berasal dari China itu tidak sadar kalau Nomin sudah menendang bolanya sekuat tenaga ke arah gawang yang dijaganya.

“GOOOOOOL,” Mark yang sedari tadi diam saja mengamati jalannya pertandingan dan tingkah polah kekasihnya, sekarang berjingkrak-jingkrak kegirangan saat keponakannya berhasil membobol gawang Chenle. Tak berselang lama, Haechan turut berpegangan tangan dengan kekasihnya dan berjingkrak-jingkrak sambil berputar-putar seperti anak kecil.

“Goool, Nomin hebat!” pujinya. Sedangkan Jisung yang merasa dikalahkan oleh anak kecil memilih untuk berguling-guling di atas rumput.

Seolah sedang melakukan selebrasi, anak berusia lima tahun berlari mengelilingi lapangan kecil itu sembari mengangkat kedua tangannya tinggi. Saat dilihatnya pria tua sedang berjalan ke arahnya sembari tersenyum, Nomin langsung melompat ke dalam pelukan kakeknya.

Haraboji, Nomin berhasil mencetak gol,” dengan bangganya Nomin menceritakan prestasi kecilnya barusan.

Eoh, harabeoji juga melihatnya barusan. Nomin benar-benar hebat bermain bola,” Mr. Lee mengacungkan jempolnya di depan Nomin yang membuat anak kecil itu tersenyum lebar.

“Tapi, Nomin masih belum sehebat appa, Harabeoji.”

“Hahaha, kalau Nomin mau terus belajar, nanti lama-kelamaan kemampuan Nomin pasti bisa seperti Appa, bahkan lebih.”

Jincha?”

“Tentu saja.”

🌿🌿🌿

Setelah pertengkaran hebat di depan ruang operasi tiga bulan yang lalu, Mr. Lee memaksa istrinya untuk berkata jujur dengan ancaman apabila Mrs. Lee ketahuan berbohong, Mr. Lee tidak akan segan-segan melayangkan surat cerai. Mendengar ancaman yang begitu menakutkan, mau tidak mau ibu mertua jahat itu menceritakan semuanya. Apa yang sudah ia lakukan pada Jaemin, mulai dari memaksanya bekerja keras seperti pembantu, memfitnahnya, dan mengusirnya dari kediaman Lee.

It's Okay My Love (Nomin) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang