遥かこの先が 見えない道でも 君が笑うなら 前に踏み出すよ だからさあ歩こう 二人で歩こう
I held you tight in my arms just like what I did back then
I held you even more tighter than I did back then
Shall we walk again, Let’s walk again together
.
.Seorang wanita berusia lima puluhan dengan wajah yang masih cantik namun terkesan menguarkan aura kejam keluar dari mobil sedan mewah yang berhenti di parkiran Seoul International Hospital dengan tergesa-gesa. Sambil menenteng tas tangan yang pastinya berharga jutaan won, wanita itu melangkahkan kakinya yang mengenakan sepatu hak tinggi hingga menimbulkan suara ketukan yang lumayan keras ke dalam gedung rumah sakit meninggalkan suami dan calon menantunya di parkiran. Dia tidak punya waktu untuk menunggu mereka. Ada hal penting yang harus diurusnya segera.
“Yeobo, tunggu aku!” teriakan suaminya tidak dipedulikan seolah-olah yang ada di pikirannya hanya satu orang.
Jaemin. Na Jaemin. Ya, mendengarkan nama itu saja sudah membuat jantungnya berdegup kencang dan membuat otaknya berputar cepat mencerna suasana. Dia tidak akan membiarkan anaknya untuk kembali mendekati pria itu. Lee Jeno tidak boleh kembali pada Na Jaemin. Tidak. Bahkan, untuk seratus tahun pun dia akan tetap menolak hubungan mereka.
Walaupun dia hanya menengok Jeno sekali, tetapi ingatan wanita itu masih tajam. Beberapa kali berbelok dan beberapa bangsal kemudian, dilihatnya pintu kamar rawat anaknya. Entah kenapa ia merasa keringat dingin mulai membasahi dahinya. Sial, ini pertanda buruk, rutuk wanita itu dalam hati. Tangannya sedikit bergetar saat menyentuh gagang pintu. Sekuat tenaga ditepisnya firasat buruk yang tiba-tiba hinggap.
Kosong. Itulah yang didapati wanita itu kala pintu ruangan menjeblak terbuka. Tidak ada siapapun di ruangan itu. Kemana perginya Lee Jeno? Apa jangan-jangan dia mengejar Na Jaemin? Atau mungkin dia sudah berbaikan dengan Jaemin? Ani. Tidak bisa. Kalau mereka bersama, itu artinya perbuatan jahatnya pasti sudah terbongkar.
“Lho, mana Jeno?” sang suami yang baru saja sampai bertanya pada Mrs. Lee yang masih membeku. Karena tidak mendapat tanggapan, CEO Lee Corp itu mengalihkan pandangannya pada Choi Jinhee yang masih sedikit tersengal.
“Aku juga tidak tahu Abeoji,” perempuan cantik itu menggeleng pelan seraya mengatur pernapasannya.
“Maaf tuan dan nyonya, apa yang sedang kalian lakukan di ruangan Jeno-ssi?” suara seorang suster membuat ketiga orang di dalam ruangan menoleh bersamaan.
“Sus, dimana Lee Jeno sekarang?” suara wanita itu sedikit bergetar. Dalam hati ia berusaha berdoa agar semua yang dipikirkannya tidak menjadi kenyataan.
“Oh, pasien sedang di ruang operasi. Dokter Kim mengajukan jadwal operasi karena kondisi Nomin tiba-tiba menurun,” suster berparas manis itu dengan tenang memberikan informasi yang membuat ketiganya mengernyit bingung. Ruang operasi? Nomin?
“Operasi? Operasi macam apa sus?” pria berperawakan tinggi tegap kini turut tertarik dengan keadaan yang sedang berlangsung.
“Begini Tuan, Jeno-ssi sedang menjalani operasi transplantasi hati untuk menyelamatkan anaknya yang menderita atresia bilier.”
“Transplantasi hati katamu,” Mrs. Lee beringsut ke arah sang suster marah, kedua tangannya terjulur meraih dan mencengkeram erat baju seragam suster sambil melemparkan tatapan mengancam. Suster manis dengan tagname Han Yuju itu kaget dan ketakutan mendapati perilaku beringas wanita yang baru ditemuinya.
“Yeobo,” Mr. Lee bergerak meraih lengan kanan istrinya mencoba menghentikan perbuatan bodoh istrinya dibantu Jinhee yang meraih lengan kirinya. Keduanya terlihat seperti petugas rumah sakit jiwa yang sedang menenangkan salah satu pasiennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay My Love (Nomin) ✔
FanfictionJeno adalah seorang atlet sepak bola yang sedang mengalami cedera dan harus menjalani perawatan di rumah sakit selama satu bulan. Karena selama berada di rumah sakit ia mengalami kebosanan, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan-jalan dan tidak senga...