Aku pindah ke Jepang karena Jaehyun hyung menawariku pekerjaan sebagai salah satu komikus di perusahaannya. Tentu saja aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Apalagi dengan pergi ke Jepang aku bisa menghindari Jeno dan Mrs. Lee. Di sana aku tinggal di apartemen pekerja yang memang disediakan khusus bagi seluruh karyawan perusahaan yang memiliki tempat tinggal jauh.
Awal bekerja di perusahaan, Jaehyun hyung memperkenalkanku pada Zhong Chenle dan Park Jisung yang akan menjadi rekan kerja satu tim. Mereka berdua lebih muda dariku, tapi kami bisa langsung akrab. Aku sangat senang. Inilah awal kebangkitanku.
Hari-hariku selalu diisi dengan bekerja dan bekerja, kecuali akhir pekan yang kuhabiskan dengan berjalan-jalan bersama Chenle dan Jisung, terkadang Taeyong hyung dan Jaehyun hyung juga ikut. Aku merasa telah mempunyai keluarga baru di sini. Walaupun begitu, aku tidak melupakan sahabatku di Korea. Aku terus saja berhubungan dengan Haechan. Dia mengatakan kalau dia sudah menjalin hubungan dengan seorang pemuda bernama Mark Lee yang bekerja sebagai pengacara.
Setiap bulan aku rutin pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kandunganku, tentu saja aku tidak pergi sendiri. Taeyong hyung bilang dia akan sangat khawatir kalau aku pergi sendiri, jadi dia pasti menemaniku.
“Jangan pernah berpikiran untuk pergi sendirian! Kau ingat bagaimana kita bertemu? Saat itu kau pergi sendirian kan? Aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu jadi menurut sajalah padaku,” itu adalah omelan andalan Taeyong hyung.
“Tapi hyung aku yakin aku sangat sehat,” bukannya membiarkanku pergi sendirian, Taeyong hyung justru menyeret Jaehyun hyung dan menyuruhnya untuk ikut memarahiku.
“Jaemin-ah, turuti saja kemauan Taeyong. Kau tahu apa yang akan terjadi kalau kau menolak perintahnya kan? Bisa-bisa aku yang kena batunya,” dengan pandangan memohon dari Jaehyun hyung akhirnya aku setuju untuk pergi bersama hyungku itu. Ya betul, mereka berdua sudah kuanggap sebagai hyung, kakak dalam keluargaku, sedangkan Chenle dan Jisung adalah dongsaengku.
Saat usia kehamilanku sudah delapan bulan, aku masih saja masuk ke kantor. Aku beralasan bahwa tidak ada kegiatan yang bisa kulakukan di apartemen dan menganggur membuatku bosan setengah mati. Dengan alasan itu Jaehyun hyung terpaksa mengizinkanku untuk tetap masuk.
“Argh, kenapa rasanya sakit sekali,” aku bergumam pada diriku sendiri ketika aku sedang mengerjakan sebuah sketsa untuk komik bulanan di majalah garapan tim kami.
Chenle yang tidak jauh dariku mendengar keluhanku,”Waegurae hyung?”
Suara Chenle yang tidak bisa dikatakan pelan itu membuat Jisung meninggalkan pekerjaannya dan mendekat ke arahku,”Hyung, gwaenchana?” kepanikan terpancar jelas di wajah kedua dongsaengku.
“Aku ba-,” belum sempat berbohong pada keduanya, rasa sakit itu semakin bertambah, keringat dingin mulai membasahi dahiku, tanganku mengelus perutku yang sudah semakin besar.
“Arrghhhh,” aku hanya bisa merintih kesakitan. Bagaimana bisa rasa sakitnya seperti ini?
“Oh My God, Jisungie, sepertinya ini sudah waktunya,” Chenle menepuk pundak Jisung keras. Apa? Sudah waktunya? Tapi kandunganku belum genap sembilan bulan. Bagaimana bisa? Apakah bayiku akan lahir prematur?
“Ah, kenapa tak terpikirkan olehku,” Chenle menepuk dahinya menyadari kebodohannya,”Jisung, segera hubungi Jaehyun hyung. Kita harus segera membawa Jaemin hyung ke rumah sakit.”
“Lele, aku tak….apa…apa,” Chenle memukul lenganku pelan dan melotot sengit padaku,”Bagaimana tidak apa-apa? Dari tampangmu aku sudah tahu kau sedang kesakitan hyung. Jangan gunakan waktumu untuk berbohong padaku, lebih baik kau rileks dulu sekarang. Aku akan mengemasi barang-barangmu dan kita akan segera ke rumah sakit begitu Jaehyun hyung datang.”
Dari tempatku duduk kudengar Jisung yang terburu-buru menghubungi Jaehyun hyung. Chenle yang sudah berhenti mengomel mulai memasukkan semua barang-barang penting bawaanku ke dalam tas, sedangkan aku mencoba mengikuti saran Chenle untuk rileks. Tarik napas, keluarkan perlahan.
Mungkin perkataan mereka berdua ada benarnya. Ini sudah saatnya aku melahirkan. Mungkin juga firasatku untuk memakai pakaian longgar dan celana trining ada benarnya. Baiklah tak apa kalau bayiku ini lahir prematur, tapi aku berharap dia akan tumbuh dengan sehat.
“Kajja hyung! Jaehyun hyung sedang bersiap ke mobilnya,” Jisung memberitahukan Chenle untuk segera memapahku ke parkiran. Keduanya mulai merangkulkan tanganku ke pundak masing-masing, tapi belum berapa lama Jisung justru menyelipkan lengannya ke belakang lututku mengangkatku seorang diri.
“Aish, mianhae hyung,” Jisung mengurungkan niatnya untuk memapahku dan mulai mengangkat tubuhku bridal style. Chenle menyetujui usulan Jisung karena cara ini dianggap lebih efektif mengingat keadaanku sekarang. Karena rasa sakit yang kurasakan semakin menjadi, tanpa sadar aku meremas bagian punggung Jisung yang mungkin saja bisa merobek baju yang dipakainya, tapi Jisung tidak peduli dengan hal itu.
“Jisung-ah, sakit sekali…,” aku merintih di pelukan dongsaengku itu.
“Gwaenchana hyung.”
“Bersabarlah hyung,” Chenle terus memberikan semangat padaku.
“Palli palli!” Jaehyun hyung yang sudah bersiap di dalam mobil bahkan sudah membukakan pintu mobilnya untuk kami. Kalau tidak sedang kesakitan aku pasti akan tertawa karena kejadian ini sangat mirip seperti latihan evakuasi bencana.
🌲🌲🌲
Normal POV“Apa yang aku katakan sebelumnya tentang bekerja di saat kandunganmu sudah sebesar itu huh?” ucap sang model yang terus memelototi pemuda yang hanya bisa tersenyum-senyum sendiri itu sambil berkacak pinggang. Tiga orang lainnya di ruangan itu hanya bisa diam seolah mereka yang sedang dimarahi, padahal bukan.
“Hyung, mianhae. Tolong lupakan hal itu. Yang penting kan sekarang aku baik-baik saja,” Jaemin yang sudah baikan setelah melahirkan itu mencoba meredakan emosi Taeyong yang sangat khawatir akan keadaannya.
Tapi bukannya reda, Taeyong justru menitikkan air mata,”Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk padamu dan bayimu itu Jaemin-ah? Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri,” melihat hyung nya itu menangis, Jaemin menarik tubuh sang model ke dalam pelukannya.
“Hyung, mianhae. Aku benar-benar tidak bermaksud membuatmu dan yang lainnya khawatir,” ucapnya sambil melirik ke arah tiga orang lainnya yang hanya bisa duduk menenangkan diri setelah berlarian beberapa jam yang lalu,”Gomawo karena kalian telah berada di sampingku saat aku membutuhkan sahabat.”
“Babo hyung! Tentu saja kami akan ada di sampingmu. Kami kan sahabatmu,” Chenle berlari ke arah kedua orang yang berpelukan dan ikut memeluk keduanya. Jisung memandang Jaehyun dan keduanya mengangguk bersamaan kemudian berjalan ke arah grup pelukan itu dan ikut memeluk mereka.
🌲🌲🌲
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay My Love (Nomin) ✔
FanfictionJeno adalah seorang atlet sepak bola yang sedang mengalami cedera dan harus menjalani perawatan di rumah sakit selama satu bulan. Karena selama berada di rumah sakit ia mengalami kebosanan, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan-jalan dan tidak senga...