KEJADIAAN LANGKA

22 7 2
                                    

Ingat pada masa awal korona menyerang Indonesia, para pelajar di liburkan dua minggu. Begitu juga dengan sekolah Jane. Bahagia pastinya, mendapat libur panjang selain cuti lebaran dan akhir semester adalah sebenar benarnya nikmat tuhan yang perlu di syukuri. Sedikit rasa kecewa karena banyak rencana yang sudah di tata rapih tidak terjadi. Tepat saat Pengumuman libur dua minggu itu Jane dan semua teman satu angkatanya akan melakasanakan ujian menuju kelulusan. segala persiapan yang di siapkan jauh-jauh hari harus berakhir dengan sia-sia. 

Tapi apa daya, manusia hanya bisa berencana, Tuhanlah yang menentukan segalanya. Jane frustasi saat itu, raganya terlalu menolak kenyataan. Tujuannya adalah ingin menjadi lulusan dengan nilai terbaik harus pupus. Di tambah lagi kasus yang menimpa temannya, pelecehan yang diabadikan dalam sebuah dokumentasi yang di sebarluaskan oleh oknum tidak berperasaan menyeret namanya dalam list tersangka. Hanya karna orang-orang menggap dirinya tidak berperasaan dan tatapannya yang tajam selalu dijabarkan dengan kebencian.

Lagi-lagi sebuah ketidakadilan, karena Jane berbeda, lalu dipandang sebelah mata.

Sialnya lagi tuduhan itu dilayangkan tanpa bukti, Jane bukan orang lemah yang menangisi keadaan dirinya sendiri. Di depan sang penuduh Ia tetap berdiri tegap dengan pandangan lurus kedepan, bukan sombong hanya saja harga dirinya tidak untuk diinjak-injak atas tuduhan itu, Dia tahu bahwa Dirinya tidak bersalah, maka menegakkan kepala adalah bentuk dari keberniannya.

Beruntung Jane dikelilingi teman-teman yang tidak palsu, Febri, Awa dan Apri. Ya itulah Gank mereka. Dengan setianya duduk di depan ruangan bimbingan konseling. Menunggu satu temannya yang terlibat kasus yang bahkan sangat mengejutkan publik. Yang berbeda adalah satu orang yang duduk tidak jauh dari mereka bertiga, Dewa.

Kenapa Dewa? Dewa bukan siapa-siapa diantara mereka, anggaplah bahwa Dewa adalah makhluk tak kasatmata yang sedang mencoba mendekati Jane hanya untuk pelampiasannya semata. Jane belum menceritakan apapun kepada para sahabatnya, bahkan sepertinya tidak ingin menceritakan perihal Dewa yang full menghubunginya beberapa minggu ini. Enam bulan setelah konfiknya dengan Febri entah dengan alasan apa tiba-tiba Dewa kembali menghubungi Jane. Pesan pertama yang dikirim Dewa kepada Jane adalah ucapan "Hi". Dengan enggan Jane membalasnya dengan "Ya", lalu memanjang hingga ada beberapa hal baru yang diketahui Jane tanpa  sengaja. 

Ternyata Dewa cuek, benar dugaan Jane saat mereka bertemu dan mengobrol enam bulan lalu. Dewa yang menurutnya palsu memang benar adanya, Dia bukan tipikal cowok-cowok manis yang setiap saat memuji pasangannya. Banyak pertanyaan yang bersarang di kepalannya, ingat sekali lagi bahwa hatinya menolak keras mengenal lebih jauh orang asing. Karena hidupnya sudah terlalu asing.

"Eh lo gimana di dalem?" tanya febri saat Jane baru keluar dari pintu Bk

"Masalahnya udah selesai?" Di susul Awa yang juga mendekati Jane, lalu membawa Jane duduk

"Sans, tuduhnnya gugur, buktinya ngga ada" Jawab Jane

"Bangsat emang si Ira pake nuduh-nuduh segala, tonjok geura dadana" Ucap Apri

"Lo bisa ngomong kasar Pri?" Tanya Jane yang sedikit terkejut mendengar Apri yang tidak pernah berucap kasar

"Upss, kelepasan" Apri terkikik memameran rentetan gigi putihya

"Gue suka lo yang ngga palsu" bisik Jane 

"Gue ngga palsu, gue jaga image aja, berabe kalo cowo-cowo disini pada ilfeel, bisa-bisa nanti gue jadi jones tau!" jawab Apri dengan enteng

"Jane baru aja keluar dari BK, malah di ajak bercanda, dasar babinil" Ucap Febri menoyor kepala Apri

"BABYNIL UPEBBB! NGOMONG AJA BELUM KHATAM LO, BALIK KE PAUD SANA!!" Ucap Apri dengan gayanya yang cerewet

"Bandungmah nyunda teu bisa tuturut kana letah inggris!" ucap Awa

" Ga bisa banget dukung gue sekali aja lu Wa?! temen siapa lu?!" ucap Apri

"Balad Febri urangmah." Jawab Awa

"Tos heula atuh balad!" Teriak Febri menyodorkan tangannya untuk bertos ala-ala anak jaman sekarang.

"Teuing, pundung urang" Ucap Apri

Melihat teman-temannya Jane ikut tertawa, memperlihatkan senyum manisnya yang jarang orang lihat. Dan tanpa mereka sadari, sepasang mata sedang memperhtikan interaksi mereka semua. Sudut bibirnya ikut tertarik, ini adalah pertama kalinya Ia melihat senyum lepas seorang Jane, netranya terus terpaku  seperti dibius oleh sihir tak kasatmata.

 Hingga punggung Jane yang telah mengilang di ujung lorong, Ia baru tersadar, menertawakan kelakuannya sendiri, dasar penguntit.

TBC

SEE'U GUYS!

MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN ATAU KETIDAKNYAMBUNGAN

AKU MASIH TAHAP BEAJAR, BUKAN PENULIS PROFESIONAL, HANYA SEORANG GADIS DENGAN JULUKAN "PENULIS ABAL-ABAL"



TENTANG JANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang