11 - Mike

313 24 4
                                    

Mike kembali ke kediamannya setelah memastikan Queen menghabiskan sarapan dan obatnya. Ia juga meminta wanita itu untuk beristirahat dan tak datang ke kantor sebelum wanita itu benar-benar pulih. Langkah tegas dan tegapnya tak membutuhkan waktu lama membawanya ke ruang keluarga dimana ibunya dan tunangannya__Patricia berada. Keduanya terlihat mengobrol akrab sambil tertawa.

"Ah, kau sudah kembali?"

Yang pertama menyadari kehadirannya adalah Patricia. Wanita cantik dengan balutan dress yang membuat sosoknya terlihat anggun itu tersenyum seraya berdiri dan berjalan kearahnya.

"Yah, akhirnya yang kita bicarakan datang juga." Jasmine mengedipkan sebelah matanya pada Patricia yang membuat calon menantunya itu tersenyum malu.

Mike berjalan menuju ibunya dan memeluknya. Setelah itu ia baru menatap Patricia yang berdiri di belakangnya. "Ini masih pagi. Kenapa kau sudah disini?"

Menghadapi pertanyaan tersebut wanita itu terdiam dengan senyum yang berubah kaku. Jasmine yang menyadari itu segera mencubit lengan putranya. "Dia sejak semalam menginap disini karena menunggumu. Siapa yang tau kau bahkan lebih memilih lembur di kantormu dari pada menghabiskan waktu bersama kami." Mendengar pembelaan calon mertuanya Patricia memberi senyum terimakasih pada wanita paruh baya itu.

Mike memang memberi alasan jika ada beberapa pekerjaan mendesak yang harus di kerjakannya pada ibu dan tunangannya kemarin. Tapi pria ini jelas tau ibunya tak senaif itu, tanpa menjelaskannya pun ibunya pasti tau kehidupan seorang pria dewasa itu seperti apa.

"Terimakasih telah menemani, mommy. Kau bisa pulang."

Kembali Patricia di buat tak bisa berkata-kata oleh pria yang telah menjadi tunangannya itu. Meski mereka telah bertunangan selama satu tahun, hubungan mereka tak lebih dari kesepakatan bisnis. Pria ini memang bersikap baik padanya, bahkan kadang-kadang di waktu tertentu akan menunjukan kehangatannya. Namun, Patricia menyadari dengan jelas jika pria ini tak mencintainya sedikit pun. Atau sekedar sedikit ketertarikan tak ia temukan di mata pria ini saat menatapnya. Namun, karena mencintai pria ini dengan semua sifat dinginnya ia memilih menanggungnya.

Tak ingin kembali merepotkan calon ibu mertuanya untuk kembali memberikan pembelaan untuknya, Patricia memilih untuk pamit. "Kalau begitu aku pulang dulu. Sampai jumpa nanti, mom." Wanita itu memeluk Jasmine dan berpamitan.

"Baiklah. Pergilah, kau juga pasti memiliki banyak pekerjaan. Kita atur jadwal untuk makan siang lain kali." Jasmine memberi wanita muda itu senyum hangat.

Mike tak repot-repot mendengarkan percakapakan keduanya lebih lanjut. Pria itu memilih masuk ke kamarnya di lantai 3 dan mengganti baju, hari ini ia memiliki agenda rapat pagi. Tak butuh waktu lama ia telah kembali rapi dengan setelan jas abu-abu dan celana hitam yang membungkus kaki jenjangnya. Ia melangkah menutuni tangga, seorang pelayan menyambutnya di dasar tangga.

"Nyonya menunggu anda di ruang makan, tuan muda."

Setelah mengangguk singkat ia berjalan menuju ruang makan. Di sana ibunya telah duduk dengan beberapa hidangan kesukaannya.

"Duduklah, kita sarapan bersama. Ini semua makanan kesukaanmu. Mom sengaja menyuruh koki menyiapkannya." Jasmine menyambut putranya dengan hangat.

Tatapan mata pria itu menyapu semua hidangan dan apa yang di ucapkan ibunya memang benar. Semua yang ada di atas sana adalah makanan kesuakaannya. Namun sayang, ia sudah sarapan di di rumah Bella tadi sebelum pulang. "Aku sudah sarapan, mom. Mom saja yang makan, aku akan menemanimu."

Jasmine mengerutkan bibirnya. Ia menghela nafas dan tak mengatakan apapun lagi. Meski ia ingin menikmati sarapan bersama putranya yang sangat jarang mereka lakukan ia tak bisa berbuat apa-apa jika putranya sudah sarapan lebih dulu.

The Billionare's SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang