BAB 1 Diam-Diam Suka

902 154 259
                                    

Hallo,,, apa kabar semua?🤗

Ketemu cerita ini versi lama atau baru? 😅

Silakan dibaca, ini sudah revisi.🤩

Semoga lebih baikk...😇

Eits,, sebelumnya jangan lupa vote ya..🤩🤩🤩

Jangan lupa ramaikan dengan komentar kalian..😚

~Happy reading~

Rania

"Hitam putih fotomu... dalam album kenangan... kusimpan selalu... kukenang kembali... kala rindu...." nyanyi Tasya begitu merdu, melantunkan lagu lawas milik Ratih Purwasih yang berjudul 'Hitam Putih Fotomu' versi koplo.

"Mau sampe kapan lo mandangin foto itu terus Ran?" tanya Tasya menghentikan lirik, dia melangkah mendekatiku sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk di depan cermin. "Kalau sikap lo gini terus, sampe kiamat pun lo bakalan belum dapat jodoh." ledeknya.

"Ya, habisnya mau gimana lagi Sya, cuma ini yang bisa gue lakuin." ujarku pasrah.

"Berjuang dong! Emansipasi wanita, emang cowok aja yang boleh perjuangin cinta." balas gadis itu menyentil hatiku.

Aku menggeleng kuat, "Enggak, enggak! Ravi itu terlalu bersinar buat gue. Gue sadar kok, gue ini siapa." jawabku spontan.

Tasya lantas merebut buku album sekolah yang hampir setiap malam kupandangi. Mungkin dia mulai bosan dengan tingkahku. Dia tertawa kecil saat mendapati foto Ravi kuberikan tanda love tepat di wajahnya.

"Orangnya lumayan sih, serius gak mau nih?" ungkapnya menggoda, menatap lekat-lekat foto Ravi. "Apa gue aja kali ya yang maju, gue jadiin gebetan gitu."

Dengan cepat aku segera merebut album foto yang terus dipandangi Tasya. Senyum gadis itu mengembang penuh teka- teki membuatku khawatir. Ya, cewek satu ini memang pandai soal urusan cinta. Perkara gonta ganti pacar juga kerap disandangnya. Hampir semua cowok di tempat kerja kami bahkan pernah berpacaran dengannya.

Aku kembali membuka suara
saat kulihat sebuah cincin manis melingkar di jari kirinya. "Udah tunangan juga, masih aja nyari mangsa." sindirku.

"Bercanda Ran, kelamaan jomblo sih jadi kayak gini kan pikiranya."ejeknya kembali setelah aku berhasil merebut buku album dari tangannya.

"Ran, cari kabar gih tentang dia, kali aja kesempatan itu masih ada, emang lo gak mau tau gimana kabarnya?" ujar Tasya membuatku termenung. "Gue bosen aja liat kelakuan lo yang makin lama makin mirip orang gila. Dijodohin nggak mau, dideketin cowok nggak mau, mau sampai kapan lo jomblo terus? Mau sampai kapan halusinasi cowok impian lo itu berakhir?!"

"Gak tahu Sya...." jawabku sembari menghela nafas.

"Lupain dia!" saran Tasya membuat dadaku tersentak.

Empat tahun memang telah berlalu dan itu bukan waktu yang singkat untuk kujalani. Mungkin aku terlalu bucin terhadap Ravi. Semakin aku ingin melupakan maka bayangan Ravi justru terbesit dalam setiap ingatan. Sebenarnya, bukan tanpa alasan kenapa aku masih memikirkannya sampai detik ini. Aku hanya mengikuti suara hati kecilku, perasaanku, berharap bahwa Ravi juga menaruh hati kepadaku.

"Makanya lakuin sesuatu." desak Tasya membuatku bingung.

"Iya, apa? Ini gue juga lagi mikir." jawabku resah.

Baby, Please Be Mine! (Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang