BAB 26 Pengakuan Dion

97 47 20
                                    

Gak mau panjang lebar dah,

Cuma mau ucapin selamat menunaikan ibadah puasa😇

Cuma mau ucapin selamat menunaikan ibadah puasa😇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duo BESTIE nih...

Ravi dan Dion

~HAPPY READING~

Rania

Suasana yang semula hangat kini berganti menjadi sangat membosankan karena kehadiran Pipit. Kami bertiga sudah berpindah tempat dan duduk bersama di ruang tamu. Aku dengan wajah badmood hanya bisa memandang dan mendengar celoteh perempuan itu yang makin lama semakin membuatku jenuh. Sementara Ravi, dia sedang berperan menjadi tuan rumah yang baik dan ramah dengan terus mengajak Pipit berbicara. Yang notabennya adalah tamu tak diundang alias PENGANGGU. Alamak! Sudah seperti obat nyamuk saja aku ini.

"Ini tehnya, silakan diminum." ucap Bibi yang baru keluar dari dapur dengan membawa tiga cangkir teh hangat untuk kami.

"Makasih, Bi," jawabku dan Pipit bersamaan. Kami berdua saling bertukar pandang dengan tatapan dingin. Tunggu, sepertinya bendera perang baru saja berkibar di antara kami.

"Ekhmm!" Ravi berdeham cukup keras sampai membuatku menoleh dan menatap matanya yang memicing tajam ke arahku.

"Lo, kenapa sih?" tanyaku heran.

"Serak."

"Makanya setelah Mm... Mm... itu minum dulu." ceplosku asal. Sengaja memanas-manasi Pipit. Ravi sendiri kini sedang kalang kabut mencari alasan karena kalimat ambiguku barusan. Wajahnya tiba-tiba merah seperti kepiting rebus.

Benar saja, Pipit yang penasaran langsung melayangkan pertanyaan dengan mata terbelalak. "Kalian, habis nga-pain?"

"Mm... makan malam! Ya, kita baru aja makan malam! Kebetulan tadi nasi goreng yang gue buat pedes banget, makanya gue sampe serak gini. Iya kan Ran?" Aku memutar bola mata malas mendengar jawaban Ravi yang ngaco. Dia yang kebingungan tiba-tiba mengulum senyum sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tak ingin berlama-lama duduk dengan rival, aku memutuskan untuk ikut Bibi ke dapur. Meninggalkan mereka berdua dengan emosi tertahan.

"Dia siapa Mbak? Kok Bibi ngerasa nggak asing sama wajahnya."

"Artis kali Bi." jawabku jutek. Merasakan hawa panas yang sudah merasuk sampai di ubun-ubun.

"Mbak Rania cemburu ya?" ledek Bibi sambil tertawa.

"Biasa aja sih Bi. Udah sering juga kayak gitu." kataku malah curhat.

"Sabar. Ya, maklum, orang Mas Ravi ganteng gitu pasti yang naksir banyak. Yang penting kan hatinya tetep milih Mbak Rania." ujar Bibi berusaha menenangkanku.

"Bi, gerah, mau numpang mandi."

"Ya udah, mandi dulu gih. Nanti pinjem bajunya Mas Ravi aja. Bibi sekalian mau pamit, soalnya sudah dijemput sama sopir di depan." Aku kembali memperhatikan Bibi yang sedang bersiap-siap dan berkemas. Toh, semua pekerjaannya di sini juga sudah selesai semua. Dapur yang tadi berantakan pun sudah dia sulap sekinclong mungkin.

Baby, Please Be Mine! (Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang