Guys, aku update lagi nih.Episode menuju babak akhir nih, jujur sebenernya aku agak gak rela sama cerita ini yang udah mau end. Ya tapi, mau gimana lagi.
Ntar malah kek sinetron lagi gak kelar2 wkwkwkw...
Happy reading semua,, semoga suka...
Jangan lupa vote dan comentnya...😊🙏
Ravi
Setelah hubunganku dengan Rania kandas, setiap waktu yang berjalan seakan tidak pernah ada istimewanya. Semua terasa hampa dan kosong. Kini, tak ada lagi sapa hangat terdengar darinya. Tak ada lagi notifikasi pesan masuk membuatku tidak sabar membukanya. Tak ada lagi tempatku membagi tawa sambil mengacak puncak kepalanya. Tak ada lagi rengekan makan mie ayam yang kadang mengangguku memusingkan kepala. Tak ada lagi pertengkaran kecil karena minuman kopi yang biasa dia pesan. Dan kini, sudah tidak ada lagi langkah Rania di sisiku.
Berpisah selama empat tahun dan kembali bertemu dengannya adalah kesempatan terindah yang terjadi dalam hidupku. Aku yang dulu terlalu pengecut untuk menyatakan perasaanku, pada akhirnya akan menjadi seorang pecundang yang sama. Perasaan abu yang dulu pernah singgah pada masa SMA telah menemukan titik terang. Nahasnya, aku tidak sanggup mempertahankan kisah itu hingga terbingkai manis dan sempurna.
Andai aku bisa bersikap egois tanpa mempedulikan perasaan orang lain. Andai keadaan tidak serumit yang aku bayangkan. Andai waktu dan semesta memihakku. Andai sisa keberanian itu masih ada pada diriku. Mungkin, sekarang aku akan berlari ke arahnya. Menumpahkan segala kerinduan yang tiap detik terasa menyiksa. Namun, aku tidak mampu Rania. Jarak kita memang dekat, tapi keadaan ini terlalu sulit untuk kuterjang. Tujuan kita memang sudah tak lagi sama. Maaf, jika pada akhirnya aku harus menjadi pengkhianat pada hubungan kita.
Aku beranjak berdiri dari lantai setelah memasukkan barang-barang kenanganku bersama Rania. Menyimpannya di dalam kotak biru yang kemudian aku masukkan ke dalam almari. Puas sudah rasanya hari ini aku meratapi kepedihan. Membiarkan bayangan Jonathan dan Rania yang tengah bersama melintas, menari-nari di kepalaku.
Ponselku yang tergeletak di atas nakas berbunyi saat kakiku hendak melangkah keluar mengambil air minum. Meski malas, aku segera berbalik arah dan mengangkat telepon itu dengan cepat.
"Eh, REMBANG! Bukain pintu gerbang dong, gue ada di depan nih!"
"Sorry, gue bukan REMBANG! Lo salah orang!" pekikku tajam. Berang meladeni sifat usil Dion yang menambah pusing kepala.
"Elah! Gak usah nyangkal lo, udah cepetan bukain, gue bawa sesuatu yang bisa bikin lo lupain mantan! Kita pesta hari ini!" ujar Dion girang dengan suara tawa khasnya.
Aku memijit keningku perlahan sembari berjalan keluar dengan terpaksa, " Lain kali lompat aja, bukannya lo sering lakuin itu waktu sekolah."
"Gokil! Otak lo di mana sih? Kalau sekolah, itu hal biasa gue lakuin buat bolos. Nah ini, bisa dikira pencuri gue main lompa-lompat di pagar orang. Emang otak lo udah gesrek nih kayaknya." pungkas Dion mendesis puas.
"Tunjukin aja mobil lo yang parkir di depan rumah gue, beres kan!"
"Beres kepala lo peang! Yang ada harga diri gue jatuh sejatuh-jatuhnya di hadapan calon rakyat gue."
Aku mendengus pasrah, "Iye! Iye... gue lupa kalau lo mau jadi calon anggota DPR!"
"Nah lo tau, cepetan ye, kalau jalan nggak usah kayak putri solo. Gue tau lo mau merried duluan dari gue."
"Anjir banget lo jadi orang!" makiku, lalu memutus sambungan telepon secara sepihak.
Dari jauh aku terus menatap Dion jengah yang sedang tersenyum lebar dan cengar cengir seperti yang biasa dia lakukan. Gagal sudah ritual tidur malam yang hampir setengah hari ini aku impikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby, Please Be Mine! (Completed!)
RomanceRania kira mencintai Ravi secara diam-diam selama empat tahun itu cukup. Namun, nyatanya tidak. Banyak serpihan kenangan dan tanda tanya yang harus ia pecahkan tentang perasaan sosok lelaki itu kepadanya. Ya, Rania harus menggali dan mencari tahu it...