BAB 24 Marahnya Ibu Negara

104 63 42
                                    

Maafkan yg updatenya kelamaan...😅

Selamat membaca🤗

Jangan lupa kasih vote👌

Ramaikan komentar kalian di setiap paragrafnya

I miss you... 🥰

Si doi lagi frustasi 🤣🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si doi lagi frustasi 🤣🤣

Rania-nya malah pergi jalan2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rania-nya malah pergi jalan2...😂


Ravi

Suara derap langkah para penghuni kos terdengar merdu menuju keluar rumah. Teman-teman Rania dengan sigap sudah berbaris di depan pintu sembari membawa alat tempur rumah tangga sebagai tameng untuk perlindungan diri yang semakin membuatku resah. Semua karena lolongan panjang Rania yang tidak bisa direm hingga menimbulkan kegaduhan. Aku terpaksa membungkam mulut Rania dan mengunci kedua tanganya dari belakang. Napasnya bergerak naik turun seperti orang ketakutan. Sungguh, Tuhan! Bukan adegan seperti penjahat ini yang ingin aku perankan.

"Lepasin temen gue gak lo!" pekik Tasya mengarahkan centong kayu membuatku bergidik.

"Woi! Mau maling lo?!" ucap Ana si cabe rawit ngegas. Gadis itu sudah pasang kuda-kuda dengan teflon ukuran kecil di tangannya.

"Ih, lo, kok pake nanya segala sih, ya jelas mau maling lah, gimana sih lo." sahut Mega sewot. Menuding Ana dengan gayung miliknya geram.

"Ya kali aja ada maksud lain, maling hati gue mungkin." sambung Ana ngaco.

Semua mendelik menatap Ana. Termasuk aku yang justru terpancing untuk tidak menahan senyum karena mendengar kalimat Ana yang terbilang mustahil. Maling hati Ana? Astaga! Membayangkan saja membuat jantungku geli.

"AAAA...! AAA...!!!!" jeritku menahan sakit ketika salah satu kakiku sengaja diinjak. Aku yang lengah akhirnya jatuh terjerembab di atas lantai karena dorongan keras dari Rania.

"RAVI!?" teriak para gadis itu serentak. Terkejut dengan identitasku yang baru saja terungkap.

"Lo makan apa sih Ran? Kuat banget tenaga lo buat nyakitin gue." kataku meringis kesakitan. Rania yang panik langsung menghamipiriku. Membantuku berdiri dan membimbingku berjalan untuk duduk di kursi teras.

Baby, Please Be Mine! (Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang