Kesepuluh

1.8K 97 2
                                    

Menunggu dan terus menunggu.

Kegiatan Jaemin tidak lain adalah menunggu dan mengkhawatirkan kondisi Jeno setelah tubuhnya memasuki unit gawat darurat. Kemungkinan terbesarnya, Jeno akan bernasib sama sepertinya, dengan luka pada organ dalam yang hampir mengambil nyawanya, pasti dokter akan menyarankannya untuk pensiun dari dunia perkelahian. Kekhawatiran Jaemin memuncak, ketika ia mengetahui luka pada jantung Jeno begitu dalam sehingga hampir menghilangkan nyawanya.

"Kami akan mencoba semaksimal mungkin, Tuan." ucap Dokter kepadanya, "Dan tolong kalau Tuan Jeno masih memiliki wali resmi, dia yang harus bertanggung jawab atas semua berkas rumah sakitnya."

"Baik, Dokter..."

Dokter itu kembali masuk ke ruang gawat darurat, Jaemin masih bergelut dengan perasaannya sendiri. Hatinya sesak mendengar Jeno seakan tidak punya kesempatan untuk hidup lagi. Seperti permintaan dokter, Jaemin pun mengunjungi kediaman Jeno dan kakaknya untuk menyampaikan bagaimana kondisinya saat ini di rumah sakit.

Bel rumah ditekan selama dua kali sebelum akhirnya kakak Jeno keluar dari dalam rumah itu. Terlihat sosok perempuan menatap Jaemin dengan tatapan tak acuh padanya.

"Cari siapa?" tanyanya. "Kalau cari Jeno, tidak ada."

"Anu,... justru saya mencari Anda, kak." ucap Jaemin lembut, "Ini tentang Jeno."

Dengan mengucapkan hal itu, Jaemin dipersilakan masuk. Langkah kakinya mengikuti kakak Jeno menuju sofa. Di ruang tamu itu terdapat sebuah televisi yang menyala, sekilas Jaemin melihat ke arah layar. Televisi memberitakan sebuah kasus penangkapan seorang migran yang dipulangkan melalui bandara oleh negara tujuan karena tidak memiliki surat-surat resmi. Wajahnya tidak tersorot kamera juga tak sempat Jaemin lihat, tetapi firasatnya yang ada di berita itu adalah kakaknya.

"Kamu Jaemin, kan? Duduklah. Adikku kenapa lagi?" tanya Sooyoung, kakak Jeno itu. "Apa dia membuat masalah?"

"Ah iya, kak. Saya Jaemin." Jaemin duduk di sofa begitu dipersilakan duduk. Lalu, ia melanjutkan ucapannya dengan ragu, "Tetapi, bukan. Jeno tidak membuat masalah, kak."

"Lalu?"

"Jeno... masuk UGD, kak. Luka pada organ dalamnya,... parah, kak."

"Aish. Anak itu sehari saja tidak bisa buat orang tenang."

Respon kakak Jeno tidak seperti harapannya. Dia pikir hubungan antara kakak dan adik ini akan lebih baik daripada dirinya, ternyata tidak ada bedanya.

"Tunggu sini. Kita ke rumah sakit bersama." ucap Sooyoung, yang kemudian beranjak mengambil beberapa barang di kamarnya.

Dengan anggukan kecil, Jaemin menyetujui. Pikiran Jaemin penuh kekhawatiran kakak Jeno tidak akan menjenguk adiknya, atau setidaknya menerima kabar adiknya terluka dengan kekhawatiran yang sama sepertinya. Tiba-tiba, sebuah notifikasi berita masuk ke ponselnya. Ponselnya diambil untuk mengetahui berita macam apa yang sampai-sampai masuk ke notifikasinya. Layarnya dibuka dan otomatis halaman berita terbuka juga secara otomatis. Berita itu adalah seorang migran yang dipulangkan melalui bandara oleh negara tujuan karena tidak memiliki surat-surat resmi, sama seperti tadi di televisi. Dan kemungkinan besar, seperti ucapan firasatnya, kakaknya, Doyoung.

"Jaemin, ayo segera ke rumah sakit." ajak Sooyoung begitu selesai merapihkan dirinya.

"Kak...! Tolong datang sendiri ya. Rumah Sakit Good Hope, Dokter Kang JunHwan, kamar inap 205. Aku harus ke suatu tempat dulu....!"

Tanpa berucap lebih banyak lagi dan kakak Jeno dapat menahannya lebih lama lagi, Jaemin berlari ke tempat dimana migran ilegal itu berada. Tepatnya di sebuah kantor polisi yang penuh akan wartawan di pintu depannya, Jaemin berusaha menerobos keramaian itu, namun tentu saja polisi menghentikannya.

Nemesis [JenJaem/NoMin/others]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang