Ketiga

5.2K 203 36
                                    

Pagi itu, Jaemin kembali bersekolah membawa makalah remidial sejarahnya. Dia menemui Jeno untuk sekadar bersama mengumpulkan tugas, supaya guru sejarah juga percaya mereka mengerjakan berdua. Setelahnya mereka kembali berpisah, kecuali kalau akan diadakan pertengkaran. Saat jam istirahat, Jaemin menghabiskan waktunya di atap sekolah dan menelepon. Menelepon siapa? Mas-mas.

Mas-masnya:

Ketika ditelepon, ternyata suara perempuan terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika ditelepon, ternyata suara perempuan terdengar.

"Nomor yang Anda tuju sedang sibuk. Silakan mencoba beberapa saat lagi atau tinggalkan pesan dengan menekan tombol angka 1."

Tentu saja, Jaemin tidak akan meninggalkan pesan. Memangnya siapa dia? Baru juga kenal kemarin setelah menjilid makalahnya. Karena mas-mas tempat cetak dokumen sedang sibuk, Jaemin memiliki cadangan lain, Park Jisung.

"Halo? Jisung? Hehe. Aku sedang jam istirahat, kamu?"

"Sebentar lagi istirahat sepertinya."

"Lalu, ini tidak ketahuan guru menerima teleponku?" tanya Jaemin penasaran.

"Jam kosong, Kak. Udah ya, Kak. Aku mau mabar."

"Oh?" Jaemin tersenyum masam. "Baiklah kalau begitu. Sukses mabarnya ya!"

Tanpa ada balasan sekadar 'ya' atau 'terima kasih', sambungan telepon sudah diputus terlebih dulu olehnya. Rasanya sepi, padahal Jaemin memiliki kekasih. Mark. Tapi, Mark terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. Seringnya mengabaikan Jaemin, sekalinya datang seperti kemarin, hanya menggunakan Jaemin sebagai pelampiasan hawa nafsunya.

Ketika tengah menyesali nasibnya, terdengar suara pintu masuk area atap terbuka dan suara langkah sepatu seseorang terdengar berjalan ke arahnya. Ia segera beranjak dari tempatnya duduk untuk berjaga-jaga, ternyata itu seorang murid lain. Entah dari kelas mana.

"Siapa yang menyuruhmu kemari?" tanyanya dengan nada suara arogan.

"Aku yang lebih dahulu di sini! Kamu siapa memang?" tanya Jaemin balik, sama arogannya.

Seseorang itu langsung mencengkram kerah seragam Jaemin, keduanya kini saling berdekatan wajahnya. Kalaupun harus bertengkar, tidak apa, Jaemin akan memenangkan pertarungan tanpa merasa sakit sedikitpun.

"Kenapa? Mau bertengkar? Ayo! Pukul aku!" teriak Jaemin menantanganya. "Kalau pecundang mengakui saja, jangan sok menjadi pahlawan!"

Akan tetapi, yang terjadi bukan sebuah pertengkaran. Kebalikan 180 derajat dari pertengkaran, malah orang ini mulai menjilat bibir Jaeminㅡseakan itu adalah sebuah permennya. Na Jaemin terheran-heran dibuatnya, apa mau orang ini? Menjadikannya pemuas nafsu?

"Kenapa? Kamu takut?" tanyanya disertai serigaian. "Jangan takut. Tidak ada orang yang bisa melihat kita di sini."

"Kamu mau apa?! Katakan!" teriak Jaemin kepadanya. "Kalau tidak aku akan lapor!"

Nemesis [JenJaem/NoMin/others]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang