Kesembilan

2.3K 117 5
                                        

"Kenapa kamu berbohong, Jaemin? Kenapa kamu berdalih seakan diculik dan ditawan?"

Kebohongan apa yang sudah Jaemin perbuat pada Jeno? Terakhir kali bertemu dengannya saja sudah selumbari hari lalu. Raut kebingungan memenuhi wajahnya, namun Jeno tidak menjelaskan lebih lanjut. Pikirannya pun berimprovisasi dan berspekulasi.

"Jeno, kamu gapapa? Kamu darimana sebelum ini?" tanya Jaemin memastikan.

Kemarahan dan kesedihan Jeno bertambah, tangannya mencengkram kerah bajunya. Matanya melotot marah kepadanya, sementara itu dari tempatnya duduk Jaehyun melihat ini. Ia segera melangkah mendekati keduanya, mengantisipasi adanya kekerasan lebih lanjut terjadi.

"Hei! Kamu ngapain? Jangan macem-macem di properti saya!" bentak Jaehyun kepada Jeno, namun yang dibentak tidak meresponnya sama sekali.

"Gapapa, mas,..." ucap Jaemin memintanya untuk tidak terlibat dalam masalahnya dan Jeno. "Jeno, kamu... bisa jelasin? Aku tidak paham apa maksudmu sama sekali,..."

Jaemin memintanya dengan lembut, tetapi amarah Jeno sudah tidak terkendali. Layaknya seorang yang sedang kesetanan, Jeno melayangkan pukulannya pada bagian perut dan membuatnya tumbang. Wajah Jaemin dipukul bertubi-tubi, namun air mata penyesalan perbuatannya tak lekang dari matanya.

"Kenapa,... Na Jaemin?! Kenapa kamu bohong,...?! Semua kebaikanku, kamu sia-siakan saja?"

Tanpa henti kepalan tangannya menghantam tulang wajah Jaemin, bahkan rahangnya dan hidungnya mengalirkan darah. Wajahnya dipenuhi luka memar dan beberapa diantaranya berdarah seperti mulutnya. Jaehyun tidak tinggal diam, ia mau tidak mau harus melibatkan diri.

"Sudah kubilang jangan merusak propertiku dan membuat onar!" Jaehyun memukul rahangnya dengan kepalan kuat, hingga membuat Jeno tumbang menabrak beberapa meja di belakangnya.

Perlahan luka Jaemin sembuh dengan sendirinya, saat itu juga terlihat Jaehyun tengah memukuli wajah Jeno sampai babak-belur tak berbentuk. Rekan kerjanya yang tidak tahu apapun sudah mencapai menelepon kepolisian, melihat hal itu, Jaemin segera menahan lengan Jaehyun dari menghantam habis wajah musuh bebuyutannya itu.

"Hentikan,...! Hentikan!"

Kemarahan Jaehyun yang menguar berhasil dihentikan, kedua tangan Jaemin memeluknya. Sementara membiarkan Jeno berbaring di sana tak berdaya, perlahan juga lukanya membaik. Akan tetapi, pukulan Jaehyun begitu keras dan bertubi-tubi hingga meretakkan tulang rahang, hidung, dan hampir menghancurkan tulang wajahnya.

"Ayo cuci tangan dulu." ucap Jaemin, menuntunnya ke belakang meja tempatnya menerima pesanan dan membersihkan darah Jeno yang mengotori tangan Jaehyun. "Polisi akan segera datang, mas jangan sampai kelihatan memukuli Jeno."

Tangan Jaemin gemetaran saat membasuh tangan Jaehyun dari darah dalam jumlah banyak, lelaki di sebelahnya itu khawatir.

"Kamu serius gapapa, Jaemin?" tanya Jaehyun merasa Jaemin sesungguhnya sama tertekannya.

"Gapapa, mas. Serius. Aku gapapa." balas Jaemin sembari tersenyum.

Pada tempat Jeno terbaring, ia sudah bangkit. Dengan kondisi wajah baik-baik saja, namun beberapa fitur wajah kaku karena tulang wajahnya geser. Urusan yang belum kunjung selesai membuatnya kembali menyimpan dendam padanya.

"Lihat saja, Na Jaemin! Aku akan membunuhmu!"

***

Berterima kasih pada pukulan-pukulan 'pacar baru' Jaemin, Jeno harus menghabiskan beberapa jam di rumah sakit. Wajahnya diperban layaknya orang baru saja terkena luka bakar parah. Bagaimana caranya membayar tagihan rumah sakit? Sudah jelas dengan cara mencantumkan nomor ponsel kakaknya, Sooyoung, memintanya untuk membayarkan tagihanーmengingat uang tabungannya di rumah tinggal sedikit.

Nemesis [JenJaem/NoMin/others]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang