Kesebelas (II)

2K 85 7
                                        

Wajahnya kini sudah beredar di mana-mana. Bukan sebagai masyarakat yang baik atau berjasa bagi negaranya, sebaliknya dia dikenal sebagai Na Jaemin 'The Immortal'. Julukannya bukan tanpa alasan, sejak beberapa tahun terakhir, dia sudah bergabung dengan kelompok perampok yang terlatih.

Awalnya, lelaki itu tidak pernah berpikir untuk menjadi perampok dalam skala besar. Tidak sebelum Jaemin semakin dekat dengan Lee Haechan. Pada suatu hari, ia menemukan kenyataan bahwa Lee Haechan adalah saudara kembar dari Lee Donghyuck, mantan kekasih Jeno dan sekarang menjadi kekasih dari mantan kekasihnya. Beruntungnya, mereka tidak akur dan sering bertengkar. Haechan adalah orang yang menanggung kehidupannya, selepas kejadian dia menghampiri Doyoung di kantor polisi--dan memberatkan hukumannya. Mereka berdua berlari bersama; hidup nomaden, hidup dalam bayangan, dan menghilang dari peredaran masyarakat. Haechan dan Jaemin akan menyewa motel, jika uang yang mereka punya cukup--jika tidak terlalu terpaksa, mereka akan tidur bersama para tuna wisma lainnya.

Pada saat mereka menyewa motel, Jaemin dan Haechan akan menutup segala akses menuju dunia luar. Pemandangan menuju dunia luar saja tidak dibolehkan, Jaemin tahu alasannya, Haechan sudah mencekokinya dengan pengetahuan itu.

"Lihat apa yang dunia lakukan padamu, Jaemin. Mereka memanfaatkanmu, menjadikanmu tontonan, dan apa? Kamu tidak mendapatkan apapun. Kamu itu lebih besar daripada mereka. Kamu berkuasa, Jaemin. Kamu bisa melakukan lebih!"

Selain itu Haechan juga selalu membicarakan tentang kelompok. Kelompok dimana mereka akan bergabung bersama, kelompok yang akan membuat mereka hidup dalam berkecukupan, dan kehidupan nomaden ini akan melatih mereka hidup dalam bayangan. Mereka hidup bergantung pada satu sama lain, dalam urusan kebutuhan sehari-hari ataupun kehidupan seksual. Suatu malam, saat mereka menginap di motel, Jaemin dan Haechan sedang saling memenuhi kebutuhan seksual masing-masing. Ranjang berukuran queen itu berdecit berisik dan desahan memenuhi kamar yang gelap tersebut. Dan suara itu pun terdengar, suara meratap menyerukan namanya.

"Sshhh!" Jaemin membungkam mulut Haechan yang lumayan berisik dengan tangannya. Posisinya sedang bercinta memang, tetapi suara itu tidak akan lewat dari telinganya, "Ada suara..."

"Suara apa?" Haechan meresponnya dengan kesal.

"Jaemin,... Jaem,..."

"Jaemin, kamu di mana,... Na Jaemin,..."

Suara itu dikenalnya, sangat dikenalnya. Tanpa meminta persetujuan dari Haechan sendiri, Jaemin beranjak pergi. Dia merasa sedang berhalusinasi berpikir bahwa; Hantu menyerupai Lee Jeno menguntitnya. Bersama Haechan mengikutinya keluar menuju ruang tengah, mereka berdua melihat orang yang memanggil-manggil nama Jaemin, sedang terbaring di lantai tidak sadarkan diri.

"Jeno,..." suara Jaemin berbisik, supaya Haechan yang sudah marah tidak mendengarkannya. "Kita tidak bisa membiarkannya berbaring di sini saja."

"Jaemin, kamu peduli padanya? Dan setelah selama ini menyembunyikan identitas, mau dia begitu saja menemukan kita?!"

Emosi Haechan sudah tidak masuk akal lagi, perasaannya mulai aneh. Selama ini alasannya marah tidak masuk akal, apalagi kalau sudah mengenai Jaemin. Menurutnya, Jaemin sudah menjadi miliknya dan menjadi hak tanggungannya, maka jika orang lain masuk lagi untuk mengambilnya, Haechan akan bertindak.

"Tidak akan. Dia hanya mencariku karena aku belum berpamitan padanya dulu. Setelah ini aku tidak akan meminta bantuanmu membantu orang lain lagi,..." Jaemin meraih kedua tangan Haechan, tatapannya mengarah pada lelaki di hadapannya, "Lagipula dia musuh bebuyutanku. Bukan kekasih sepertiku padamu."

"Pastikan kamu menyingkirkannya cepat. Kita sudah jalan sejauh ini, Jaemin. Aku tidak ingin kita ketahuan sebelum kita bergabung dengan kelompok yang kubicarakan, demi kelangsungan kehidupan kita."

Nemesis [JenJaem/NoMin/others]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang