17.TANDA TANYA

31 5 0
                                    


Vote and Comment

°°°

17.Tanda tanya

Dipagi ini Airish dan juga Pandu sudah Duduk dijok mobil, Gadis itu Sedari tadi diam tidak membuka suara, Pandu tau pasti Istrinya ini marah. Karena tadi Ia menyuruh Airish untuk berangkat kesekolah bersama nya 'jika tidak ia akan terud-terusan mengeluarkan ancaman andalannya.

"Sebenernya gue terpaksa nyuruh Lo berangkat sama gue" Ucap Pandu melirik Airish yang duduk disebelahnya.

Airish menatap Pandu sinis, aura permusuhan nya sudah menghantui tubuhnya, gadis itu sedikit meringis geli oleh perkataan Pandu barusan.

"Terpaksa Lo bilang? Tadi siapa sih yang emosi sampe banting remot tv, hm? Itu lo Pan, nyadar setan, Lo maksa gue sampe banting remot, bego" Airish mengarahkan mukanya kearah jendela, gadis itu tidak bisa mentraklan emosinya, siapa coba yang nggak seneng dijahilin terus? Pasti semua orang juga nggak suka.

Pandu harusnya bisa mikir sedikit lah, Gimana rasanya diusilin terus, dipegang sedikit saja dirinya sudah mengamuk.

"Ya itu gue cuman mau nge-jaga lo" Ujar Pandu menggaruk hidungnya yang tidak gatal.

"Apa Lo bilang? Ngejaga? Jaga gue? Tadi siapa sih yang bilang terpaksa?" gadis itu Tersenyum kecut lantaran omongan Pandu yang kurang dimengerti, baginya.

"Diem lo ah, gue cipok sampe mampus lo disini" Ancam Pandu berusaha untuk mengelupakan perkataan tadi.

"Cipok aja kalo berani"

Pandu melihat kearah Airish cepat, hampir saja ia mengeram dadakan mobilnya. Cowo itu Tersenyum pulas dan meminggirkan mobilnya untuk parkir.

"Ayo siapa takut, gue siap" Pandu hendak berdiri dari duduknya namun Airish langsung menahan tubuh itu.

"M-mau ngapain lo?" Tanya Airish menelan savilivas nya susah payah.

Smirk muncul dibibir Cowo itu, sudah Pandu duga gadis ini hanya becanda, sedangkan dirinya? Dirinya sudah siap untuk perkataan Airish tadi.

"Gue mau nepatin omongan lo tadi"

"Jangan macem-macem Lo"

"Bukan-nya tadi Lo bilang 'cipok aja kalo berani? Ya udah sekarang gue berani" Pandu berdiri dari duduknya, badan kekar nya berhasil menindih badan Mungil Airish yang masih terduduk.

"Pandu awas ih, kita nanti telat" Ujar Airish mendorong tubuh pandu, namun tetap saja tidak bisa.

"Gak, sebelum gue ngelakuin apa yang Lo ancam tadi"

"Eng-enggak, ngak jadi" Ucap Airish gugup.

Pandu tersenyum smirk cowo itu menatap tajam Airish, dan benarkan? Dia hanya di php.

"Mangkanya nggak usah nantangin" Pandu kembali duduk dijoknya sendiri. Cowo itu kemudian melajukan mobilnya kembali.

"Gue kira lo cuman becanda"

"Seorang Pandu becanda? Lawak lo"

°°°

"Kenapa ya gue kalo liat muka lo berasa mau muntah" Lala melanjurkan lidahnya tentu saja ia tunjukan kepada Candra.

"Gue kalo liat tubuh lo mau berak rasanya beneran sumpah nggak boong"

Airish mendelik tajam kearah Pandu. Ke-empatnya kini telah berada dikantin sekolah. Raden, Candra, Lala dan juga vita.

"Nyenyenye, kenapa? tubuh gue bagus kok" Ucap Airish tersenyum bangga.

"Bagus? Iya bagus dimata orang yang tepat"

Raden melirik sekilas kearah Candra. "Orang nya lo kan Ndra?" Raden mengangkat alisnya satu dan tersenyum jahil.

Candra yang mendengarnya lantas menonyor kencang kepala Raden. Hingga membuat sang empunya hampir terjungkal jika Candra tidak menarik kerah bajunya lagi.

"Bangsat lo" Raden memamerkan jari tengahnya kearah Candra.

"maaf kalo kesinggung ya. Tapi gue setuju sama perkataan Raden tadi" Vita tersenyum malu dan menunduk.

Sontak perkataan vita barusan Lala langsung menoleh kearah Vita dengan cepat.

Lala melempar bongkaman kertas ke arah Vita.

"Santai, gue kan tadi bilang maaf kalo kesinggung"

"Tapi gue agak kesinggung nih, ADUH GIMANA YA?" Ucap Lala mengibaskan kerah bajunya.

Vita mengedikan bahunya acuh, mimpi apa dia semalam mempunyai sahabat seperti ini?

Ke-empatnya menoleh kearah pintu kantin. Disitu terlihat Pandu dan Airish barusan datang.

Pandu berjalan kearah kursi meja yang diduduki Raden dan juga candra. Dan Airish ia duduk dikursi meja bersama Kedua sahabatnya.

"Dari mana lo?" Tanya Candra kepada Pandu.

"Kepo" Pandu tak mengubris, ia mengeluarkan benda panjang dari sakunya.

"mojok ya lo sama Airsih?" Duga Raden dengan suara kecilnya. Takut jika ibu ketua mendengarnya.

Pandu yang tengah bermain ponselnya mendadak menoleh kearah Raden, ia kemudian meng-ngangguk kecil.

"Gila sih" Candra menepuk-nepuk punggung Pandu.

"Digedung belakang?" Pandu kembali meng-ngangguk.

Semua yang sahabatnya ini Duga salah. Ia tadi sedang tidak mojok bersama Airish. Tadi ia ingin menuju kantin, dan kebetulan ada Airish yang baru saja keluar dari kelas. Sebenarnya ia malas saja meladeni Kedua sahabatnya sekaligus anak buahnya.

"Ngapain aja lo, Pan? Cerita dong mas" Pandu bergidik ngeri lantaran perkataan Candra membuat dirinya merinding dan meringis jijik.

"Mau tau banget lo berdua?" Candra dan Raden meng-ngangguk kuat.

Cowo itu tersenyum smirk. Ia mendorong kedepan kursinya agar lebih berdekatan dengan Dua orang itu. Kemudian mulutnya ia jejerkan dengan telinga Candra dan Raden secara berdampingan.

"Gue sama Airsih, ngelakuin persentuhan tubuh, lo berdua tau itu?" Pandu kemudian berdiri dari duduknya. Setelah mengatakan itu kepada dua sahabatnya kemudian ia beranjak pergi menuju lapangan basket.

Terlihat dua gurcaci itu mengangakan mulutnya masih tidak percaya dengan perkataan Pandu tadi. Candra dan raden saling tatap satu sama lain, keduanya seperti orang bodoh saja.

"SEX?" ucapnya kompak.

°°°°°

Udah segitu aja ges😇

Chapter ini mengandung cerita untuk orang dewasa ya. Soo kalian yang masih piyik semoga nggak paham. NGAHAHAHA. :-|

& TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA.

See u next part ➡

PANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang