Beberapa hari telah berlalu, kini tiba hari minggu. Jisung berencana bermain ke tempat pengiriman barang milik paman Suho, pengiriman barang milik pamannya itu tidak libur meskipun hari minggu, hanya libur saat ada hari hari besar saja. Setelah beberapa menit naik sepeda, Jisung tiba di depan ruko kecil bertuliskan JAC atau Jasa Antar Cepat.
Jisung mengunjungi ruko kecil tempat dia bekerja sebelumnya. Paman Suhonya itu memiliki 3 ruko kecil dan satu tempat sebesar rumah yang ia jadikan sebagai kantor, disanalah paket paket di periksa dan siap di antar ke ruko untuk kemudian diantar ke rumah penerima paket.
"loh Jisung ada apa" tanya Suho yang sedang memilah alamat paket
Agar kurirnya tidak terlalu kesulitan mengantar sana sini, Suho terkadang memilah milah alamat paketnya. Misal untuk daerah timur dia menyuruh kurir A, dan daerah barat dia menyuruh kurir B.
Jisung tidak menjawab, ia memilih masuk ke dalam ruko lalu ikut membantu pamannya memilah milah paket.
Aktivitas jisung terhenti saat ia melihat alamat yang tertulis di salah satu paket. Perumahan Cheonsa nomer 9, senyuman tercetak dibibirnya saat melihat alamat paket itu.
"paman yang ini jisung antar ya" ucap Jisung sambil menunjukkan paket ke pamannya
Suho membaca alamat paket itu sekilas "boleh, antar aja"
"pasti rumahnya gebetan" ucap salah satu karyawan yang sedang mengangkat paket berat
Jisung tidak peduli, ia pamit ke sang paman lalu bergegas pergi ke perumaham Cheonsa nomer 9.
Tidak perlu waktu lama, tidak sampai 10 menit naik sepeda Jisung sudah sampai di depan rumah Chenle.
Seperti biasa gerbang rumah Chenle terbuka, langsung saja Jisung masuk dan mengetuk pintu. Entah kebetulan atau apa, Chenle sendiri lah yang membuka pintu, padahal Jisung mengira kalau Tante Jungwoo atau mbak maid yang akan membuka pintu.
"oh Jisung, ada apa" tanya Chenle
"ada paket" ucap Jisung memberikan paket tersebut pada Chenle
Chenle menerima paketnya "apa kau yang bertemu dengan kurirnya?" tanya Chenle
"aku kurirnya" jawab Jisung
"hah?" Chenle menganga tak percaya
"aku sering kemari mengantar paket untukmu" jawab Jisung
Chenle masih pada posisi yang sama, menatap Jisung dengan sedikit menganga. Jisung terkekeh, ia mengatupkan mulut Chenle lalu menjelaskan.
"JAC itu milik pamanku, sebelumnya aku bekerja disana menjadi kurir"
Chenle mengangguk angguk pertanda dia paham, Chenle yang seperti itu terlihat lucu dimata Jisung, ia mencubit pipi Chenle karena gemas.
"heh kok dicubit" ucap Chenle tak terima
"suruh siapa gemesin" jawab Jisung, pria tinggi itu mengusak rambut Chenle
Sang pemilik rambut mendengus kesal, 'berantakan lagi kan' batin Chenle.
Kemudian Chenle menarik tangan Jisung untuk masuk "gak enak ngobrol depan pintu"
Chenle berjalan ke meja makan, mengambil 2 gelas dan menuangkan air lalu memberikan satu gelas air kepada Jisung.
Air di gelas pun tandas, kini keduanya sedang duduk di meja makan.
"jadi Jisung pernah kerja jadi kurir?" tanya Chenle memulai pembicaraan
"iya, waktu itu liburan jadi gabut" jawab Jisung
"terus sekarang gak kerja?" tanya Chenle lagi
"sejak pindah rumah sama sekolah bunda gak bolehin kerja. Katanya jam pulang sekolah mepet sama jam tutupnya JAC"
Chenle mengangguk angguk paham "bener kata bunda kamu, apa enaknya si kerja" Chenle menatap Jisung, ia menopang dagunya dengan tangan kanan. 'kok jisung ganteng' bantin chenle
"seru tau Le ketok ketok rumah orang" jawab Jisung santai
Merasa tak mendapat respon Jisung melihat ke arah Chenle yang sedang menatapnya.
"ekhem iya tau ganteng, gak usah dilihatin gitu" ucapan Jisung membuat Chenle malu, lalu semburat merah muncul dipipinya.
"eh Ji pulang sana udah siang" ucap Chenle, ia berdiri membawa kedua gelas tadi ke wastafel
Sebenarnya Chenle malu karena ketahuan menatap Jisung, jadilah dia begitu.
Jisung menghampiri Chenle lalu mengusak rambut teman kelasnya itu "gue balik mau bantuin paman ngantar paket, bye chenle" Jisung pergi setelah mencubit pipi gemas Chenle
Chenle kini mematung, bingung dengan dirinya sendiri, pipinya memanas, hatinya berdetak lebih kencang dari biasanya.
Sedangkan Jisung, pria tinggi itu kembali ke ruko JAC, dia hendak membantu mengantar paket yang lain namun pamannya melarang, jadi Jisung sekarang hanya duduk sambil memilah milah paket.
Ia terkekeh sendiri mengingat betapa gemasnya Chenle. Tiba tiba saja pamannya itu membolak balikkan telapak tangan pada dahinya.
Alis Jisung terangkat sebelah "kenapa"
"kamu terkekeh sendiri, takutnya kenapa napa" jawab Suho
"biasa anak muda kasmaran" ucap salah satu karyawan yang sedang duduk didepan komputer
"oalah anak muda" Suho pun melenggang pergi
────────────
Setelah kejadian itu Jisung pamit kepada sang paman dan memutuskan untuk pulang.
Baekhyun dan Chanyeol sedang berada dirumah sekarang, hari minggu kerja kedua orang tuanya itu libur.
Jisung berjalan masuk ke dalam rumah lalu merebahkan dirinya di ke sofa panjang depan tv. Sang ayah yang peka jika anaknya sedang dilanda gunda, Chanyeol menghampiri Jisung lalu mengelus punggung sang anak.
"kenapa ini, datang datang langsung kayak gitu" tanya Chanyeol
Jisung langsung duduk dengan benar "yah Jisung mau nanya"
"kalau kita suka liatin seseorang, terus kita pengen deket sama dia terus, itu kenapa"
"kenapa emanganya" tanya Chanyeol santai sambil mencari remot tv
"Jisung punya temen imut banget yah, gemes, rasanya jantung Jisung kayak dag dig dug gitu kalau deket dia" jawab Jisung sedikit mengalay
Chanyeol terkekeh sambil menyalakan tv "anak ayah sudah besar"
"ya kan Jisung bukan anak kecil" Jisung mencebikkan bibirnya
"kamu suka dia itu artinya" Chanyeol kembali terkekeh lalu mulai mengganti chanel tv.
────────────
Tolong tinggalkan jejak vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir (chenji)
Teen FictionHanya kisah cinta seorang penerima paket dan sang kurir WARNING BXB