14

1K 142 2
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Jisung masih setia berada di parkiran bersama kekasihnya, Chenle merasa bingung ia tidak ingin pulang tapi juga tidak ingin kembali merepotkan Jisung. Pemuda manis itu sedari tadi mondar mandir di samping motor Jisung, bahkan kondisi sekolah sekarang sudah sepi, mungkin hanya satpam dan guru saja yang belum pulang.

“aku anterin pulang” final Jisung, ia memasangkan helm di kepala Chenle

Motor Jisung melaju di tengah keramaian kota, namun Jisung tidak berbelok ke perumahan Chenle melainkan jalan lurus menuju JAC. Chenle diam saja tidak memperhatikan jalan, pikirannya melayang kepada hari dimana ia pundung dengan sang baba.

Jisung turun dari motornya begitu juga dengan Chenle, manusia tinggi itu langsung masuk ke dalam JAC meninggalkan Chenle di samping motor. Pemuda manis itu mengernyit heran ‘apa maksud, kenapa Lele ditinggal disini’ batin Chenle

Tak lama kemudian Jisung keluar dengan membawa map coklat yang terbungkus plastik paket “ini alamat rumah kamu kan” Jisung memberikan paket map coklat itu

Chenle mengambil paket itu dan membaca alamat penerimanya “iya, pasti paketnya baba”

Jisung tersenyum tipis, mungkin paket itu bisa membuat Chenle berbicara dengan babanya. Tak ingin berlama-lama di depan JAC, Jisung dan Chenle segera naik ke motor dan melaju ke rumah Chenle.

Tak butuh waktu lama karena jarak JAC dan perumahan Chenle cukup dekat, namja manis itu turun dari motor kemudian membuka pengait helm lalu mengembalikan helmnya pada Jisung, Chenle sudah bisa melepas pengait helm sendiri sekarang. Setelah sesi pamit dan ucapan agar Jisung berhati-hati dalam membawa motor Chenle segera masuk ke dalam rumah.

“LELE PULANG” teriak Chenle, namun tak ada yang menyambutnya pulang

Chenle menoleh ke kanan dan ke kiri namun tidak menemukan siapa pun, bahkan maid yang bekerja dirumahnya juga tidak terlihat batang hidungnya.

Setelah berganti baju dan membersihkan badan, Chenle menuruni tangga sambil melihat ke kanan dan ke kiri, takut jika ada perampok dirumahnya seperti yang di televisi, perampok akan menyekap para pekerja di rumah, merampas seluruh harta benda kemudian membunuh pemilik rumah. Oh tidak, jangan sampai hal seperti itu terjadi, Chenle masih muda dan bahkan ia masih ingin menikah dan memiliki keluarga kecil suatu saat nanti.

Kriett

Pintu rumah sepertinya terbuka, Chenle baru ingat kalau ia tadi tidak menutup rapat pintu rumahnya.

“AAAAA JANGAN BUNUH LELE, LELE MASIH MASIH KECIL DAGINGNYA GAK BANYAK” Chenle berteriak dalam posisi jongkok sambil menutup telinga

Seseorang yang baru saja masuk menepuk bahu Chenle pelan “siapa yang mau bunuh kamu”

“AAAA ADA DUGONG, EOMMA TOLONG” Chenle yang terkejut langsung saja berteriak kembali

“heh baba sendiri dibilang dugong kamu itu” Lucas langsung berjalan ke meja makan meninggalkan sang anak yang masih berjongkok.

Chenle bernafas lega, rupanya itu baba Lucas dan bukan perampok atau penjahat seperti di televisi. Setelah berdiri dari posisi jongkoknya, Chenle melihat baba Lucas sibuk pengeluarkan sesuatu dari kantung plastik lalu menghampirinya.

“apa ini, WAHH AYAM KECAP” mata Chenle berbinar melihat makanan di dalam plastik

Chenle menatap ayam kecap itu dengan mata berbinar lalu menatap sang baba, Lucas paham jika sang anak sudah tidak sabar menyantap ayam kecap, Lucas mengusap lembut surai Chenle lalu berjalan ke kompor untuk menghangatkan makanan.

Setelah makanan selesai dipanaskan Chenle langsung mengambil nasi dan meletakkan dua potong ayam di piringnya, kedua manusia itu makan dengan sedikit ribut seperti biasanya, melupakan tentang Chenle yang pundung di hari sebelumnya.

“BABA JANGAN MAKAN SAYAP AYAM, ITU PUNYA LELE”

Lucas memang sengaja menggoda sang anak dengan mengambil sayap ayam dan meletakkan ke piringnya. Chenle tidak rela sayap ayamnya di ambil, langsung saja ia mengambil piring Lucas, mengambil sayap ayam dan meletakkan di piringnya kemudian menggantinya dengan paha ayam.

“tuh makan banyak dagingnya, jangan ambil sayap ayam Lele” Chenle memberikan piring Lucas kembali

Chenle lebih suka dengan sayap ayam dari pada paha ayam, menurut Chenle rasa sayap ayam itu lebih enak, sangking enaknya sampai namja manis itu tidak bisa menjelaskan.

Kurir (chenji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang