"Kamu itu lebih ke manis
daripada ganteng."•••
Hari ini hari sabtu, masa orientasi Jisung sudah selesai. Ia akan mulai belajar di bangku kuliah senin depan, sedikit sedih karena ia akan berpisah dengan teman-teman semasa orientasinya.
Mengingat ia akan tinggal selama kurang lebih 3 tahun di rumah ini sendiri, Jisung membiasakan diri untuk bangun pagi. Membereskan rumah, mencuci bajunya sendiri, namun sepertinya ia tak mampu jika harus belajar memasak.
Bisa-bisa rumah barunya itu terbakar.
Sebelum mengerjakan pekerjaan rumah, pemuda jangkung itu memutuskan untuk olahraga di sekitar kompleknya, Jisung keluar dari rumah dengan baju longgar dan celana training.
Seperti kebiasaan baginya untuk melirik ke arah balkon Chenle setiap pagi, entahlah sekedar untuk menukar sapa dengan tetangganya itu.
Tapi hari ini Chenle tak terlihat, sedikit aneh. Atau mungkin sebenarnya meminum susu kotak di balkon pada pagi hari bukanlah kebiasaan pemuda kecil itu?
Ah, tidak. Selama hampir seminggu Jisung selalu melihat Chenle di balkon, anak itu juga selalu melambaikan tangannya kearah Jisung.
Sial, lagi-lagi Jisung terlalu memikirkan pemuda itu. Entah karena Chenle adalah seseorang yang memang menarik atau Jisung yang tertarik padanya.
Membahas pemuda kecil itu didalam benaknya sendiri adalah sesuatu yang cukup menyenangkan menurut Jisung. Dia itu unik.
Jisung berusaha menghilangkan topik dengan tagar Chenle dikepalanya, pemuda jangkung itu lantas berlari kecil mengelilingi komplek hingga beberapa putaran.
Namun lagi-lagi, setiap melewati depan rumah tetangganya itu, Jisung selalu menyempatkan diri untuk melirik balkon kamar Chenle yang bahkan masih sama seperti di awal-kosong.
Jisung mengelap butir keringat di dahinya, sudah putaran ke 5 dan Jisung hampir saja melanjutkan olahraganya. Ia benar-benar tak sadar sudah terlalu lama berlari, pikirannya selalu berharap saat ia sampai di depan rumah tetangga nya itu seseorang sedang berdiri di balkon kamar.
Namun hingga sekarang tidak ada.
Jisung menghela nafas kasar, untuk apa juga dia berharap bertemu dengan Chenle?
Jisung melangkah masuk kedalam rumah, membersihkan tubuh lalu lanjut membuat bubur instan untuk sarapannya. Netra tajam Jisung menatap keluar jendela, ke arah rumah di depannya lebih tepatnya.
Tiba-tiba pikirannya teringat tadi malam, saat Chenle berdiri diluar pagar sendirian. Saat itu sangat dingin, Jisung bahkan bisa saja sakit jika tidak langsung meminum minuman hangat setelah pulang orientasi.
Apa tetangganya itu sakit? Chenle juga terlihat pucat tadi malam. Jisung menggeleng pelan, untuk apa ia peduli?
Setidaknya itu lah yang Jisung pikirkan beberapa menit yang lalu, tapi buktinya ia benar-benar peduli. Sekarang pemuda itu sedang berdiri tepat di depan pintu rumah Chenle, kebetulan pagarnya tak terkunci.
Jisung memencet bel rumah yang terletak tepat di sebelah pintu kayu itu, namun tak ada jawaban. Saat hendak memencet kembali tombol itu, Jisung tersentak karena tiba-tiba pintu didepannya terbuka.
Pemuda bertubuh pendek dengan mata tajam menatap Jisung, alisnya terangkat satu seperti sedang bertanya kenapa?
Itu Renjun, astaga. Jisung benar-benar tak berharap anak tertua keluarga ini yang membuka pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dedikasi
Hayran KurguFanfiksi Jichen / Chenji ( Jisung × Chenle ) - Jisung, pemuda yang mendedikasikan jiwa dan raganya kepada seorang anak laki-laki untuk pertama dan terakhir kalinya. "Mulai saat ini, kita berjuang bareng-bareng, ya?" - Warning ! angst , death char...