author pov
sudah seminggu berlalu, semua gambaran lisa tentang jennie pun berubah total. dirinya tak pernah lagi menyebut jennie dalam istilah gadis itu baik, ataupun gadis yang murah senyum seperti dulu.
dan lisa sendiri, tak ada yang bisa ia lakukan, apalagi sampai marah. walau sudah nyaris satu minggu jennie terus mengganggunya dan berbuat hal-hal yang tak terduga, lisa hanya bisa menerima lalu memaafkan tanpa jennie pernah meminta maaf.
seperti sekarang, lisa sedang berusaha fokus untuk membaca buku dan sudah duduk pada bangku miliknya.
tapi jennie, gadis itu juga malah terus menopangkan sebelah tangan dan menatapi lisa tanpa berhenti tersenyum.
lisa mungkin masih bisa tenang jika jennie hanya diam, tapi tidak. jennie sedari tadi malah terus berusaha menarik seluruh atensi lisa dan berniat ingin membuat gadis itu memberhentikan acara membaca bukunya.
"hati lo tuh terbuat dari apa sih? kapas ya? kok kayanya lembut banget"
tak ada mendapat sahutan dari lisa untuk yang kesekian kalinya, jennie justru terkekeh sebentar dan menegakkan duduknya.
saat ini sedang jam istirahat, keadaan kelas yang biasa ditempati 30 siswa lebih, sekarang ini hanya tersisa mereka berdua.
sedangkan teman-teman jennie lebih dulu istirahat keluar, meninggalkan jennie dengan sengaja karena gadis itu sendiri yang meminta.
setelahnya jennie berdiri, membuat netra lisa ikut meliriknya sedikit dari ujung mata. lisa kira gadis itu akan menjauh atau pergi kemanapun, tapi kiraan lisa salah.
yang jennie lakukan justru sekarang ia naik pada meja mereka, dan duduk di sana. tepat di hadapan lisa, jennie juga menyilangkan kedua kakinya, bersamaan dengan dua tangan yang ia tumpukan pada sisi meja.
"gue ga habis pikir, kenapa semua orang terus bilang lo sempurna?"
mendengar suara jennie yang barusan berucap, lisa lalu menutup bukunya dan mempertemukan kedua tatapan netra mereka.
kali ini lisa tak tersenyum, sedangkan jennie menaikan alis dengan sedikit tersenyum, merasa menang karena telah berhasil menarik perhatian lisa.
"apa maksud lo?"
"udah bukan rahasia lagi, lisa. lo itu anak emas di sekolah, dan nyaris semua orang bilang lo sempurna."
"bukan itu jennie. yang gue tanyain di sini, kenapa lo bilang kaya gitu? apa lo cemburu?"
bukannya langsung membalas, jennie justru tertawa remeh mendengar ucapan lisa.
tak disangka, gadis yang memiliki nama lengkap lalisa manoban ini ternyata juga mempunyai sifat lucu menurutnya.
"cemburu? ngga lah, yakali. gue ngaku kok gue ga sepinter lo dan ga sehebat lo."
"terus?"
"gue cuma mau ngebuktiin ke mereka, kalo lo ngga sesempurna yang mereka sering bilang."
"..."
"lo tau lisa? ini pertama kali dalam hidup gue. gue nekat dan seagresif ini sama orang."
"..."
"tadi pagi sih gue pengennya ga usah pake bra, cuma buat mancing nafsu lo."
lisa memejamkan matanya sebentar, karena dirinya jelas tahu pembicaraan seperti ini sudah sering kali terjadi dan akan terus jennie lontarkan dengan begitu santai di hadapannya.
dan jennie adalah satu-satunya gadis yang lisa kenal, yang tak pernah merasa malu ketika ia mengucapkan hal-hal yang tak senonoh, bahkan juga melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE - JENLISA ✔
Ficción General❝ Jangan panggil gue Jennie Ruby Jane, kalo gue ngga bisa naklukin seorang Lalisa Manoban. ❞