author pov
setengah jam sudah, isi kepalanya hanya dipenuhi dengan lisa, lisa, dan lisa. bahkan tak terhitung sudah berapa kali jennie menghela nafas, dengan kedua tangan yang masih bersedekap dada, jennie tak perduli lagi pada tiap hingar bingar teman-temannya yang sedang asik saling bercerita di samping jennie.
suasana hati jennie saat ini benar-benar keruh tak karuan, akibat kejadian kemarin. tentang dirinya yang ditolak mentah-mentah oleh lisa, benar-benar membuat jennie merasa kalah dan semakin tertantang untuk berbuat hal yang lebih.
ditambah lagi suasana ramai di dalam kafe yang saat ini jennie duduki, cukup membuat jennie juga merasa kesal dan terus berdecak.
irene yang sadar akan raut muka gadis berpipi mandu itu lalu terkekeh sebentar dan tangannya langsung menyodorkan sepotong cake nanas, pada hadapan jennie.
"masih kesel?"
"masih lah anjir."
sedang tak bernafsu ingin mencipipi apa-apa, netra tajam jennie hanya menatap sekilas cake itu lalu ia mengalihkan pandangan.
"lagian lo tuh kecepetan, baru juga deket seminggu, udah main nembak dia aja."
"lo juga belum tau sifat asli dia kan?" lanjut irene, dengan bertanya.
jennie menghela nafas, sedikit mengangguk.
"makanya itu gue sengaja ngedeketin lisa, biar gue tau apa kekurangan dia."
irene lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tersenyum tipis. sebelum ingin menjawab, pandangannya kembali berpendar, menatapi setiap sudut ruangan kafe yang hanya ditempati oleh beberapa orang, termasuk mereka.
"jadi lo ngga beneran suka?"
"..."
"kok diem? atau lo ternyata emang suka?"
"ren."
"apa?"
"menurut lo, wajar ga sih kalo gue beneran suka sama lisa?"
jennie berucap, dengan raut muka yang bertanya. sedangkan irene, satu tangannya yang sedari tadi sedang memegang cup minuman, ia lalu menaruhnya ke atas meja dan balas menatap dengan serius ke arah jennie.
gadis yang ia kenal sudah hampir tiga tahun lebih ini tak biasanya bersifat uring-uringan dan mengurus masalah percintaan. jennie yang ia kenal selama ini, adalah sosok gadis berhati dingin dan sarkas.
sifatnya yang kadang sombong dan juga tak suka diremehkan, adalah ciri khas utama seorang jennie yang banyak orang lain kenali.
"wajar ngga wajar, kalo lo emang beneran udah suka ya fine-fine aja sih menurut gue."
tepat sebelum jennie ingin membalas, nayeon tiba-tiba saja menyela.
"apa? gue ga salah denger? lo suka sama lisa?"
tentu saja terkejut, setelah nyaris tiga tahun lamanya bersama dan juga berada dalam satu kelas yang sama, nayeon maupun yang lain sangat jarang menemui jennie menyukai seseorang.
gadis itu kadang terlalu asik dengan dunianya sendiri, memanjakan dirinya setiap hari, tak pernah perduli pada urusan percintaan.
nayeon masih ingat jelas, dulu jennie pernah bercerita bahwa ia tak suka mengikuti kata hati jika sudah mendekati seseorang, gadis itu sangat suka hanya bermain-main lalu ia tinggalkan.
dan sudah bukan rahasia lagi jika jennie dikenal dengan sebutan gadis yang nakal, entah itu nakal dalam hubungan atau pun perbuatan. namun untuk yang kali ini, nayeon memang merasa bahwa jennie sedikit berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE - JENLISA ✔
General Fiction❝ Jangan panggil gue Jennie Ruby Jane, kalo gue ngga bisa naklukin seorang Lalisa Manoban. ❞