author pov
"berarti tahun ini kita ga sekelas?"
"ngga." lisa menggeleng pelan dengan tersenyum.
raut muka rosé lalu berubah menjadi sendu dan sedikit cemberut.
padahal dua tahun sudah ia dan lisa duduk bersebelahan dan biasa saling membantu jika mengerjakan tugas, tapi tahun ini terpaksa mereka harus berpisah dan akan berdaur dengan lingkungan kelas yang baru.
rosé sendiri sebetulnya memang sudah mengira, jika di kelas tiga ini ia dan lisa akan terpisah. sebab hal itu memang sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan guru-guru setiap tahunnya, yaitu ketika setelah dua tahun sudah dikumpulkan, maka di kelas akhir mereka akan dibagi lagi dengan acak.
dan rosé kemarin sempat berharap semoga ia dan lisa bisa satu kelas, tapi sepertinya takdir sedang tak berpihak pada rosé.
"lo emang di kelas mana?" eunwoo bertanya, dengan satu tangan yang masih setia menggenggam cup boba miliknya.
"dua belas ips empat." rosé melirih.
saat ini, mereka bertiga sedang berjalan menuju ke kelas masing-masing.
sedikit lega, karena jadwal mereka hari ini satu harian penuh tak ada jadwal belajar, dan hanya diberikan waktu yang khusus untuk saling mengenal teman satu kelas yang baru.
lisa masih berjalan dengan santai, ia terus melangkahkan kaki menuju letak kelasnya yang berada di atas, tepat di lantai dua.
"lo berdua masih untung." eunwoo tiba-tiba berucap.
"maksud lo?"
"ya masih untung karna sekelas sama anak-anak yang ga berisik, lah gue? kelas dua belas ips tujuh, kelas paling ujung, yang isinya cuma geng berandalan doang." lanjut eunwoo.
"selagi lo sendiri ngga ikutan jadi berandal, ya ngga apa-apa kan?" tanya lisa, dan pemuda itu hanya bisa mengangguk pasrah, tersenyum dengan kecut.
"tapi, lisa"
"kenapa?" raut wajah lisa menatap ke arah samping, tepat pada rosé yang barusan memanggil namanya.
gadis yang kadang bisa dipanggil mawar itu nampak terdiam sejenak, seperti sedang memikirkan sesuatu.
sampai kedua langkah kakinya sengaja berhenti, membuat lisa serta eunwoo ikut berhenti dan saling melempar tatapan bingung.
"berarti lo bakal sekelas sama jennie?" rosé bertanya.
"iya"
"bakal sekelas juga sama nayeon?"
"iya"
"sama chahee?"
"iya"
"..."
"kenapa deh?"
"gapapa sih, gue cuma masih ngga mau pisah kelas sama lo." di akhir kalimatnya, gadis itu lagi-lagi cemberut dan tiba-tiba saja memeluk tubuh lisa.
lisa sendiri terkekeh merasa lucu, karena ia sudah sangat hafal pada gadis mawar ini. sifatnya yang kadang manja dan tak mau pisah dengan lisa jika kemana-mana, maka akan sangat berat bagi rosé untuk melalui hari-harinya nanti tanpa bersama lisa.
apalagi letak kelas yang juga berjauhan. jika kelas lisa berada di atas, maka kelas rosé berada dekat dengan kantor dan di bawah.
akan susah untuk mereka bertemu, barang di waktu istirahat saja mungkin akan butuh beberapa menit dulu untuk berjalan. karena sekolah ini memang memiliki koridor yang panjang dan lapangan luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE - JENLISA ✔
قصص عامة❝ Jangan panggil gue Jennie Ruby Jane, kalo gue ngga bisa naklukin seorang Lalisa Manoban. ❞