27. tears

6 1 0
                                    

Hari yang begitu panjang menurut Ghaitsaa, gadis itu sedang berada di dalam kamarnya seorang diri. Sepulang sekolah tadi ia masih berada di kamarnya, rasanya ia malas untuk keluar. Ia penasaran dengan tidak adanya kabar dari Eza, sebenarnya apa maksudnya? Kenapa dia ngabari semua orang untuk berkumpul, tetapi dirinya malah hilang tak ada kabar.

Belum lagi Ghasa, ada apa dengan pria itu? Kenapa kumpul Osis hari ini, ia nampak biasa saja kepadanya? Bahkan tidak ada tanda tanda jika pria itu membencinya. Ghaitsaa sungguh bingung dengan situasi seperti ini. Apalagi, akhir akhir ini ia sering melihat Artha bersama Tasha. Tidak! Dia bukan cemburu, hanya saja itu nampak aneh.

"GHAITSAA!"

Sudah bisa di tebak siapa pemilik suara itu, sepertinya Cacha tak bisa jika tak harus berteriak memanggil putri semata wayangnya itu. Entah beliau malas untuk naik tangga! Atau memang beliau suka sekali berteriak.

Dengan berat hati Ghaitsaa beranjak dari kasur keaayangannya dan berjalan menuruni anak tangga, lihat saja dirinya yang sangat kusut. Seperti biasa, dia hanya memakai kaos oblong yang di padukan dengan hotpants di tambah rambutnya yang ia cepok asal saja.

"MOM! MOMMY DIMAN-" sontak saja Ghaitsaa langsung berhenti berteriak karena melihat seseorang sedang duduk santai di ruang tamu.

"Jangan teriak teriak dong, malu sama tamu" ucap Cacha lembut.

Ghaitsaa kadang heran dengan Momynya itu, padahal yang suka teriak itu beliau, tetapi kenapa malah dia yang di salahkan. Jadi tamu yang di maksud Cacha adalah Ghasa, loh! Kok bisa? Ya bisa lah, Ghasa ada urusan dengan Ghaitsaa sebagai ketos dan waketos.

Sekarang saja Ghaitsaa masih meruruki dirinya yang lagi lagi hanya memakai pakaian seperti ini setiap Ghasa datang, sebenarnya dia tuh malu, bahkan malu banget! Emang sepertinya rezeki Ghasa untuk melihat Ghaitsaa yang absurd seperti itu.

"Ngapain cuma berdiri kaya patung, ambilin minum sama makan gih!"

"Loh! Ghasa kesini mau ketemu Momy?" Tanya Ghaitsaa bingung.

Siapa yang nggak bingung coba? Kenapa Momynya malah menyuruh untuk membuat minuman, sedangkan beliau malah asik ngobrol dengan pria itu.

"Mau ketemu kamu, tapi Momy pengin ngobrol sebentar jadi ya kamu aja yang bawain minuman sana!" Usirnya.

Ghasa hanya terkekeh melihat lucunya Ghaitsaa yang kesal dengan Momynya. Gadis itu langsung nurut dengan perkataan sang Momy, sedangkan Ghasa dan Cacha melanjutkan obrolan.

"Jadi kamu pasangan Ghaitsaa waktu pemilihan ketua Osis dulu?"

"Iya tante, maaf ya tan saya kesini mendadak"

"Nggak apa apa, tante seneng kok. Oiya kamu kenal Artha?"

"Kenal tan, dia temen saya"

"Oh gitu ya, gimana kabar dia? Tante sering tanya ke Ghaitsaa tapi dia nggak pernah jawab"

"Dia baik kok tan, kok tante kenal dia?" Tentu saja Ghasa penasaran.

"Oh itu, dia kan pacar Ghaitsaa masa iya tante nggak tau. Tapi akhir akhir ini tante jarang liat mereka bareng, apa kamu tau mereka kenapa?"

"Maaf tan, aku nggak tau soal hubungan mereka"

"Gitu ya, oiya kamu udah punya pacar?" Tanya Cacha to the pont.

Jujur saja, Ghasa bingung untuk menjawab pertanyaan semacam ini. Jika saja dia bukan orang tua, maka dia bisa langsung menjawab. Tetapi ini, jika ia tak menjawab atau menjwab dengan jawaban yang kurang pas dia menjadi tidak enak.

"Mom, itu privasinya. Jangan tanya berlebihan deh, Momy kebelakang aja deh!"

Untung saja Ghaitsaa datang tepat waktu, Ghasa hanya tersenyum. Sebenarnya jika begini ia semakin tidak enak, tapi mau bagaimana lagi? Dia juga bingung untuk menjawab.

TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang