36. prom night party

3 0 0
                                    

Acara prom night party begitu ramai, apalagi yang sudah memiliki pasangan. Mereka akan berdansa atau berkencan dalam acara ini, bahkan alumni-alumni banyak yang datang.

Artha dan Tasha sedang duduk berdua di tepi kolam, mereka sedang menyantap makanan dan minuman serta bercengkrama. Sepertinya mereka memanfaatkan acara ini untuk berkencan tidak seperti Ghasa, Ghaitsaa dan Ellen.

"Oiya Tha, setelah lulus, lo mau lanjutin kemana?" Tanya Tasha dengan menyantap cake yang ada di tangannya.

"Gue mau lanjutin di Amerika, sama sekalian bantuin perusahaan papah gue. Elo sendiri gimana? Mau di indo apa ke korea?"

"Kalo gue jelas ke korea, soalnya setelah lulus nanti keluarga gue bakal pindah kesana"

"Oh ya! Lo pindah? Brarti nanti nggak ada meet up di indo dong?" Tanya Arta dengan terkejut.

"Ya elah, santai aja. Kalo misal ada reuni ya gue terbang ke indo gapapa kali, lo juga pasti iya kan? Kalo mau nemuin gue si korea juga nggak masalah" ujar Tasha.

"Hmm, gampang banget kalo ngomong. Awas aja nanti kalo di ajak ketemu yang alesan inilah yang alesan itu lah"

"Ya kan nggak gau nanti, kalo lagi sibuk ya mana bisa kan langsung ketemu, makannya kalo mau ketemu bilang dari jauh jauh hari. Lagian nih ya, gue, Ellen sama Ghaitsaa juga pisah, kita nggak satu negara nanti" jelas Tasha.

"Oh ya! Kalian bener bener berpisah bertiga? Emang mereka mau kemana?" Tanya Artha penasaran.

"Ghaitsaa ke London, Ellen ke Belanda. Jauh kan, kalo lo si sama Ghasa masih satu negara"

"Ya sabar aja ya"

"Halah! Tadi marah marah, sekarang aja 'sabar aja ya'" ledek Tasha dwngan mengikuti gaya bicara Artha.

"Dih ngeselin juga ya elo"

Mereka bercengkrama seakan akan dunia hanya milik mereka, bahkan sampai sampai mereka tidak menyadari jika seseorang sedang memata matai mereka. Ia seakan akan tidak terima dengan kebahagiaan Elleghan.

Rebecca dan kedua temannya sedang berdiri di taman, mereka tak mungkin akan membiarkan acara ini berjalan dwngan mulus. Sudah pasti ada sebuah rencana yang ada di otak mereka, atau mungkin mereka sedang merencanakan sesuatu.

"Lo nggak ngerencanain sesuatu Ca?" Tanya Aletta.

"Ada, udah liat aja nanti. Betapa hebohnya rencana yang udah gue buat"

"Wah, gue jadi penasaran. Gue juga nggak mau ya liat mereka bahagia setelah Eza meninggal" ucap Zelline.

Wiiuwww. . Wiiuuwww. . Wwiiuuww

Selang beberapa menit setelah Rebecca berbincang dengan kedua temannya, suara sirine polisi datang. Sudah jelas semua yang sedang berparty begitu terkejut dan juga ada yang takut.

Namun Rebecca nampak tersenyum mendengar kedatangan para polisi itu, Aletta dan Zelline sudah bisa menebak jika ini adalah rencananya. Tetapi kenapa dia menyangkut pautkan dengan polisi, pasti ini masalah yang begitu serius.

Bukan hanya siswa yang menghadiri prom night ini, tetapi semua guru dan staff juga ikut meramaikan. Tentu saja yang menghadap kepolisian Bu Reyna dan Pak Daniel, karena mereka selaku pembina Osis dan juga penyelenggara acara ini.

"Mohon maaf, kenapa tiba tiba bapak datang ke sekolah ini? Apakah ada siswa atau siswi kami yang berbuat masalah?" Tanya Pak Daniel dengan sopan.

"Saya mendapat laporan, jika pesta ini terdapat minuman ilegal. Kami akan memeriksa tempat ini!" Tegas seorang pria yang berbadan tinggi dan besar itu.

"Mohon maaf Pak sebelumnya, tapi pesat ini di selenggarakan tidak memakai minuman atau makanan yang ilegal, bahkan kami sudah mengeceknya"

"Tapi kami butuh bukti, apakah kalian ada bukti jika tidak ada makanan atau minuman yang ilegal?"

"Sebentar, kami memiliki semua catatan apapun yang kami beli"

Bu Reyna langsung mencari bendehara Osis untuk membawa bukti jika tidak ada yang ilegal di sini, bahkan Ghasa dan Ghaitsaa ikut beegabung dengan Pak Daniel dan Bu Reyna. Sungguh mereka tak habis pikir, kenapa masalah selalu datang menimpa mereka.

Padahal ia sudah begitu hati hati dengan acara ini, tetapi kenapa masih terjadi masalah. Lebih parahnya lagi, kepolisian datang langsung ke acara ini.

"Ini pak, silahkan baca saja catatan kami" ucap Bu Reyna dengan menyodorkan sebuah buku kepada aparat kepolisian.

Dengan teliti salah satu polisi membaca catatan itu, sepertinya memang aman. Namun setelah membuka lembar kedua, polisi itu nampak menaikan alisnya.

"Ini apa!? Apa kalian berpesta dengan konsep eropa? Ini minuman yang jelas jelas tidak di perjual belikan di sini, apa lagi kalian masih remaja. Kalian belum cukup umur untuk mengenal minuman ini! Apakah bapak dan ibu tidak teliti saat siswanya merencanakan ini!"

"Maaf pak, sungguh kami tidak tau akan hal ini. Maaf kami tidak hati-hati dalam mengawasi siswa kami, tapi tolong pak jangan bawa jalur hukum untuk siswa dan sekolah kami"

"Baik! Kami tidak akan melalui jalur hukum, tapi tolong yang menulis ini temui saya di kantor polisi besok, dan hari ini pulanglah, cukup sampai di sini saja, kami akan memeriksa segalanya"

Setelah pak polisi itu berucap semua siswa dan siswi langsung pergi meninggalkan tempat itu, kecuali Pak Daniel dan Bu Reyna. Mereka ikut memeriksa supaya sekolah mereka aman, karena jika berita ini menyebar pasti SMA LEVIRSCO akan di cap jelek.

♡♡•°•♡♡•°•♡♡

Pagi ini Ghasa, Ghaitsaa dan anggota Osis lainnya sesang kumpul bersama pembina untuk membahas masalah tadi malam. Untungnya pihak kepolisian tidak membawa masalah ini ke dalam hukum, dan memberi keringanan untuk sekolah.

Rebecca tetap tenang dalam masalah ini, bahkan dia tidak menampakan wajah paniknya. Seakan akan dirinya tidak ikut campur dalam masalah ini.

"Pak, Bu. Dari awal saya sudah bilang kepada Ghasa dan seluruh anggota untuk mengeluarkan Ghaitsaa dari Osis, tapi mereka tidak mau mendengarkan saya" ucap Rebecca membuat Ghaitsaa geram, tetapi ia memilih untuk diam.

"Kenapa kamu bicara seperti itu? Apa kamu tau kalo yang memesan minuman itu Ghaitsaa?" Tanya Bu Reyna.

"Loh bu, udah jelas dong. Ghaitsaa dan Ghasa yang memeriksa semuanya, bahkan Ghaitsaa yang menulis semua pesanan, apa bapak sama ibu nggak percaya sama bukti itu?" Lagi lagi Rebecca memulai perdebatan.

"Tapi ibu sudah tau siapa pelaku semua ini" jawab Bu Reyna dengan tenang. "Jadi ayo ikut bapak dan ibh untuk ke kantor polisis" lanjut Bu Reyna, membuat Rebecca membelalakan matanya.

"Loh kok saya si bu! Yang menulis dan memesan kan Ghaitsaa, harusnya dia dong yang ke kantor polisi" elak Rebecca tidak terima.

"Rebecca, ibu sudah punya bukti dan dengan kamu bersikap seperti ini, sudah sangat jelas jika kamu yang melakukannya, Ghasa dan Ghaitsaa sejak tadi hanya diam, bahkan mereka sedang berfikir siapa pelaku dari semua ini. Tapi kamu mempermudah semuanya dengan menuduh Ghaitsaa yang tidak tau apa apa, dengan sikap kamu yang seperti ini, audah sangat jelas jika kamu melakukan ini untuk menjebak Ghaitsaa. Jadi ayo ikut ibu sebelum semua siswa mengetahui hal ini dan kamu akan malu" jelas Bu Reyna membuat Rebecca diam tak bisa menjawab.

"Ghasa dan Ghaitsaa, kalian lanjutkan saja pembahasannya. Biar Rebecca bapak dan ibu yang mengurus, tapi tolong simpan rahasia ini" ucap Pak Daniel.

"Baik pak" jawab Ghasa dan Ghaitsaa.

Kini Bu Reyna dan Pak Daniel membawa Rebecca ke kantor polisi untuk menjelaskan apa maksud dari perlakuannya, sedangkan Ghasa dan Ghaitsaa memimpin rapat seperti yang Pak Daniel perintahkan tadi.

Bahkan mereka tidak membahas mengenai Rebecca yang melakukan hal tersebut, mereka lebih memilih pembahasan yang lebih penting. Mereka berencana untuk mengembalikan nama baik SMA LEVIRACO, meskipun tidak mudah, tetapi mereka harus melakukan itu.

.
.
.
Bersamboeng . . .



TriangleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang