"Ellena, bersiaplah setelah ini aku ingin mengajak mu ke suatu tempat."
Ellena menggangguk bahagia dan memberikan senyum simpulnya, Felix yang menerima respon demikian ikut menyungingkan senyumnya. Dan merogoh saku celananya untuk menghubungi salah satu anak buahnya .
"Siapkan helikopter." Cakap Felix dan langsung menutup sambungan teleponnya .
🍀🍀🍀
Felix membantu Ellena turun dari helikopter dan menggandeng tangannya menuju sebuah rumah minimalis bernuansa warna putih, dengan pemandangan alam yang masih alami, pantai dengan deburan ombak, pepohonan yang begitu rindang dan sebuah taman bungah mengelilingi rumah tersebut.
Ya, Felix membawa Ellena ke sebuah pulau yang hanya dihuni oleh beberapa penduduk. Sebenarnya pulau ini tak terlalu jauh dari kota dan masih bisa diakses dengan kendaraan umum. Tapi bagi Felix menggunakan Helikopter lebih cepat, landasan khususpun sudah tersedia.
Ellena dan Felix melangkahkan kakinya, mereka disambut oleh dua orang maid yang ditugaskan Felix untuk selalu membersihkan rumah ini. Rumah dengan dua lantai, lantai pertama ada sebuah ruang tamu, dapur, kamar mandi dan sebuah mini bar. Dan di lantai atas hanya ada satu kamar yang berukuran besar dengan balkon yang mengarah langsung ke pantai.
Felix mengajak Ellena menuju balkon yang ada di lantai atas. Ellena mengarahkan matanya ke pantai, menikmati suara ombak dan semilir angin yang begitu menenangkan jiwa.
"Felix ini rumah siapa?"
Felix melingkarkan ke dua tangannya di pinggang Ellena dan memeluknya dari belakang. "Ini rumah untukmu."
"Maksudmu?" Tanya Ellena yang masih focus menatap deburan ombak dan belum mengerti maksud Felix.
Felix menyandarkan kepalanya di bahu Ellena "iya, rumah ini untukmu Honey."
Ellena tak menjawab, Ellena masih menikmati pemandangan di depannya dan sesekali mengelus lembut tangan Felix.
"Ini hadiah dari ku, sekarang rumah ini milikmu." Jawab Felix tanpa ragu dan mempererat pelukannya. "Apa kau menyukainya?"
"Aku menyukainya begitu indah, begitu tenang jauh dari hiruk pikuk kota terima kasih." ucap tulus Ellena.
"Kau pantas mendapatkannya Honey." "Justru aku yang tidak pantas mendapatkanmu Ellena." Lanjutnya dalam hati.
Ellena tersenyum simpul dan masih focus menikmati semilir angin. Menghadiahi sebuah rumah bukanlah hal yang sulit bagi Felix dan tak sebanding pula dengan apa yang diberikan Ellena selama dua tahun terakhir. Kesabaran, perhatian, kasih sayang dan cinta tulus yang telah dia berikan untuknya. Yang sebelumnya Felix dapatkan dari ibunya. Tapi Semenjak kematian ibunya, Felix sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian dari siapapun sampai akhirnya dia bertemu Ellena. Ayah Felix melampiaskan kesedihannya dengan urusan-urusan bisnisnya. Felix tahu ayahnya begitu mencintai ibunya dan tak mudah baginya untuk melupakan ibunya begitu saja dan Felix begitu memahami perasaan ayahnya itu.
"Felix apa boleh aku menamai rumah ini?"
"Tentu honey, karena mulai sekarang ini sudah jadi milikmu. Trian sudah mengurus berkasnya atas namamu."
"Sungguh, apa ini tidak berlebihan?"
"Tentu tidak, kau sangat pantas mendapatkannya." Mencium pipi putih mulus Ellena dengan lembut. "Akan kau namai apa rumah ini?" Tanya Felix yang masih menciumi Ellena dan berpindah ke leher Ellena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crying In The Winter (On Going)
Romance"Tunggu aku ..." Kata itu seperti sihir yang mampu membuat Ellena melepas kepergian Felix. "Jaga hatimu dan dirimu baik-baik, ku ingin jadi orang pertama yang menyentuhmu, setelah kita menikah nanti." Ya, Felix dan Ellena adalah pasangan saling men...