SILENT

107 14 6
                                    


''Tuhan semiris inikah hidupku.''

Ya, sosok wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Ellena. Ellena yang menyadari Felix tak berada di sampingnya mencoba mencari. Tapi yang dia temukan justru kekasih yang begitu di cintainya bercumbu dengan wanita yang baru berapa jam dia kenal "Laura". Ellena mencoba menahan tangisnya begitu sesak dadanya.

🍀🍀🍀

Hari ini Felix akan meninggalkan Ellena untuk sementara waktu, Sepanjang perjalanan menuju bandara pribadi Felix, Felix menggenggam erat tangan Ellena tak berniat sedikitpun untuk melepaskan. Rasa bersalah menyelimuti hatinya Felix mengingkari janjinya untuk berubah. Felix menatap Ellena yang membuang muka di bahu jendela raut kesedihan begitu terlihat di wajahnya, tak dipungkiri Felix juga merasakan kesedihan akan perpisahan ini. 

Ellena hanya diam membisu larut dalam kesedihan akan kepergian Felix atau kebrengsekan Felix. Pikiran Ellena berkecamuk, Bayangan percintaan Felix dan Laura memenuhi pikirannya hatinya merasakan sakit yang luar biasa dan hatinya yang lain begitu mencintai Felix. Berulang kali Ellena mencoba menyakini dirinya bahwa ini bukan cinta yang dia harapkan, Apa sesulit ini mengharapkan orang yang Ellena cintai menjadi seperti yang Ellena inginkan, Atau Ellena yang terlalu berharap. 

Setelah cukup lama Felix dan Ellena hanya terdiam larut akan pikiran masing-masing, Felix membuka suara.

''Honey, Please jangan mendiamiku, apa perlu aku membatalkan perjalanan ini?" Ungkap Felix penuh harapan dan sorot matanya menatap wajah Ellena yang penuh dengan kesedihan.

Ellena yang menyadari maksud Felix, menolehkan wajahnya membalas tatapan Felix untuk sesaat dan menyunggingkan senyum tipisnya.

"Tak perlu melakukan itu, itu hanya akan membuat Ayahmu kecewa.'' Jawab Ellena masih dengan membalas tatapan Felix.

Felix menarik tubuh Ellena dalam pelukannya. Memeluk erat dan menciumi puncak kepala Ellena begitu lama. Jawaban Ellena akan perkataannya membuat rasa bersalah semakin menyelimuti hatinya. Tak seharusnya Felix melakukan hal yang menjijikan seperti itu Felix terus merutuki perbuatannya. Sebelum kembali membuka suaranya Felix mengambil napas dan mengeluarkanya secara perlahan.

"Aku bersyukur memilikimu, Aku sangat mencintaimu.'' Ungkapan Felix begitu tulus dari hatinya.

Ellena yang bersandar dalam pelukan Felix tersenyum kecut mendengar perkataan Felix.

"Cinta, cinta mana yang kau maksud. jika kau memang mencintaiku seharusnya perilakumu tak menjijikan seperti apa yang aku lihat dan bodohnya aku, aku selalu terjebak akan cintaku sendiri. Ucapanmu begitu kontras dengan perilakumu."

Ellena mengambil napas dan mengelurkannya perlahan, bayangan percintaan Felix bersama Laura kembali memenuhi pikirannya. Hatinya begitu sakit, Ellena menangis dalam diam.

Sahabat yang lainpun ikut mengantar keberangkatan Felix termasuk Laura. Raut kesedihanpun juga terlihat di wajah mereka semua khususnya Exel. Ya, walau perilaku Exel tak jauh berbeda dengan Felix, Exel memiliki sisi yang begitu lembut seperti marsmallow.

Setibanya di bandara, Felix memeluk satu persatu sahabatnya dan mengucapkan salam perpisahan. Viora yang mulai tak sanggup menahan tangisnya, Exel yang menangis tersedu-sedu dalam pelukan Felix dan Andrew seperti biasa dengan tampang tenangnya. Untuk pertama kalinya mereka berpisah membuat mereka merasakan kesedihan. Di balik sifat kebrengsekan masing-masing mereka begitu saling menyayangi.

"Sudahlah jangan menangis, aku mohon selama aku tidak ada jaga Ellena dengan baik."

Para sahabatnya hanya mengangguk bersamaan.

Crying In The Winter (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang