Part 1

54.3K 455 2
                                    

Suara alarm yang memekakan telinga terdengar ke segala penjuru kamar dengan gradasi warna abu itu. Bella menggeliat pelan saat suara alarm menganggu tidurnya. Matanya mengerjap pelan mengumpulkan nyawanya.

Tangannya beralih mematikan alarmnya yang sedari tadi berdering. Dengan malas dirinya bangkit dan membereskan ranjangnya. Menyapu lantai, masak, dan mandi adalah rutinitas paginya. Dengan rambut yang dicepol asal, dirinya berdiri di depan kompor menggoreng tempe dan tahu serta sambal sebagai pelengkapnya.

Pukul enam lewat dirinya sudah siap untuk berangkat. Setelah sarapan dirinya mengendarai sepeda bututnya ke sekolah.

Bella tiba di sekolah bertepatan dengan bel masuk yang berbunyi. Dia menghela napas lelah sebelum berlari kecil ke kelasnya.

SMA KNR salah satu sekolah favorit di kotanya. Sekolah elite yang isinya kebanyakan adalah anak-anak yang mempunyai uang lebih. Beruntung Bella masuk ke SMA KNR karena lewat jalur beasiswa. Namun, ia harus menerima takdirnya yang dijauhi oleh mereka yang angkuh dan sombong.

Tidak ada yang mau berteman dengannya kecuali Atika Dwi Purnama satu-satunya sahabat yang ia punya sejak masuk sekolah ini.

Walaupun orang tuanya berada, tapi tak membuat Atika sombong. Dia adalah gadis yang supel dan ceria. Dia tak memandang orang untuk menjadi temannya. Jika aku nyaman maka akan aku teruskan jika tidak maaf kau cari teman lain saja. Itu adalah kata yang diucapkan Atika saat dia merasa tidak nyaman dengan mereka.

Sepanjang koridor Bella selalu menundukkan kepalanya. Dirinya tidak berani mengangkat kepalanya disaat semua orang menatapnya dengan jijik. Seakan-akan dia adalah kotoran yang menjijikkan.

"Bella!"

Bella menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang familiar, seorang gadis cantik dengan rambut sebahu berwarna coklat terang.

"Kamu baru sampai?" tanya Bella.

Atika menganggukkan kepalanya, tangannya terulur menarik tangan Bella menuju kelas. Mereka sebenarnya berbeda kelas, Bella kelas IPS 1 sedangkan Atika IPA 2.

Bella mati-matian menahan matanya agar tidak tertutup saat guru sedang menerangkan pelajaran. Dirinya sangat lelah dan pusing. Mungkin efek tadi malam.

"Tinggal sebentar lagi, Bell. Kamu pasti bisa tahan," ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Sekitar dua puluh menit kemudian bel tanda istirahat bergema ke segala penjuru sekolah. Guru yang mengajar meninggalkan kelas sesaat setelah memberi tugas rumah dan salam. Para siswa dan siswi berhamburan keluar kelas meninggalkan Bella dan dua teman kelasnya yang tengah tertidur.

Panggilan kepada Bella Kanaya Yulika kelas XII IPS 1 harap segera menuju sumber suara.

Sekali lagi Panggilan kepada Bella Kanaya Yulika kelas XII IPS 1 harap segera menuju sumber suara sekarang.

Bella kembali membuka matanya saat mendengar suara panggilan yang ditujukan kepada dirinya. Dirinya menghela nafas pelan, ini pasti soal kelulusan nanti. Dia memang dapat beasiswa, tapi untuk kelulusan nanti dia harus membayarnya sendiri.

Nominalnya pun sangat besar menurutnya. Belum lagi dia harus membayar ganti rugi karena memecahkan kaca jendela kelas. Padahal itu bukan salahnya, dia hanya kebetulan lewat dan dia langsung dituduh melakukan itu.

Jadi, mau tidak mau dia harus melunasi biaya itu. Waktu yang diberikan oleh pihak sekolah juga sudah sangat mepet, tinggal seminggu lagi. Jika tidak, sekolah akan mengeluarkan kebijakan. Darimana dirinya mendapat uang sebanyak itu. Sedangkan untuk makan sehari-hari saja masih sulit.

Setelah keluar dari ruang Kepala Sekolah tidak sengaja dirinya berpapasan dengan Atika di depan ruang Kepala Sekolah.

"Mengapa kau dipanggil oleh Kepala Sekolah apakah karena masalah hari itu?" tanya Atika. Mereka saat ini berjalan menuju ke taman belakang sekolah.

"Aku bingung bagaimana caraku melunasi semua itu apakah kau ada solusi?" lirih Bella.

Sungguh dirinya saat ini bingung harus melakukan apa. Dirinya tidak akan mampu untuk membayar dan sebesar itu. Haruskah dirinya menjual tubuhnya kepada pria hidung belang diluaran sana? Tidak! Dia tidak akan melakukan itu. Itu adalah perbuatan yang sangat rendah dan pasti orang tuanya akan kecewa di atas sana melihatnya seperti ini. Bagaimanapun caranya dia tidak akan pernah menjual dirinya kepada para pria hidung belang diluaran sana.

"Bagaimana jika kau bekerja sebagai ART dan baby sister di tempat teman Mamaku?" tawar Atika. Dia tiba-tiba teringat akan teman mamanya yang sedang mencari ART sekaligus baby sister.

Mereka saat ini tengah duduk di bangku taman belakang sekolah keadaan di sana sangat sepi, karena memang jarang yang berada di sana. Ralat tidak pernah ada. Sebab ada rumor yang mengatakan bahwa pohon beringin besar yang tumbuh di taman itu dihuni oleh sosok makhluk astral yang sangat menyeramkan hal itu disampaikan oleh salah satu sosok indigo yang pernah bersekolah di sana.

Dia bilang bahwa pohon itu dihuni oleh sosok hitam besar dengan bulu hitam di sekujur tubuhnya jangan lupakan taring panjangnya dan matanya merah besar yang melotot. Hal itu mampu membuat mereka tidak ada yang menginjakkan kakinya di taman ini.

Alhasil Taman ini sangatlah sepi dan sedikit menyeramkan, kecuali bagi Bella dan Atika Mereka sudah terbiasa menghabiskan waktunya di taman itu.

"Kau tidak lupakan jika aku sebenarnya tidak menyukai anak kecil. Bagaimana bisa aku mengasuh mereka?" Diam-diam Atika membenarkan kata-kata Bellla barusan. Iya tahu bahwa Bella tidak bisa mengasuh anak kecil.

"Tetapi gajinya mampu untuk membayar denda bahkan uang kelulusan nanti." Atika mencoba untuk membuat Bella tergiur akan gajinya.

"Bagaimana jika aku bertindak ceroboh kau tahu sendiri kan aku tidak bisa mengurus anak kecil?" kekeh Bella tetap pada pendiriannya.

"Aku tahu dirimu, Bell. Kau memang selalu bertindak ceroboh, tapi aku yakin bahwa kamu mampu untuk menangani semuanya."

Atika masih saja membujuk Bella. Sebenarnya dirinya sempat ingin membantu membayar denda itu agar beban Bella sedikit ringan. Namun ditolak olehnya, dia tidak akan pernah merepotkan Atika lagi. Dia sudah banyak berhutang Budi kepadanya.

"Tetap saja aku takut jika sewaktu-waktu aku malah membahayakan anak itu dan mereka menuntutku." Bella dan sifat keras kepalanya sangat susah untuk dihilangkan.

Atika terkekeh pelan, "Hahaha kau bercanda, ya? Tenang saja jika itu terjadi aku akan membantumu."

"Berapa gaji yang akan dia berikan?" tanya Bella.

"Kau akan dibayar 10 juta setiap bulannya. Maka itu belum termasuk bonus kerjamu Kamu bisa saja mendapat bonus lebih dari satu juta jika kerjamu memuaskan."

Bella terdiam mendengar cerita Atika. Artinya, dirinya bisa menghasilkan lebih dari 10 juta setiap bulannya. Itu saja sudah cukup untuk membayar denda dan juga uang kelulusan. Jika ia bekerja selama lima bulan saja, ia bisa mendapatkan 50 juta bahkan lebih.

Di dalam otaknya dia sudah menerka-nerka keuntungannya selama bekerja di sana. Rupanya dia sudah sedikit tergiur akan hal itu, terbukti dengan dia yang mengatakan kepada Atika untuk memberikan nomor calon majikan dan berkata akan secepatnya menghubunginya.

karena bel sudah terdengar di seluruh penjuru sekolah, mereka memutuskan untuk segera masuk ke kelas.

~~~TbC~~~

Ayo vomentnya jangan lupa ini 1000k loh. Baru ini author nulis sebanyak ini ya kan? 😢

Pemuas Nafsu Majikan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang