Part 3

33K 428 4
                                    

Hey, Author balik nih. Ayo dong guys vomentnya masa sepi banget sih?

Jangan lupa sebelum baca bagi yang belum follow Author, follow dulu, yuk

Pagi ini sesuai janjinya kemarin, dirinya mengunjungi rumah calon majikannya. Semalam dia sudah menghubungi nomer yang diberikan Atika kepadanya. Ternyata itu adalah nomer ART yang akan ia gantikan nanti.

Selain itu semalam ia juga mengatakan bahwa dirinya tidak begitu mahir dalam mengasuh anak dan wanita itu mengatakan bahwa ia bisa belajar bersamanya untuk tiga hari ke depan.

Dengan menaiki sepedanya, Bella pergi ke alamat yang telah dikirimkan lewat pesan semalam. Rumah itu tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya terhalang beberapa komplek saja.

"Permisi. Apa benar ini kediaman Bapak Wahyu?" tanya Bella kepada satpam yang menjaga gerbang.

Satpam itu melihat Bela dari ujung kepala sampai ujung kaki yang membuat dirinya risih

"Bener ini kediaman beliau Ada perlu apa, ya?"

"Saya yang akan menggantikan Mbak Sri sebagai art di rumah ini." Satpam tersebut langsung membuka pintu gerbangnya dan mempersilahkan Bella untuk masuk.

Hal yang pertama kali dia lihat sebuah rumah besar yang terlihat sangat elegan dari luar pilar-pilar kokoh berdiri dengan gagahnya yang membuat rumah itu semakin megah.

Dengan perlahan dia membunyikan bel yang terletak di samping pintu tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya yang memakai daster membukakan pintu.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu. Bella menjelaskan maksud kedatangannya.

"Ah, kamu gadis yang semalam menelpon saya, kan? Jika begitu mari masuk. panggil saya Mbok Sri aja."

Mbok Sri menggiring Bella ke ruang tamu.

"Duduk dulu saya ambilkan minum sembari saya menjelaskan apa yang menjadi tugas kamu." Selepas perginya mbak Tri Bella melihat sekelilingnya nya yang tampak mewah.

Mbok Sri menjelaskan apa saja yang akan dilakukannya nanti seperti mengurus anak, bersih-bersih rumah, menyapu dan juga mengepel.

Bella menyanggupi itu semua untuk saat ini dia belum bisa masuk kerja karena anak asuhnya sedang pergi. Maka dari itu dia menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk menyiapkan keperluannya. Rencananya hari ini dia akan pulang dan mengemasi baju-bajunya untuk dibawa ke rumah ini karena pekerjaan menuntunnya untuk tinggal di rumah ini. Mbok Sri juga mengatakan beberapa peraturan yang ada di rumah ini seperti hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Bella menuntun sepedanya yang rantainya lepas. Selalu saja begini, ujung-ujungnya akan masuk bengkel lagi karena dia tidak tau cara memasangnya.

Matahari sudah mulai naik, jalanan seperti biasa ramai karena sudah mulai memasuki waktu makan siang. Bella berjalan disepanjang trotoar. Tujuannya kali ini adalah caffe tempatnya bekerja. Dia akan memberikan surat pengunduran diri.

Beruntung kali ini Bella tidak perlu memikirkan sekolah, karena besok sudah libur akhir semester. Jadi dia tidak perlu susah-susah membagi waktu.

Tepat pukul dua belas siang dirinya sampai di caffe. Menstandarkan sepedanya kemudian masuk ke dalam caffe yang sudah lumayan ramai.

"Loh, kok kamu di sini? Bukannya kamu shift malam ya?" Dia adalah Qiko temannya.

"Iya, aku cuma mau ngasih surat pengunduran diri aja, kok." Gadis itu membulatkan matanya.

"Loh, kenapa?" kagetnya.

"Nggak papa, aku udah dapet kerjaan yang lebih cocok untuk aku," ucap Bella.

Dia tersenyum, "Kamu baik-baik ya. Jangan nakal. Aku mau kasih ini dulu ke Bu Galuh."

Masalah caffe sudah selesai, dia juga mendapatkan gaji dan bonus terakhirnya. Bosnya itu juga sangat menyayangkan ke pergiannya. Bella juga sempat pamit kepada teman-temannya.

Saat ini agenda Bella adalah mengemasi pakaiannya dan tidur agar besok tidak kesiangan.



Wahyu baru saja pulang dari kerja, hal yang ia lihat pertama kali adalah kedua anaknya yang tengah saling bercanda satu sama lain. Si sulung yang tengah menggelitik perut si bungsu dan si bungsu yang tertawa keras karena kegelian.

"Seru banget kayanya, sampe ayah pulang nggak ada yang sambut." Wahyu mendekat ke arah mereka setelah melepaskan rompinya. Dia duduk lesehan dilantai yang dilapisi kasur berbulu.

"Ayah."

Mereka semua lantas memeluk sang ayah.

"Iyah, Cha angen Iyah."

Shashya merentangkan tangannya meminta Wahyu untuk menggendongnya. Dengan sigap Wahyu mengangkat si bungsu ke dalam pangkuannya.

"Kalian udah makan?" tanya Wahyu.

"Udah Ayah, tadi disuap sama mbok Sri," jawab Rizky.

"Katanya Abang udah gede, kok, masih minta suap?"

"Ih, Ayah. Bukan Abang yang disuap, tapi adek," rengek Rizky.

"Loh, iyakah? Mbok, emang tadi Abang makan sendiri?" tanya Wahyu. Mbok Sri yang baru saja datang membawakan kopi dan camilan untuk anak-anak menjawab," Nggak, ah. Orang tadi Abang makannya minta disuap mbok."

Mereka tertawa melihat muka Rizky yang masam itu.

"Ah, udahlah terserah kalian," pekik Rizky. Dirinya bangkit dan berlalu ke kamar dengan bibir yang dimajukan. Sungguh menggemaskan.

"Oh iya Tuan, saya sudah mendapatkan orang yang akan menggantikan saya. Dia masih muda, masih sekolah juga."

Wahyu mengalihkan atensinya kepada mbok Sri.

"Mbok yakin? Dia masih sekolah, terus nanti yang jaga mereka siapa?" tanya Wahyu.

"Nah, itu. Katanya dia bisa bawa si adek ke sekolah. Dia lagi butuh kerjaan ini Tuan," jelas Mbok Sri.

Wahyu mengangguk paham, "Silahkan saja, asal mereka baik-baik saja."

"Mbok jadi pulang kapan?" tanya Wahyu.

"Rencana Mbok, mungkin sekitar tiga empat hari lagi Tuan. Sekalian Mbok ngajarin dia apa aja tugasnya."

Wahyu mengangguk, "Yaudah, saya serahin semuanya sama Mbok. Saya tidurin dulu Shashya."

Pemuas Nafsu Majikan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang