Part 2

36.9K 408 0
                                    

Sebelum baca bagi kalian yang belum follow author bisa follow dulu ya angelwings0913 sama follow ig author juga belaa5871
Thank you

Selamat membaca 😘

Di sebuah rumah yang cukup elegan terdapat seorang anak lelaki yang tengah berkutat dengan buku gambarnya. Di sampingnya seorang pria paruh baya duduk di sampingnya sembari memangku adiknya yang tengah fokus memakan biskuitnya.

"Bibi bagaimana gambaranku ini. Apakah bagus?" Suara anak itu memecah keheningan.

"Sangat bagus. Aden ternyata mempunyai bakat menggambar," puji wanita paruh baya itu.

Wanita paruh baya itu mengusap lembut anak lelaki yang dia panggil Aden. Dia adalah Rizky putra sulung dari Wahyu.

"Jika begitu nanti aku akan menunjukkannya kepada ayah dan ibu," serunya.

Dia saat ini tengah membayangkan betapa senangnya ayah dan ibunyanya saat mengetahui gambarannya. Di dalam gambar itu terdapat gambar ayah, ibu, dirinya, dan adiknya. Juga tulisan betapa ia sangat menyayangi keluarganya.

Pintu terbuka dengan kasar, menampakan sosok wanita dewasa yang tengah berjalan dengan sempoyongan atau bisa disebut juga dia sedang mabuk. Rizky yang melihat ibunya pulang dengan riangnya dia mendekati ibunya dan menunjukkan gambarannya.

"Ibu lihat aku tadi menggambar keluarga kita, kata Bibi ini bagus. Bagaimana menurut ibu?" tanya Rizky. Sedari tadi dia berceloteh tentang gambaran dan harapannya itu.

Wina berhenti tepat di depannya. Tanpa kata dia merebut buku gambar Rizky, kemudian merobeknya tepat di depan anaknya yang sudah mulai ingin menangis karena ulahnya.

"Sudah berapa kali saya bilang, jangan pernah ganggu saya lagi. Saya bukan ibumu!" sentaknya. Wina melemparkan sobekan kertas itu tepat di muka sang anak yang sudah menangis itu.

Mbok Sri tidak bisa berbuat apa-apa, dirinya hanya diam sambil berdoa agar tuannya cepat pulang. Dirinya tidak tega melihat anak sepolos dan semanis itu menangis.

"Dasar anak tidak tahu diri, nyesel saya pernah melahirkanmu dulu," umpatnya.

Wina mendorong Rizky dengan keras, sehingga membuatnya terhuyung dan jatuh ke belakang. air mata dan raut wajah kesakitan terpampang jelas. Hal itu tidak luput dari Wahyu yang baru saja sampai di rumah.

"Kurang ajar! Di mana hati nuranimu, hah? Tidakkah Kau pikir itu anakmu, darah dagingmu, anak yang kau kandung. Bisa-bisanya seorang ibu memperlakukan anaknya seperti ini. Apakah kau pantas disebut ibu?" Bentaknya.

Wahyu langsung menggendong anaknya dan menyuruh Mbok Sri untuk membawa kedua anaknya ke dalam kamar karena ia tidak mau pertengkarannya membuat anaknya serasa tak diinginkan kehadirannya.

"Kamu nggak usah ikut campur, deh, sama urusan aku. Dia itu anak aku, jadi terserah aku mau memperlakukan dia kayak gimana!"

Wahyu dapat mencium aroma alkohol yang sangat menyengat dari mulut Wina. Bisa disimpulkan bahwa saat ini istrinya itu tengah dalam keadaan mabuk. Biadap!

"Lagi-lagi kamu mabuk! Bisakah kamu menyudahi kegiatan kamu itu?"

Wahyu sudah merasa muak akan hal itu. Dirinya sudah tidak tahu lagi harus dengan apa menyadarkan istrinya ini bahwa apa yang dilakukannya tidak ada manfaatnya sama sekali.

Namun, memang pada dasarnya istrinya itu sangatlah keras kepala. Dia selalu saja mementingkan kebutuhan dan kesenangannya sendiri tidak pernah memikirkan akan hal lain bahkan rumah tangganya.

"Sampai mati'pun, aku tidak akan pernah menyudahi apa yang bisa membuat diriku bahagia." Setelah mengatakan itu dirinya langsung pergi ke kamar, meninggalkan Wahyu seorang diri yang tengah menahan emosinya.

Andai saja ia tidak memikirkan nasib kedua anaknya. Mungkin dia sudah menceraikan istrinya itu sejak lama. Jika kalian berpikir bahwa Wahyu tidak menceraikan istrinya itu karena dia masih mencintainya, maka kalian salah besar.

Ia mempertahankan pernikahannya ini karena ia sayang kepada kedua anaknya. Selama ini mereka selalu kurang kasih sayang dari ibunya. Sejak dilahirkan yang mengurus Mereka berdua adalah mbok Sri dan Wahyu.

Pernikahan ini, pun, terjadi sebab paksaan dari orangtua Wahyu agar bisa membuat bisnisnya lebih maju lagi atau dalam kata lain pernikahan mereka itu adalah pernikahan bisnis.

Sebenarnya dulu wahyu sempat ada sedikit rasa untuk istrinya. Namun, semenjak mengetahui bagaimana busuknya istrinya itu dia membuang semua rasa itu jauh-jauh.

Dia kecewa karena pada hari pernikahannya, istrinya itu malah tidur dengan laki-laki lain. Sejak saat itu dirinya memutuskan untuk tidak menaruh harapan lebih kepada istrinya hingga sampai saat ini.

Waktu telah menunjukkan lewat tengah malam. Di saat semuanya telah terlelap, berbeda dengan Bella yang masih saja terjaga. Pikirannya berkecamuk antara menerima pekerjaan itu atau memilih mencari yang lain.

Jika dia mencari pekerjaan yang lain, belum tentu gajinya sebesar itu. Namun, jika ia menerima pekerjaan itu dia bisa saja bertingkah ceroboh karena dia tidak bisa mengasuh seorang anak.

seumur-umur dirinya tidak pernah mengasuh anak dia tidak punya adik ataupun saudara karena ibu dan ayahnya adalah anak yatim piatu.

Setelah berpikir terlalu lama, akhirnya dia memutuskan untuk menerima pekerjaan itu. Untuk masalah tidak bisa mengasuh anak, dia bisa saja meminta untuk diajari sebentar.

Ya, dia harus menerima ini apapun resikonya. Karena terlalu banyak berpikir menyebabkan kepalanya pusing. Akhirnya, dia memutuskan untuk tidur karena besok ia harus berangkat bekerja di pagi hari.

Suasana caffe yang ramai membuat Bella kualahan sendiri. Dirinya harus dengan cepat mengantar pesananan kepada pelanggan. Dia tidak mau mereka menunggu terlalu lama.

"Bell, antarkan ini ke meja nomer 21 cepat," titah Rian. Dia adalah kepala koki caffe ini.

Dengan sigap dirinya langsung mengantarkan pesanan itu. Wanita cantik dan seorang pria tua yang duduk di kursi roda. Dalam pikiran Bella pria tua itu adalah ayah si wanita. Namun, dugaannya salah. Bukan ayah, tapi simpanannya.

"Silahkan dinikmati," ucapnya dengan nada ramah. Wanita itu tak menghiraukannya.

Bella tidak sakit hati, karena itu sudah biasa didapatkannya sejak dulu. Ya, karena kondisi keuangannya dari kecil dirinya sudah terbiasa dicaci dan dihina oleh orang yang terpandang. Ada tapi tak dianggap, seperti halnya sosok mahluk halus.

Mengabaikan akan hal itu, dirinya mulai mengantarkan kembali pesanan mereka.

~~~TbC~~~

Ayo guys vomennya jangan lupa

Pemuas Nafsu Majikan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang