3

806 21 10
                                    

Jazlynn's pov

Sudah 4 bulan aku tinggal di rumah Harry, 4 bulan aku di beri death glare oleh perempuan yang cemburu denganku karena bergaul dengan One Direction.

"Jaz, ngelamun mulu. Kenapa lo?" Tanya Louis padaku, "gatau, Lou" ucapku. "Cemasin Harry? Dia lagi sama Cassie" ucap Liam. "Cassie?" Tanyaku. "Iya, Cassandra James Bullov. Ketua cheers" ucap Louis. Aku hanya mengangguk.

"Kalo suka tuh langsung dibilang, ini 2015. Cewe boleh nembak cowo" ucap Zayn. "Sialan lo" ucapku melempar bantal kearahnya. Ia tertawa.

"Lo tinggal dirumah Harry udah ngapain aja?" Tanya Liam, "enak aja lo! Bisa gak sih sekali aja cowo pikirannya tuh yang bener?!" Ucapku. "Hahaha, gue kira udah ngapain lo sama dia" ucap Liam.

"Lo gak dimarah-marahin sama dia?" Tanya Niall, "oh, penyakitn--" aku langsung menutup mulutku.

"LO UDAH TAU?!" Pekik mereka berempat. "Gak biasanya Harry ngasih tau cewe," ucap Niall. "Please, kalian jangan bilang ke dia kalo gue udah tau. Gue dikasih tau Gemma. Dia bilang itu rahasia terbesar Harry, kok kalian tau?" Tanyaku. "Dia cerita sama kita" ucap Louis. Aku hanya mengangguk. Tiba-tiba pintu rumah terbuka, aku melihat Harry dan Cassie. "Hai guys! Tolong gue dong, ini Harry mabuk" ucap Cassie. The boys membantu membawa Harry keatas.

Setelah itu mereka turun dan mengobrol dengan Cassie, aku keatas melihat keadaan Harry. "Harry," ucapku. Ia tidak menjawabnya. "Har, lo tau gak sih? Gue tuh sayang sama lo. Tapi lo udah sama Cassie, percuma juga gue ngomong panjang lebar, lo ga bakal denger" ucapku. Kemudian Harry mendorongku ke tembok, sialan. Ada aja musibah dengan orang mabuk.

"Cassie, aku mencintaimu"

"Aku bukan Cassie!" Pekikku mendorong Harry, tapi ia masih saja kuat dalam keadaan mabuk. Ia mencium leherku, kemudian ia menaruh tangannya diatas payudaraku. Saat ia akan menyium mulutku aku menendang kemaluannya kemudian berlari keluar.

Aku menangis, yatuhan. Aku segera turun kebawah dan menghapus air mataku. The boys melihatku, mereka kebingungan. Aku segera ke taman yang ada di dekat rumah.

Aku dudum disalah satu tempat duduk yang disediakan, tiba-tiba ada anak kecil memegang tanganku.

"Kakak, kenapa nangis?"

"Hah? Engga kakak gak nangis"

"Kakak bohong, kakak sering nangis kaya mama"

"Mama kamu kenapa?" Tanyaku, "Chloe! Akhirnya ketemu juga" ucap seseorang, aku mendongak kearahnya.

"Mike?"

"Eh Jazmine"

"Jazlynn"

"Iya haha, Jazlynn. Lo habis nangis?"

"Engga kok"

"Mau cerita?"

"Belum saatnya" ucapku sambil tersenyum, "Chloe anak lo?" Tanyaku. "Ya bukan lah, dia keponakan gue. Dad sama momnya lagi berantem" ucap Mike. "Pantesan aja tadi dia bilang momnya nangis" ucapku. "Iya, lo tinggal dimana?" Tanyaku. "Hmm, di deket sini" ucapku. "Wah, sama dong. Gue tinggal di rumah putih itu" ucap Mike.

"Lo kenal Harry kan? Dia juga tinggal disini" ucapnya. "Yaiyalah, Mike. Orang gue serumah sama dia" ucapku. "Lo serumah sama Harry?!" Pekik Mike. "Iya, palingan juga besok gossipnya nyebar" ucapku sarkastik.

"Engga, gue gak bakal sebarin kok. Tapi kok bisa?" Tanya Mike, "ya, gue udah kenal sama dia. Udah gue anggep kaya sahabat sendiri. Gue udah kenal dia dari gue masih di Holmes Chapel" ucapku. Iya mengangguk. "Kak Mike!! Ayo" ucap Chloe. "Yaudah, gue pulang dulu ya. Lo ada nomer telfon?" Tanya Mike. Aku memberi Mike nomer telfonku. Kemudian aku kembali ke rumah Harry.

Keadaan dirumah Harry sama saja, hanya sudah tidak ada Cassie dan The boys--kecuali Liam. "Li? Belum balik?" Tanyaku. "Belum, gue mau nunggu Harry sadar dan lo balik. Nanti gak ada yang jagain dia, bersyukur lo udah balik. Tadi lo kenapa?" Tanya Liam.

"Hah? Engga. Gue gak apa-apa. Yaudah gue udah balik, lo pulang" ucapku. "Ngusir?" Tanyanya. Aku tertawa.

"Yaudah, gue pulang. Jagain Harry ya, Jaz" ucap Liam kemudian menutup pintu rumah. Aku akan melihat Harry? Tidak akan. aku sangat marah. Tiba-tiba aku mendengar suara hantaman keras dari atas.

Fine, aku akan keatas.

Aku berjalan dan melihat Harry di kamarnya, duduk di lantai sambil memegang dadanya. Pasti penyakitnya kambuh. Aku segera menolongnya, "Harry" ucapku. "Obat," ucapnya nyaris seperti berbisik. Aku segera mencari obat itu di meja nya yang berantakan tapi tidak ada. "Ugh!! Shit! Dimana obatnya?" Tanyaku pada Harry. "Di kamar mandi" ucap Harry. Aku segera berlari ke kamar mandi yang berada di kamar Harry dan mengambilkan obat serta minum.

Harry meneguk obat itu, "thanks, god" ucapku sambil melihat kearah Harry. Harry melihat kearahku, "terimakasih, Jazlynn" ucapnya. Aku segera mengalihkan pandanganku.

"Kau kenapa?" Tanya Harry, "kau tanya saja kau kenapa. Pura-pura tidak tahu" ucapku. "Jazlynn, ada apa?" Tanya Harry. "Tadi yang kau perbuat padaku, kau membuat ku nangis!" Pekikku. "Oh tuhan, apa yang kulakukan?" Tanya Harry. "Maafkan aku, Jazlynn. Aku tidak sadar, aku sedang mabuk" ucap Harry.

"Kau hampir memperkosaku" ucapku. "What?!" Pekik Harry. "Tapi kau menyerukan nama Cassie," ucapku kemudian menyeka air mataku yang turun.

"Maaf, aku tidak sengaja. Lagipula aku tidak menyukai Cassie" ucap Harry, "tapi orang mabuk tidak pernah berbohong" ucapku kemudian keluar dari kamarnya dan berjalan kearah balkon. Aku menyeka air mataku lagi.

Harry segera keluar, "kau menyukaiku?" Tanya Harry, "hah? Tidak" ucapku. "Jangan berbohong, Jazlynn. Kau menangis karena aku menyebut nama Cassie" ucap Harry. "Tidak," ucapku kemudian memalingkan wajahku menatap bintang.

"Kalau iya, berarti kita mempunyai perasaan yang sama" ucap Harry yang membuatku memandang kearahnya. "K-kau me-menyukaiku?" Tanyaku terbata-bata. Harry tersenyum kemudian ia mendekatkan wajahnya kearahku, aku menutup mataku. Ia pun mencium mulutku pelan, aku membalasnya. Aku menaruh tanganku di lehernya dan ia menaruh tangannya di pinggangku.

**

Saat istirahat kali ini aku sangat bosan karena tidak ada the boys, apalagi Harry. Aku tidak tau dia dimana. Temanku di sekolah kan hanya mereka--tunggu, ada lelaki yang menghampiriku.

"Mike?"

"Jazmi--Jazlynn? Kau sendirian? Tidak bersama si keriti--Harry?"

"Engga, ga tau dia dimana"

"Keliling sekolah yuk," ucapnya aku pun mengangguk, kami ke taman belakang dan--oh tuhan, itukan Harry sedang bercumbu dengan Cassie?!

"Oh my god," pekikku, Harry melihatku kemudian aku berlari dan Mike mengejarku. Harry berusaha meminta maaf, "ini tidak seperti yang kau pikirkan, ini salah paham. Dengarkan aku menjelaskan" ucap Harry. "Tidak sekarang, Mate" ucap Mike. "setidaknya dengar aku menjelaskan!!" Pekik Harry kemudian ia memegang dadanya dan berlari ke kamar mandi. Aku segera mengikutinya, "Mike, tolong jangan ikuti aku. Aku tidak apa-apa" ucapku pada Mike.

Aku segera ke kamar mandi, ia mengunci pintunya. "Harry, buka" ucapku. "Aku tidak membawa obatnya, Jaz" ucap Harry sambil ngos-ngosan.

"Buka! Aku bisa mengobatimu"

Akhirnya ia membuka pintu nya, aku melihatnya yang keringatan. Kemudian aku menyuruhnya keluar. "Tenang," ucapku. "Ambil nafas kemudian buang perlahan" ucapku lagi.

"Anggap hanya aku dan kau disini, bukan yang lain. Tarik nafas, pejamkan matamu kemudian buang perlahan" ucapku lagi. Ia melakukannya, "aku tidak bisa" ucapnya. "Kau bisa, coba lagi" ucapku. "Aku tidak bisa tenang," ucapnya.

Aku segera memeluknya, "kuharap ini membuatmu tenang, Harry. Coba lagi" ucapku. Ia akhirnya pun tenang dan tidak sesak nafas lagi.

"Lupakan masalah yang terjadi hari ini," ucapku, "tapi tadi hanya salah paham" ucapnya. "Aku mengerti, aku percaya padamu" ucapku kemudian tersenyum.

**

Harry?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang