Seketika aku membatalkan niat ku untuk sarapan di warung makan dan kembali ke gudang distributor. Setelah memastikan semua barang pesanan Hyeri telah dimasukkan kedalam bagasi, akupun langsung menyetir mobilku keluar dari area tersebut.
Ku rogoh saku celanaku dan mengambil keluar hpku untuk membatalkan rencana pertemuanku. Belakangan ini, aku merasa sensitive akan beberapa hal yang lumayan sepele. Aku tidak ingin kembali ke diriku yang dulu. Aku tidak ingin menjadi seseorang yang selalu terbuai akan kepedulian orang lain terhadapku, selalu percaya bahwa mereka yang selalu ku sayangi akan terus menjagaku. Selama ini aku sudah melalui banyak omong kosong dan aku tidak ingin melukai orang lain ataupun aku yang terluka. Tidak, tidak akan ada lagi.
Lalu lintas mulai padat dan aku mulai terjebak kemacetan. Beberapa pengendara terlihat tertib dan beberapa lagi tidak sabaran, membunyikan klakson kendaraannya yang memekikkan telinga tanpa tahu apa yang terjadi di depan sana.orang seperti itu hanya memedulikan dirinya yang harus sampai tujuan dengan cepat dan tidak menyadari banyak orang yang sepertinya namun, mereka memilih untuk bersabar.
Lampu merah masih menyala, jalanan mulai terasa sesak dengan asap kendaraan yang memenuhi jalan, suara klakson yang bersahutan, panas matahari yang menyengat ditambah anak-anak jalanan yang memulai pekerjaan sebagai asongan, menjajakan dagangannya dari mobil ke mobil, mengamen di angkutan kota dan mengemis di pinggir jalan.
Di Negara yang lucu ini, anak-anak seperti mereka dipaksa untuk mencari nafkah bukannya mendapatkan pendidikan walaupun tidak semua dari orang tua memaksa anaknya untuk seperti itu. Tidak jarang juga beberapa dari anak-anak itu mencuri. Dan orang-orang dewasa lebih suka memukuli mereka dibandingkan memberitahu mereka dan mengajari bahwa mencuri adalah tindakan yang salah.
Benar-benar sebuah fakta yang menyadarkanku bahwa kehidupan ini bukanlah sesuatu yang harus dianggap sempurna. Sekalipun kau mempunyai uang yang bisa membuatmu dengan mudahnya membeli segala macam barang namun, tetap saja kau akan terus menerus merasa bahwa kehidupanmu kurang sempurna dan mengharapkan hal lain.
Hidup memang sangat keras menguji manusia, hanya ada dua pilihan pernyataan yang dapat kita ambil kita yang tidak siap akan kerasnya dunia atau dunia yang tidak siap menyambut usaha keras kita. Dunia selalu begitu, menyediakan kenikmatan namun sebenarnya itu adalah siksaan yang datang lebih awal.
.........
Rumah memang tempat yang sangat aman untukku, sunyi dan hening. Sangat menenangkan. Di dapur aku mengisi panci dengan air. Aku terbiasa menyatukan jam sarapanku dengan jam makan siang. Mie instan memang makanan terenak yang pernah ada, tidak peduli jika itu tidak baik untuk kesehatan, menurutku selagi lidahku menikmatinya aku bebas memakannya.
"Kak!" Hyeri datang
"Di dapur!" balasku sedikit berteriak
"Lihat siapa yang datang bersamaku"
"Kau?!" aku terkejut melihat sosok yang datang bersama Hyeri
"Wah.. sepertinya kakak kakak ini sudah saling kenal ya, duduk dulu kak" ujar Hyeri mempersilahkan manusia itu duduk.
"Jarang sekali kakak mengenal teman kakak" celetuk Hyeri
"Aku memang tidak mengenal dia" bantahku
"hah, tidak mengenal tapi, responnya 'kau?!'" Hyeri mengejekku
Aku tidak menghiraukan ejekan Hyeri, ia memang suka sekali mengejekku
"Atau jangan-jangan dia pacar kakak ya?"
"Sebaiknya kau bangun dari mimpimu Hyeri, atau kau mulai berhalusinasi?" balasku kembali mengejeknya.
Akupun pergi ke ruang tengah untuk menonton tv dan menikmai mie yang baru saja ku buat. Hyeri mengikuti untuk memberikan minum kepada manusia itu. Menyebut namanya saja sudah membuatku risih.
"Kakak ini pacarnya Kak Aira ya?'"
"Hyeri, sudah kubilang bukan, kan?" Spontan aku meninggikan nadaku
"Tentu saja Aira pacarku" jawab manusia itu yang sengaja menggodaku dengan tatapannya
"Wah... sepertinya kau tidak punya niat untuk hidup lebih lama lagi ya, Mr. Jimin?" ujarku beranjak dari tempat dudukku
"Becanda kak, becanda. Jangan emosi kenapa!" Ujar Hyeri memaksaku untuk duduk kembali
"Ternyata kakakmu ini garang juga ya" celetuk Jimin
"Jadi, kau ada perlu apa kemari?" tanyaku sinis
"Jadi, gini kak, tadi itu aku mau beli pulsa kak, di dekat jalan situ kak. Nah, ternyata uang ku ketinggalan dan pulsanya sudah masuk ke hpku. Untung saja, kak Jimin datang dan meminjamiku uang. Maka dari itu aku membawanya kemari" jelas Hyeri
"Untuk apa?" tanyaku masih dengan ekspresiku yang sinis
"Untuk membayar utangnya lah! Kakak ini bagaimana sih?!"
"Kenapa tidak kamu bayarkan saja daritadi? Tidak usah dikasih minum segala!" Protesku
"Hehehe kak, Bagi duit kak" ujar Hyeri tersenyum
"Dasar, anak nakal!"
Ku keluarkan lembaran kertas merah dari sakuku dan memberikannya pada Hyeri.
"Sepertinya kakakmu itu kaya ya?" Goda Jimin
"Kalau sudah selesai, pulang sana! Aku tidak suka menerima tamu lama-lama!" usirku
Bukan hanya tidak suka, aku juga tidak mau kedatangan tamu
"Hyeri, boleh kupinjam kakakmu?" tanya Jimin
"Silahkan saja" balas Hyeri.
...........
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank you
Fanfiction"Terimakasih sudah ada, Terimakasih sudah mendegar, Terimakasih sudah menemani. Dan terimakasih sudah lahir ke dunia ini dengan selamat" Setidaknya itulah perkataan yang membuat Aira bertahan dan membuatnya yakin bahwa hidup ini indah. Hidupnya beru...