7

2 1 0
                                    

"Nah, kita sudah sampai! Carilah Jimin, aku yakin ia sudah mencatat mata kuliah yang tertinggal saat kita di perjalanan tadi." Ujar Taehyung membuyarkan lamunanku. Aku segera turun dari mobil dan menutup pintu mobil.

"Aira, mobilmu aku pinjam dulu, nanti Jungkook yang akan menjemput kalian berdua. Dan ingat kata-kataku, jika ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan saja." Ucapnya

Aku menangguk paham dan melihatnya pergi. Area kampus terlihat ramai, sepanjang koridor aku melihat banyak mahasiswa lain yang berlalu lalang. Aku berusaha mencari Jimin di sepanjang jalan yang aku lewat.

Ini pertama kalinya aku mencari seseorang. Aku selalu terbiasa sendiri, tak heran jika sekarang aku merasa aneh karena aku mencari seseorang. Kehidupanku di kampus hanyalah sebatas pergi ke kelas dan ke perpustakaan. Aku tidak punya teman, bahkan ketika aku mendapat teman sekelompok aku selalu memilih untuk mengerjakannya sendiri, baik itu pembuatan makalah ataupun presentasi.

"Aira!" Panggil Jimin saat aku menemukannya di bangku taman dekat kantin.

Akupun menghampirinya.

"Perutmu sudah kenyang?" pertanyaan Jimin membuatku tak habis pikir

"Ya.. begitulah, masakan Taehyung lumayan juga" Jawabku

"Oh, iya.. ini catatan mata kuliah yang tadi. Jangan lupa kembalikan padaku jika kau sudah selesai" Jimin menyodorkan buku catatannya padaku

"Tidak usah." Tolakku

"Kita inikan teman, teman harus membantu temannya." Ujarnya meraih tanganku dan memberikan kembali buku catatannya.

"Tapi, aku tidak memintamu membantuku" balasku

"Aira, terkadang seseorang membutuhkan bantuan tanpa memintanya."

Aku terdiam. Satu pernyataan yang berhasil membuatku berfikir apakah selama ini aku membutuhkan bantuan? Apakah aku terlihat seperti meminta bantuan? Jika iya, mengapa ia mau membantuku, disaat yang lain bahkan mengacuhkanku?.

"Ayo, kita harus masuk kelas selanjutnya. Kau tidak boleh terlambat lagi!" ajaknya sekaligus menarik tanganku.

Aku masih terdiam, membiarkan tanganku digenggam Jimin erat, berjalan ke kelas kami selanjutnya. Perkataan Jimin masih terngiang di kepalaku. Semua yang kulakukan hari ini dengannya benar-benar kali pertamaku. Mempunyai teman, seseorang yang mau mebantu tanpa diminta, berjalan bersama ke kelas, berbagi pendapat.

..............

Selama kelas berlangsung aku tidak benar-benar memperhatikan pembahasan dan presentasi kelompok yang maju. Pikiranku entah kabur kemana. Dosen yang mengajar juga masih menatapku dengan tatapan tidak suka. Berbeda dengan Jimin yang masih fokus dengan pembahasan dan tangannya yang lincah mencatat.

Kelas berlangsung selama satu setengah jam dan yang dapatkan hanyalah pikiranku yang kalut. Jimin masih sibuk dengan buku catatannya, memeriksa apakah ada yang belum ia catat. Sejujurnya, aku juga mempunyai buku catatankuliah, yang isinya aku tulis selama aku di perpustakaan, maka dari itu aku menolak catatan Jiin.

"Akhirnya selesai juga!" ujar Jimin lega.

"Sepertinya kau mencatat banyak sekali." Balasku

"Kau sendiri sepertinya memikirkan banyak hal. Ada apa? Apa ada yang mengganggumu?" tanyanya sambil merapihkan bukunya.

"Tidak, lagipula siapa juga yang mau menggangguku." Balaskuberanjak dari tempat dudukku

"Bukan itu yang kumaksudkan! Apa yang mengganggu pikiranmu? Apa yang kau pikirkan sampai kau terdiam dan melamun selama kelas tadi?" Jimin memperjelas pertanyaannya

Thank youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang