8

1 1 0
                                    

Sekitar setengah jam Jimin dan Jungkook menceritakan banyak hal juga mengajariku bermain billiard. Aku kagum dengan kemampuan Jungkook, ia terlihat seperti seorang pemain billiard handal. Aku semakin kagum padanya saat Jimin menceritakan bahwa Jungkook adalah pelukis handal.

"Hai, semua! Oh? Aira ada disini juga?" Sapa Hoseok yang baru saja datang.

"Hyung kenapa tidak mengabari?! Kami menunggu lama sekali!" rengek Jimin yang terlihat seperti bayi. Menggemaskan.

"Tadi, aku sibuk membersihkan apartemen jadi, tidak sempat mengabari. Jin hyung masih tertidur di kamarnya" jelas Hoseok.

"Sepertinya Aira harus main ke apartemen kita kapan-kapan" Ujar Jimin.

"Aku?" tanyaku bingung

"Wah, Jimin ide mu bagus sekali! Kau pasti akan sangat betah di sana. Jika saja kalian tidak membuat kamar dan ruang lainnya berantakan." Balas Hoseok sambil menatap sinis kea rah Jimin dan Jungkook. Sementara mereka hanya terkekeh dan menunjukkan wajah imutnya.

"Hyung, kau tidak membawa makanan?" Tanya Jungkook yang masih sibuk bermain billiard

"Aku hampir lupa, kau mau apa?, aku akan keluar sekarang"

"Kimchi jjigae Hyung!" Ucap Jungkook dan Jimin bersamaan

"Kalian ini, mana ada makanan itu disini?"

"Hyung kan bisa cari ke resto-resto lain." Rayu Jungkook

"Baiklah, akan Hyung carikan. Aira? Kau mau apa?"

"Aku? Tidak, tidak usah" tolakku

"Kau harus makan Aira, lagipula ini juga sudah jam makan siang. Samakan saja Hyung!" Ujar Jimin.

"Ok!'

........

Selama Hoseok pergi yang lainnya datang. Namjoon datang dan langsung mengambil buku dari rak gantung di dekat jendela. Taehyung langsung merebahkan tubuhnya dii sofa dan mulai memejamkan matanya, ia terlihat sangat kelelahan. Yoongi langsung menuju balkon dan duduk di kursi kecil. Sementara Seokjin mengambil kasur lipat dari sebuah kamar kecil dan membawanya ke lantai bawah, sepertinya ia juga ingin tidur.

"Aira, coba ceritakan tentang dirimu." Tiba-tiba Jimin mengejutkanku dengan perkataannya

"Emm... Entahlah Jimin." Balasku ragu

"Baiklah, tidak masalah kau bisa menceritakannya saat kau ingin. Mari kita bicarakan yang lain."

Apa aku terlalu egois jika aku tidak menceritakan hidupku sementara mereka sangat terbuka padaku? Apa benteng dalam diriku ini akan terus menghalangiku dari banyak hal? Apa aku akan terus meraakan kehangatan ini jika aku terlalu menutup driku?

Harus ku akui walaupun ini pertemuan kami yang ketiga kalinya, aku merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka. Seakan-akan mereka adalah teman lamaku. Suasana hangat yang sangat ku rindukan bisa ku dapatkan kembali di antara mereka.

"Jimin"

"Ya?"

"Jika aku bercerita tentang diriku, berjanjilah akan satu hal" pintaku

"Apa itu?"

"Berjanjilah bahwa kau akan tetap menjadi temanku"

"Aku berjanji. Aku tidak akan mengucilkanmu, mengejekmu bahkan hal buruk lain. Aku berjanji tidak akan melakukannya" balas Jimin yang sudah siap untuk mendengarkan.

Aku mulai menceritakan setiap detail masa laluku. Orang tua yang meninggalkanku teman-teman yang membullyku saat aku SD karena aku tinggal dengan bibiku. Saudara-saudaraku yang menghinaku sebagai sampah. Semua terasa dingin dan gelap saat itu.

"Aira, boleh ku tanya satu hal?" tanya Jimin yang ku balas dengan anggukan

"Apa kau juga befikiran seperti mereka?"

"Entahlah... Aku tidak tahu dan tidak yakin." Jawabku ragu

"Kau harus belajar memasak denganku, Aira!" sahut Seokjin yang baru saja naik

"Hyung!" Jimin mengisyaratkan Seokjin untuk tidak bercanda

"Ok, Hyung! Emm maksudku Oppa" balasku, Seokjin kemudian tersenyum

Aku tahu hidupku sangat menyedihkan untuk gadis seusiaku. Tak punya tempat bertanya, tak ada yang menghargai kehidupanku, keadaan yang membuatku selalu terlihat bersalah dan lingkungan yang tidak bersahabat. Walau begitu, aku tidak suka dikasihani orang lain. Hidupku sudah teramat menyedihkan dan aku tak mau menjadi lebih menyedihkan lagi.

Aku selalu berfikir bahwa aku tidak akan bisa memercayai orang lain lagi. Aku tidak mau ditinggalkan oleh orang yang aku percaya tidak akan meinggalkanku. Aku tidak mau disakiti oleh orang yang aku percaya tidak akan menyakitiku. Tidak. Tidak lagi. Tapi, sekarang aku merasa bisa memercayai mereka bertujuh.

.............

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thank youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang