6

2 0 0
                                    

Aku kembali ke lantai dua tempat mereka berkumpul. Mendengarkan penjelasan Namjoon dan Jimin tentang alasan mengapa mereka membutuhkan bantuanku. Mereka bilang mereka akan membantuku juga. Jujur saja, aku tidak pernah membanu orang lain selain Hyeri dan bibi. Aku tidak pernah memedulikan orang lain.

"Baiklah, aku akan berteman dengan kalian berenam" Ujarku

"Berenam? Lebih tepatnya kami bertujuh" Sahur seseorang yag baru saja naik sambil membawa banyak belanjaan. Aku hanya menatapnya.

"Ahh.. Kau pasti Aira, kenalkan aku Hoseok" Ujarnya sambil mearuh belanjaannya.

"Jadi, kalian ini teman?" tanyaku berhati-hati

"Hahahhaha.. lucu kau bertanya" Tawa Seokjin

"Kami ini keluarga, kau tahu keluarga saat dewasa" lanjut Jungkook yang kembali melanjutkan permainan billiardnya dengan Taehyung

"Biar kuperjelas aku dan Taehyung ini seumuran, aku sejurusa dengan mu. Nah, Jungkook dia adalah yang paling muda. Seokjin Hyung adalah yang paling tua,setelah itu Suga Hyung, baru Namjoon Hyung dan Hoseok Hyung dadn setelah itu aku dan taehyung." Jelas Jimin

"Wait.. aku tidak mengerti dengan kata 'hyung' what does it mean? Dan suga itu siapa?" Tanyaku

"Technically, Hyung is the Korean language of brother" Jelas Namjoon

"Dan Suga adalah panggilan untuk si pangsit rebus kecil itu" Ujar Sekjin menunjuk kea rah Yoongi.

"Baik, aku mengerti. Jadi, kalian ini adalah mahasiswa dari Korea. Jadi, aku harus memanggil seokjin dan yang lain dengan Hyung?" balasku memastikan

"No,dear. Boy can call the older Boy by Hyung but, girl can call the older boy by oppa" namjoon menjelaskan

"Oppa? So I have to call you Oppa Namjoon?"

"almost right. More like Namjoon Oppa"

"Ok, Namjoon Oppa" ujarku membenarkan ucapanku

"Datanglah kemari jika kau bosan berada di rumah, tempat ini tidak pernah kosong, tenang saja!" Ujar Hoseok

"Hei, Nona Aira. Apa kau bisa bermain billiard?" Seru Taehyung

"I can't, Mr. Big Mouth!" balasku

"Hahahaha.. Mr.Big Mouth.. hahahahah" Seokjin tertawa geli

"Entahlah, tapi kali ini aku setuju dengan Aira Noona. Hyung memang bermulut besar. Hahahah" Tambah Jungkook

Tanpa kusadari aku tersenyum mendengar tawa mereka. Sudah lama sekali aku tidak pernah merasa hangat bahkan dalam suatu ruangan. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku tersenyum. Apakah kehangatan ini akan terus berlanjut? Beberapa pertanyaan memenuhi kepalaku. Apakah mereka benar-benar membutuhkanku ataukah aku yang sebenarnya membutuhkan mereka? Lebih daripada itu apakah sampah sepertiku pantas mendapatkan dan menerima perlakuan hangat mereka?

............

Hari ini jadwal kuliah menumpuk dan matahari yang selalu terbit sangat cepat. Jam menunjukkan pukul 9 pagi saat aku membuka mataku, aku melewatkan satu mata kuliah. Lagi. Its ok, membolos dan terlambat adalah kebiasaanku. Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku berniat untuk tidak sarapan karena nafsu makan ku menurun hari ini.

Saat aku pergi keluar kamar, aku mendengar seseorang memasak di dapur. Wangi masakan menyeruak ke seluruh ruangan. Aku melangkah ke meja makan untuk mengisi botol minumku. Sepertinya bibi kalau aku tidak suka sarapan saat aku bangun kesiangabn.

"Bi, aku pergi dulu. Besok tidak usah memasak untuk sarapan!" seruku melangkah pergi

"Siapa yang membolehkanmu pergi sebelum sarapan? Dan siapa yang kau panggil bibi?"

Tunggu, suara ini. Aku pernah mendengar suara berat ini, berat sekali bahkan melebihi 100kg jika ditimbang

"Kau?!" seruku kaget. Bisa-bisanya Taehyung berada di dapurku. Tidak, tidak lebih tepatnya bisa-bisanya ia masuk ke rumahka disaat aku tertidur.

"Jahat sekali memanggilku dengan sebutan 'kau?!' sementara aku mempunyai nama yang bagus." Balasnya menyajikan masakannya di meja makan.

"Kemarilah! Kau harus sarapan dulu sebelum menyerap pelajaran. Oh iya, omong-omong kau ini seperti putri tidur ya!" lanjutnya

"Aku tidak suka sarapan, apalagi saat aku sudah kesiangan seperti ini." ujarku dudu di kursi makan

"Tetap saja kesehatan itu paling penting, habiskan dulu ini!. Aku sudah membuatkannya, setelah kau menghabiskannya baru kita berangkat ke kampus" Balas Taehyung yang ikut makan bersamaku

"Sepertinya kesehatan sangat berarti bagimu, Taehyung. Bagiku semua itu hanya omong kosong saja, lagipula tidak ada yang peduli dengan diriku." Ujarku menyantap masakan buatannya

"Aku peduli. Aku peduli akan kesehatanmu dan semuanya. Jika kau tidak sehat bagaimana kau bisa membantu kami"

"Kau tahu, beberapa orang tidak bisa membedakan kata peduli dan sekedar ingin tahu. Hanya segelintir orang yang benar-benar peduli pada orang lain, sisanya hanya ingin tahu dan membeberkan privasi orang itu kepada orang lain" ucapku.

.............

Di perjalanan, lalu lintas daerah Jakarta masih tetap samat, padat dan sesak. Aku dan Taehyung sepakat untuk menggunakan mobilku dan meninggalkan mobil Taehyung di garasi rumahku. suasana menjadi hening dan kami berdua sama-sama terdiam. Tidak ada topic atau hal untuk ditanyakan. Dan disaat Taehyung melaju dengan kecepatan tinggi, beberapa pertanyaan mulai muncul dibenakku.

"Bagaimana kau bisa masuk ke rumahku?" tanyaku padanya

"Ah... soal itu, tadinya aku hanya berniat menjemputmu ke kampus. Lalu saat aku memencet bel rumahmu, adikmu Hyeri membukakan gerbang dan mempersilahkanku masuk. Ia tampak sudah mengenaliku jadi, aku tidak ingin bertanya banyak hal dan langsung menanyakan dirimu. Ia bilang kau masih tidur dan belum sarapan. Ia memberitahuku bahwa ia hendak membagunkanmu karena kau telat pergi ke kampus. Singkat cerita, Hyeri pergi karena harus ke sekolahnya. Dan aku menunggumu bangun sambil membuatkanmu sarapan" Jelas Taehyung yang masih fokus mengemudi

"Tiba-tiba aku jadi punya banyak pertanyaan" Gumamku

"Tanyakan saja, aku dengan senang hati akan menjawabnya." Balas Taehyung yang ternyata mendengar ku.

"Tidak, tidak jadi"

"Kau ini, tanyakan saja. Tidak baik memendam rasa penasaran, jangan katakan bahwa selama ini kau selalu memendam banyak pertanyaan." Balas Taehyung

"Ya.. begitulah. Lagipula beberapa pertanyaan memang harus dipendam daripada diungkapkan" aku berusaha mengganti topic pertanyaan

"Pernyataanmu benar. Tapi, bukan berarti kau harus memendam semua pertanyaan yang ingin kau tanyakan. Jika sekarang kau ingi bertanya tentang apapun, aku akan menjawabnya. Sekarang kita berteman kan, teman harus bisa membanu temannya."

Perkataan Taehyung membuatku berfikir bahwa aku memang selalu memendam segala hal sendirian. Aku tidak pernah menanyakan hal yang ingin aku ketahui, aku tidak pernah bertanya kepada bibi dan Hyeri mengapa mereka mau mengurus dan peduli padaku. Aku tidak pernah bertanya mengapa Pak Dito – dosen yang selalu membelaku – terus menerus baik kepadaku disaat yang lain membenciku. Aku tidak pernah bertanya kepada orangtuaku apa salahku hingga mereka membuangku dan tidak pernah peduli padaku.

Aku tidak pernah menanyakannya karena jawabanku sendiri sja sudah cukup buatku yang tanpa kusadari, pertanyaan itu terus menerus muncul di benakku. Menghantuiku. Selama bertahun-tahun rasa penasaran selalu mengikutiku dan selalu berakhir dengan perkataanku pada diriku sendiri bahwa jawabanku adalah jawaban yang paling tepat. Bibi, Hyeri dan Pak Dito baik kepadaku karena mereka tahu aku dibuang oleh orang tuaku dan mereka merasa kasihan padaku. Dan aku bukanlah anak yang diharapkan orang tuaku. Kenyataannya itu hanyalah asumsiku saja, aku tidak pernah benar-benar tahu alasan mereka yang sebenarnya.

Thank youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang