[FOLLOW DULU SEBELUM BACA]
"Kamu sengaja buat Mama malu, ya?" tanya Helena dengan emosi yang sudah tersirat dimatanya. Khantara hanya bisa terdiam simpuh di depan Helena itu.
"Enggak Ma. Aku tuh di jebak, Ma!" Khantara berusaha menjelaskan pada Mamanya itu. "Percaya sama aku, Ma!"
"Percaya apanya? Sudah jelas ada buktinya kamu mau ngelak apa lagi?" Emosi Helena sudah tidak bisa ia tahan lagi. Satu tamparan berhasil melayang di pipi mulus Khantara. Khantara terdiam sesaat, semua air mata yang ia tahan di pelupuk matanya berhasil jatuh mengenai pipi bekas tamparan Helena.
"Kenapa Mama selalu nggak percaya sama aku? Aku tuh udah ngomong yang sejujurnya, Ma!" bentak Khantara, tak tahan lagi dengan perlakuan mama nya yang tidak pernah mempercayainya.
"Dasar anak nggak tahu di untung kamu!! Udah capek-capek Mama sekolahin kamu, ini yang kamu kasih ke Mama ...."
Helena mengantungkan perkataannya sesaat, ia menghela nafas kemudian melanjutkan perkataannya "Hanya malu yang Mama dapat."
Helena menarik rambut Khantara dan menyeretnya ke kamar mandi.
"Kamu harus tidur disini!! Nggak boleh keluar sampai Mama izinin," kata Helena seraya meninggalkan Khantara di kamar mandi tapi dengan cepat Khantara meraih kaki Mamanya.
"Ma, aku nggak mau, Ma! Disini dingin, Ma. Aku nggak mau!" Khantara terus memohon pada Helena agar mengizinkannya untuk tidur di kamar.
Helena dengan sekuat tenaga mendorong Khantara yang menyebabkan kepala Khantara terbentur di dinding bak mandi.
"Jangan mimpi kamu! Apa yang kamu rasakan sekarang tidak sebanding dengan malu yang Mama tanggung gara-gara ulah kamu!" ucap Helena pergi meninggalkan Khantara di kamar mandi dan menguncinya dari luar.
"Kenapa Mama harus malu? Padahal bukan aku yang lakuin itu," tanya Khantara dengan diiringi isakan tangis yang tak berhenti keluar.
Helena yang mendengar itu langsung menjawabnya dari luar kamar mandi
"Mama malu karena kamu tidak bisa dibanggakan seperti kakak kamu! Mama sekaligus menyesal telah melahirkan kamu yang tak berguna!!"Hati Khantara seperti tercabik-cabik mendengar perkataan yang keluar dari mulut Helena yang begitu perih menusuk jantungnya. Dadanya kini terasa begitu sakit, ia tidak bisa bernapas dengan baik.
"Ma, aku lebih baik di pukul dari pada Mama harus melontarkan kata-kata yang begitu menyakitkan untukku. Aku bisa menahan rasa sakit saat Mama memukulku tapi aku nggak bisa menahan rasa sakit dari perkataan mama yang selalu menyerang dadaku. Ini sakit banget, Ma!!"
Air mata Khantara terus mengalir begitu deras di pipinya. Udara yang begitu dingin menusuk kulit Khantara. Badannya mulai lemas, bibirnya pucat dan tangannya gemetaran karena sejak tadi siang ia belum makan. Khantara juga merasakan kalau penyakit maagnya kambuh. Dia tidak bisa lagi menahan hawa dingin yang semakin lama semakin tidak bisa ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSEFA [On Going]
Teen Fiction"𝓑𝓪𝓱𝓴𝓪𝓷 𝓪𝓴𝓾 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓮𝓷𝓬𝓲 𝓭𝓲𝓻𝓲𝓴𝓾 𝓼𝓮𝓷𝓭𝓲𝓻𝓲." -𝚉𝚎𝚛𝚕𝚢, 𝙻𝙾𝚂𝙴𝙵𝙰 Bagaimana jika semua orang tidak menginginkan kamu hidup? Bagaimana jika semua orang membencimu? Bagaimana jika satu satunya alasanmu untuk hidup sudah per...