"Aku ingin bahagia walaupun itu hanya sesaat"
~Khantara Aruna Kanaya
Di saat yang bersamaan, sosok pria bertubuh kekar, berpakaian rapih masuk tanpa mengedor pintu. Raut wajah pria itu sangat menakutkan. Ia terlihat sedang menahan amarah yang begitu besar.Plakk
"KHANTARA!!!" pekik Friska dan Olivia secara bersamaan.
Satu tamparan keras berhasil melayang di pipi kiri Khantara. Bekas tamparan Mamanya kemarin masih belum hilang sepenuhnya, kini malah ditambah lagi dengan tamparan dari Papanya.
Khantara memegang pipinya yang terasa nyeri. Khantara menatap pria yang masih berdiri di depannya dengan nafas menggebu.
"Kenapa Papa nampar aku?" tanya Khantara masih menahan air matanya.
"Dasar anak nggak tahu di untung!" kata Jaya yang masih dengan nafas yang menggebu, mencoba menahan amarahnya.
"Bisa-bisanya kamu mencuri handphone Alora! Papa udah kasih kamu semuanya, Ra! Nggak cukup yang Papa kasih, hah?"
"Pa!! Tara nggak pernah nyuri handphonenya Alora!!" bentak Khantara.
"Bohong!!"
"Satu lagi, apa yang sudah Papa kasih ke aku? Selain rasa sakit dan penderitaan!" Air mata Khantara berhasil lolos dari pelupuk matanya. Jaya hanya bisa terdiam tak berkutip mendengar perkataan Khantara. Begitu pula dengan Olivia dan Friska.
"Nggak ada kan, Pa?" tanya Khantara yang masih belum di jawab oleh Jaya.
"Pa!! Jawabb!! Nggak ada, kan?" tanya Khantara sekali lagi.
"Apapun itu, pokoknya kamu harus minta maaf sama Alora," ucap Jaya seraya keluar tanpa menjawab pertanyaan Khantara tadi.
"Aku ini sebenarnya anak Papa atau bukan, sih?" ujar Khantara dengan air mata yang masih terus berjatuhan. Jaya yang mendengar itu tidak menjawabnya. Ia terus berjalan meninggalkan ruangan itu.
Dengan pandangan yang sudah mulai memburam, Khantara memandang kepergian Jaya. Kini Jaya sudah menghilang dari balik pintu. Khantara yang sudah tidak bisa menahan rasa sakit di dadanya. Ia pun terjatuh.
"Khantara!!" Friska mencoba memegang tubuh Khantara supaya tidak jatuh ke lantai.
"Gue nggak papa, kok," kata Khantara seraya memegang dadanya yang mulai sesak dan sakit.
"Lo harus istirahat, Ra!" perintah Olivia seraya membantu Khantara berdiri dan berbaring di kasurnya.
"Gue pengen sendirian. Kalian bisa keluar sebentar?" tanya Khantara pada Olivia dan Friska.
"Ya udah, nanti kalau butuh apa-apa bilang ke kita, yah?" jawab Friska yang seraya meninggalkan Khantara dan disusul oleh Olivia di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSEFA [On Going]
Novela Juvenil"𝓑𝓪𝓱𝓴𝓪𝓷 𝓪𝓴𝓾 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓮𝓷𝓬𝓲 𝓭𝓲𝓻𝓲𝓴𝓾 𝓼𝓮𝓷𝓭𝓲𝓻𝓲." -𝚉𝚎𝚛𝚕𝚢, 𝙻𝙾𝚂𝙴𝙵𝙰 Bagaimana jika semua orang tidak menginginkan kamu hidup? Bagaimana jika semua orang membencimu? Bagaimana jika satu satunya alasanmu untuk hidup sudah per...